Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Tuesday 19 May 2015

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN HAMA YANG MENYERANG TANAMAN KUBIS DAN PADI DI DAERAH TABANAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latarbelakang
Kabupaten Tabanan merupakan sentra produksi sayuran untuk wilayah Bali, dan yang terbesar dibandingkan beberapa daerah lain.tabanan merupakan pusat pasar pengumpul hortikultura sayuran sebelum kemudian didistribusikan ke Denpasar dan kota-kota kabupaten lain. Gambaran ini sama dengan di kecamatan Selupu Rejang, yang bersama beberapa kecamatan lain di sekitar kota Curup, merupakan salah satu dari delapan sentra produksi sayuran di pulau Sumatera.(Saptana, dkk. 2001)
Suatu sistem budiadaya tanaman dimulai dari pertumbuhan hingga perkembangan suatu tanaman yang berasal dari benih, pembibitan hingga sampai pemanenan takkan pernah lepas dari yang namanya hama. Dalam suatu ekosistem yang alamiah hama memang tidk pernah terpsahkan dari hasil produksi namun jumlahnyalah yang dapat kita kendalikan. Hama secara umum adalah organisme yang merusak tanaman secara ekonomi dapat merugikan manusia yang membudidayakan tanaman tersebut (petani).  Umumnya organisme yang paling umum untuk menjadi hama adalah serangga. Sekitar 1% dari spesies serangga bersifat sebagai hama. Upaya pengelolaan/pengendalian hama di antaranya memerlukan pemahaman tentang peri kehidupan serangga hama ( siklus hidup dan siklus musiman ), kaitannya dengan tanaman, kerusakan yang ditimbulkan, serta perkembangan populasi hama ( Hidayat, 2003 ).
Suatu kenyataan bahwa manusia dan serangga secara tetap menginginkan hal yang serupa dalam waktu yang sama. Perang terjadi, akan tetapi tidak satupun dari keduanya ada yang menang. Manusia selalu berfikir untuk menaklukan atau mengalahkan alam tetapi tidak ingat bahwa serangga merupakan salah satu mahluk hidup berusaha pula untuk menguasai dunia. Keinginan serangga untuk mengambil makanan dari tanaman tidak bisa dicegah begitu saja. Delnikian pula jika menghendaki darah ternak atau manusia, stiletnya yang tajam dengan mudah menembus kulit untuk kemudian memompa darah sebagai kebutuhan makanannya. Sering ditemui serangga yang memilih tempat tinggalnya bersama manusia, yang sulit diusir. Manusia selalu menemui, berbagai kendala untuk bisa melindungi dini dari gangguan serangga. Manusia tidak pernah dapat mengalakannya.
 Serangga merupakan musuh yang serius selama hidup tanpa pernah manusia menyadarinya. Manusia yang akan menciptakan semua keinginannya perlu dipikirkan adanya mahluk perusak khususnya serangga dan mahluk hidup lainnya, yang akan menjadi rival beratnya dalam usaha memenuhi keinginan tersebut. Jika ada yang menyatakan tidak pernah diganggu atau dirugikan oleh serangga, pernyataan itu serasa aneh kedengarannya. Setiap orang telah belajar untuk menilai persentase kehancuran oleh beberapa jenis serangga. Dapat dilihat bagaimana kebun jagung dihabiskan oleh belalang atau ulat grayak, tanaman padi sawah hancur karena serangga wereng atau penggerek batang, biji-bijian yang disimpan dalam gudang tidak bisa dimanfaatkan lagi karena kumbang hama ataiu serangga hama gudang lainnya. Apabila pengertian hama itu hewan yang merugikan, maka serangga hama didefinisikan sebagai serangga yang mengganggu dan atau merusak tanaman haik secara ekonomis atuu estetis. Definisi hama itu tidak harus dihubungkan dengan pengendaliannya. Pada populasi serangga yang rendah sehingga kerugian yang diderita tanaman kecil, tetap serangga itu dikatakan serangga hama tetapi bukan memerlukan strategi pengendalian
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui secara langsung serangan hama di beberapa tanaman dan gejalanya secara langsung dengan cara langsung mengamati apa yang ada dilapangan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Hama pada tanaman Padi
a.       Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng coklat salah hama pada tanaman padi yang menyerang pada saat tanaman padi dari pembibitan hinga fase tanaman padui mencapai fase generativenya, tepatnya pada saat malai mencapai masak susu. Hama ini dapat menyebabkan tanaman padi mengalami kematian keroing seperti terbakar ataupun teriram air panas. Tanaman padi yang rentan terserang hama wereng coklat ini adalah tanaman padi yang dipupuk N dengan jumlah yang tinggi sehingga batang  menjadi lunak dan mudah diserang, selain itu juga karena jarak tanam yang raapat sehingga dapat menjadi tempat yang berkembang biak yang bagus untuk wereng coklat tersebut. Gejala serangannya pada tanaman yaitu tanaman menjadi mengunig dan mengering, terdapat wereng pada pangkal batang dan terdapat juga imago dari wereng coklat tersebut dilapangan.
b.      Penggerek Batang (Tryporiza sp)
Penggerek Batang (Tryporiza sp) Adalah hama yang menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang terjadi pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep). Apabila serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang akan memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
c.       Tikus Sawah
Tikus merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah. Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau gulma. Penegendalian hama tikus dapat dilakukan secara terorganisir dalam skala luas oleh kelompok tani dengan pengelolaan lahan sampai menjelang panen dengan cara gropyokan.
d.      Keong Mas (Pomacea canaliculata)
Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah).  Bila di sawah diketahui terdapat telur berwarna merah muda dan keong mas dengan berbagai ukuran serta warna, perlu dilakukan pengaturan air, keong mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi air. Jika petani petani menanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari setelah tanam pindah, perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood = intermitten irrigation). Bila petani menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian.
e.       Walang Sangit (Leptocorixa acuta)
Walang sangit merupakan hama yang menghisap cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang ditimbulkan walang sangit menyebabkan beras berubah warna,mengapur serta hampa. Hal ini dikarenakan walang sangit menghisap cairan dalam bulir padi.Fase tanaman padi yang rentan terserang hama walang sangit adalah saat tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak susu.Pengendalian dianjurkan dilakukan pada saat gabah masak susu pada umur 70-80 hari setelah tanam.

2.2 Hama pada tanaman kubis
a.       Ulat Grayak (Spodoptera litura & Spodoptera exigua)    
Spodoptera litura berwarna hijau tua kecokelatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badanya. Ulat ini berukuran sekitar 15-25 mm. Sementara itu, Spodoptera exigua berukuran sama dengan S. Litura, tetapi warna tubuhnya hijau sampai hijau muda  tanpa totol-totol hitam di ruas buku badanya. Kedua jenis ulat ini sering menyarang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun berlubang-lubag, terutama di daun muda. Pencegahan dengan cara melakukan senitasi lahan dengan baik dan memasang perangkap kupu-kupu di beberapa tempat. Perangkap ini dapat dibuat dari botol-botol bekas air mineral yang diolesi dengan semacam lem dengan merk dagang Charry Glue. Lem ini mengandung hormon seks kupu-kupu.
b.      Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella)
Ulat kecil ini berwarna hijau muda, panjang tubuhnya sekitar 7-10 mm. Ulat ini suka bergerombol saat menyerang tanaman dan lebih menyukai pucuk tanaman. Akibatnya, daun muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang. Jika serngan sudah sampai ke titik tumbuh tunas, proses pembungaan akan sangat terganggu. Lebih parah lagi, bunga gagal berkembang. Pencegahannya yaitu dengan cara melakukan sanitasi (penyiangan) lahan dengan baik.




BAB III
METODOLOGI

3.1  Waktu dan tempat

3.2  Alat dan bahan
  1. Alat
-         Kamera
-         Buku tulis
-         Pulpen
  1. Bahan
-         Tanaman kacang panjang
-         Tanaman padi
-         Tanamn Kubis
-         Tanaman bunga kubis
-         Tanamnan brokoli
3.3  Cara kerja
a.       Menyiapkan alat yang akan digunakan dan bahan yang akan diamati
b.      Mengamati hama yang menyerang tanaman kacang panjang, padi, kubis, bunga kubis dan brokoli secara langsung dengan terjun lanngsung kelapangan
c.       Hama yang ditemukan tersebut dicatat dan difoto

Dari hasil diatas dapat dibahas suatu hama yang menyerang didaerah tabanan yang khususnya menyerang tanaman padi dan kubis.
1.      Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng Coklat merupakan serangga hama tanaman padi yang penting sejak awal tahun 1970-an. Serangga dewasa berwarna coklat, berukuran 4-5 mm. Semua stadia wereng coklat dari nimfa sampai imago menghisap cairan jaringan tanaman. Namun yang sangat ganas adalah nimfa instar 1-3. Gejala kerusakan, pangkal batang berwarna kuning dan pangkal batang berwarna kehitaman. Bila parah, tanaman mengering seperti terbakar (hopperburm) Gagal panen (puso) dapat terjadi bila jumlah serangga lebih dari 20 ekor/rumpun. Oleh karena itu, upaya pengendalian perlu segera dilakukan jika wereng coklat telah mencapai ampang ekonomi (4 ekor/rumpun pada fase vegetatif dan 7 ekor/rumpun pada fase generatif).  Peningkatan populasi wereng coklat didorong oleh : (1) penanaman varietas padi rentan, (2) penanaman padi tidak serempak, (3) penggunaan insektisida tidak tepat (jenis, dosis, waktu, dan cara), dan (4) pemupukan tidak sesuai kebutuhan tanaman. Selain sebagai hama, wereng coklat juga berpereran sebagai penular penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa. Setiap ekor wereng coklat berpotensi menularkan penyakit virus kerdil rumput dan kerdil tanaman sakit ketanaman sehat.
Pengendalian wereng coklat dapat dilakukan dengan mencegah penyebaran dan perkembangbiakan hama tersebut.  Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah :

Pertama yaitu melakukan pemantauan secara rutin dan terjadwal yang dilakukan dengan cara mengamati areal tanaman padi dalam interval waktu tertentu (misalnya seminggu sekali), sejak awal persemaian, penanaman sampai panen.  Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan populasi wereng coklat di tiap lokasi sehingga dapat dijadikan pedoman apakah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau tidak.  Semakin tinggi kepadatan populasi wereng coklat, semakin cepat kita harus melakukan tindakan pengendalian.  Adapun pedoman untuk menetapkan gejala serangan wereng dengan menggunakan 3 kunci pendugaan.  Yaitu tipe A, B dan C. Pendugaan tipe A ini terjadi pada saat persemaian.  Kerusakan dianggap berat bila pada saat umur  30 hari terdapat 50 ekor betina makrop per 25 kali ayunan jaring.  Pada tipe B, fase ini terjadi saat padi berumur 20 – 30 HST.  Tingkat serangan dianggap merugikan bila ditemukan 2 – 5 ekor betina dalam satu rumpun.  Tipe C yaitu pada saat padi berumur 20 – 30 HST dan 50 – 60 HST.  Kerusakan dianggap berat bila ditemukan 2 – 5 ekor betina berakhip dalam 1 rumpun padi.  Pemantauan ini sebaiknya dilakukan  bersamasama dalam satu kelompok tani dan hasilnya dibahas untuk menentukan langkah pengendaliannya.

Kedua adalah memusnahkan singgang (sisa tanaman) yang terserang virus kerdil rumput dan kerdil hampa dengan cara mengolah tanah sesegera mungkin setelah tanaman padi dipanen.  Dengan kita membiarkan lahan tersebut, maka kemungkinann timbulnya serangan virus akan lebih besar saat kita memulai penanaman kembali.

Ketiga adalah menanam padi varietas unggul tahan hama. Penanaman varietas tahan hama terbukti mampu dan efektif mengurangi serangan wereng coklat.  Penggunaan bibit padi yang merupakan  keturunan dari benih asli/bersertifikat akan membuat tanaman menjadi lebih peka/rentan terhadap serangan hama, sehingga disarankan untuk selalu menggunakan benih F-1-nya. Tanaman varietas tahan seperti Inpari-1 sampai 13, terutama Inpari 2, 3, 6, dan 13


Keempat yaitu melakukan pemusnahan selektif terhadap tanaman padi yang terserang ringan.  Artinya memilih tanaman padi yang terserang dengan cara mengambilnya untuk kemudian dibuang/dibakar di tempat lain.  Bila terjadi serangan berat, maka perlu dilakukan pemusnahan (eradikasi) total.
Kelima yaitu melakukan penyemprotan dengan insktisida anjuran seperti Winder 25WP atau insektisida dengan bahan aktif  yang sesuai seperti bupofresin, fipronil, amidaklorid, kabofuran, atau teametoksan bila populasi wereng coklat telah mencapai batas-batas : populasi wereng mencapai lebih dari 10 ekor per rumpun saat padi berumur kurang dari 40 HST dan populasi wereng mencapai lebih dari 40 ekor per rumpun saat tanaman padi berumur lebih dari 40 HST. Atau dengan Agen hayati dan musuh alami perlu dikembangkan karena dapat mengurangi potensi bahaya wereng coklat dengan biaya lebih murah, Beauveria bassiana 6,2x1010 cfu/ml, Ekstra nimba (Azadirachta indica).
Keenam yaitu ada saat melakukan penyemprotan sebaiknya dimulai dengan membuka (“membiak”) antara barisan tanaman, kemudian menyemprot tanaman dengan mengarahkan semprotan ke bagian batang bawah.  Hal ini dilakukan karena biasanya wereng coklat berada di bagian batang bawah.


2.      Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Hama keong mas adalah salah satu hama yang mengakibatkan tingginya risiko gagal panen pada tanaman padi. Hama ini, sebagian orang menyebutnya dengan siput murbei, memakan batang dan daun padi berumur 15 hari. Serangan hama ini cukup membuat pusing para petani akibat populasinya di areal pertanaman sedemikian cepat perkembangbiakannya.
Tanaman padi yang terserang bisa habis dari pucuk daun hingga ke batang padi muda. Akibatnya tanaman menjadi merana bahkan mengalami gagal panen. Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 7 – 4 hari. Disamping itu, satu ekor keong mas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur selama satu siklus hidup (60 – 80 hari), dan masing – masing kelompok telur berisi 300 – 500 butir. Seekor keong mas dewasa mampu menghasilkan 1000 – 1200 telur per bulan. Padi yang baru ditanam sampai 15 hari setelah tanam mudah dirusak keong mas, keong mas bahkan dapat mengkonsumsi seluruh tanaman muda dalam satu malam. Tanda spesifik lain pada pertanaman padi yang terserang hama ini adalah adanya rumpun yang hilang serta adanya potongan daun yang mengambang dipermukaan air.

PENGENDALIAN KEONG MAS SECARA AMAN
Dalam mengendalikan hama keong mas, umumnya para petani memilih menggunakan moluskisida sintesis yang berharga mahal, berspektrum luas, dan mengganggu organisme nontarget dan juga manusia untuk mengendalikan hama keong mas. Dalam kaitannya dengan pengendalian keong mas, cara-cara yang lebih aman, seperti halnya secara fisik (penggunaan saringan), mekanis (pengambilan langsung) maupun secara biologis (pemberian tanaman yang tidak disukai di saluran-saluran, penggembalaan itik, penanaman bibit yang cukup kuat/tua, dll) lebih direkomendasikan. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengendalikan keong mas.




3.      Pengambilan keong mas secara langsung dengan tangan dari sawah pada pagi dan sore hari ketika keong dalam keadaan aktif dan mudah diambil.
4.      Menggunakan tumbuhan yang mengandung racun bagi keong mas. Misalnya daun sembung (Blumea balsamifera), daun/akar tuba, daun eceng gondok (Monochoria vaginalis), daun tembakau (Nicotiana tabacum), daun calamansi atau jeruk (Citrus microcarpa), daun mabuhay (Tinospora rumphii), dan cabai merah. Selain itu, beberapa tanaman lain yang juga dapat digunakan untuk memberantas keong mas adalah starflower (Calotropis gigantis), nimba (Azadirachtha indica), dan asyang (Mikania cordata) yang mengandung bahan yang dapat membunuh keong mas. Berbagai tumbuhan tersebut dianjurkan diaplikasikan sebelum penanam padi. Saluran kecil dibuat agar keong mas berada di dalam saluran tersebut dan selanjutnya di atas saluran tersebut tempatkan tumbuhan yang disebutkan di atas.
5.      Menggunakan atraktan seperti daun talas (Cococasia esculenta), daun pisang (Musa paradisiaca), daun pepaya (Carica papaya), bunga terompet, dan koran bekas, supaya mudah mengumpulkan keong tersebut. Daun sebagai atraktan diletakkan dalam petakan sawah secara berjejer, berjarak 1-2 meter antar umpan, yang dilakukan sebelum panen sampai 5 minggu setelah tanam. Jumlah atraktan sebagai umpan yang diperlukan sekitar 40 kilogram per hektare. Tinggi air di sawah disarankan sekitar 5-10 centimeter (BP2TP NAD, 2004)
6.      Dibuatkan saluran kecil (sedikitnya lebar 25 centimeter, dan dalamnya 5 centimeter) sepanjang tepi sawah.Saluran berfungsi untuk penjebakan terhadap keong mas, di mana keong mas akan pindah ke dalam saluran tersebut, jika permukaan air berkurang dan dapat dilakukan pengumpulan.
7.      Meletakkan kawat kasa atau anyaman bambu pada pemasukan dan pengeluaran air utama, untuk mencegah masuknya keong mas kecil dan dewasa. Cara ini juga untuk mengambil keong mas yang terperangkap.
8.      Pagar plastik dapat digunakan untuk mencegah masuknya keong mas ke dalam areal persawahan.
9.      Menancapkan ajir bambu sebagai perangkap telur di sawah yang selalu tergenang atau pada saluran pengairan untuk menarik keong mas dewasa bertelur.
10.  Mempertahankan air agar tidak terlalu tinggi (2-3 centimeter) mulai 3 hari tanam
11.  Mengeringkan sawah berkali-kali untuk mengurangi aktivitas perpindahan dan perusakan.
12.  Mempergunakan varietas yang beranak banyak dan kurang disukai keong mas seperti PSB, Rc36, Rc38, Rc40, dan Rc 68.
13.  Penggunaan bahan kimia yang tidak merusak lingkungan dapat juga direkomendasikan. Asam anakardat yang diekstrak dari minyak kulit jambu mete, telah diuji-cobakan dan dapat membunuh keong mas (Rudyanto dan Mercellino, 2006). Teaseed meal merupakan obat yang umum di pasaran, selain itu, dapat juga digunakan saponin, tembakau, dan bibit pinang sebagai bahan pengendalin/pemberantasan keong mas.
14.  Beberapa predator keong mas adalah burung dan itik, kura-kura, ikan serta insekta. Penggembalaan itik di lahan persawahan, merupakan pengendalian yang efektif, dengan tanpa merusak padi yang telah ditanam. Sistem ini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan ISG (itik sistem gembala). Penebaran jenis ikan tertentu yang dapat memakan keong mas (dan juga telurnya) akan memberikan keuntungan dalam pengendalian populasi keong tersebut. Jenis ikan-ikan yang mampu memakan keong mas ataupun juga telur keong mas tersebut antara lain Botia sp; Tetraodon sp; Bunocephalus sp., dan Leiocassis sp (sejenis lele-lelean); kelompok Cichlidae , kelompok gurami (gurami, sepat), beta, dan lain-lain. Sistem ini telah lama dikenal masyarakat Indonesia dengan nama mina-padi. Pada sistem ini, manajemen air untuk memberi kemungkinan dapat memakan telur juga mesti dilakukan, sehingga peluang menetas dan berkembang biak keong dapat diputuskan.
3. Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella)
Hama ulat daun kubis Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) merupakan salah satu jenis hama utama di pertanaman kubis. Apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan kubis oleh hama tersebut dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik jumlah maupun kualitasnya. Adapun klasifikasi dari P. xylostella yaitu Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Lepidoptera, Family : Yponomeutidae, Genus : Plutella, Spesies : P. xylostella.

Bioekologi
Hama ulat daun kubis dilaporkan berasal dari daerah Mediterranean di Eropa Selatan, yang merupakan sumber berbagai jenis brasika. Hama ini tersebar luas di areal yang ditanami brasika, mulai dari daerah Amerika Utara dan Selatan, Afrika, China, India, Jepang, Asia Tenggara termasuk Indonesia, Selandia Baru, dan Australia. Telur kecil bulat atau oval ukuran 0,6 x 0,3 mm, berwarna kuning, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di bawah daun kubis. Namun, di laboratorium bila ngengat (dewasa) betina dihadapkan pada tanaman muda maka mereka bertelur pada bagian batang. Stadium telur antara 3-6 hari.

Larva (ulat) terdiri dari 4 instar, berwarna hijau, lincah, dan bila tersentuh larva akan menjatuhkan diri.. Larva instar pertama setelah keluar dari telur segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari daun dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan, perkembangan larva dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm. Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki stadium pupa. Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari.


Serangga dewasa berupa ngengat (kupu-kupu) berukuran kecil,
berbentuk ramping, berwarna coklat-kelabu, panjangnya ±1,25 cm, sayap depan bagian dorsal memiliki corak khas yaitu tiga titik kuning seperti berlian, sehingga hama ini terkenal dengan nama ngengat punggung berlian (diamondback moth). Nama lain dari serangga tersebut adalah ngengat tritip dan ngengat kubis (cabbage moth). Aktif pada malam hari (nocturnal), dapat berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain dengan bantuan hembusan angin. Siklus hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu mulai dari telur hingga menjadi dewasa.

Gejala Serangan Stadium yang membahayakan adalah larva (ulat) karena menyerang permukaan daun dan melubangi daging daun (epidermis). Gejala serangan yang khas adalah daun berlubang-lubang seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja. Akibat serangan hama ini, kehilangan hasil dapat mencapai 58%-100%, terutama di musim kemarau.



Tanaman Inang
Selain menyerang tanaman kubis, hama P. xylostella juga ditemukan menyerang berbagai jenis tanaman yang masih termasuk famili Brassicaceae (Cruciferae) seperti : lobak, lobak cina, petai, brokoli, kembang kol, dan mustard. Tanaman brassica liar seperti misalnya B. elongata, B. fruticulosa, Roripa sp. dan lainnya juga menjadi inang ulat kubis.

Pengendalia

Kultur Teknik Melakukan pergiliran tanaman yang bukan famili brassicaceae, tumpang sari tanaman kubis dengan tomat, daun bawang dan jagung, serta penanaman tanaman perangkap seperti Rape di sekeliling kebun. Musim tanam. Lebih baik untuk menanam kubis dan brassica lain pada musim hujan, karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan.

Pengendalian Hayati 
Melepaskan musuh alami berupa predator (Paederus sp, Harpalus sp.) atau parasitoid (Cotesia plutella, Diadegma eucerophaga, dan D. semiclausum), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya.

Mekanis
Membuat perangkap ngengat berupa sex feromon sintesis yang disebut ugratus Ungu yang dipasang di sekitar kebun kubis.

Kimiawi
Aplikasi ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang ekonomi, dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC, atau penyemprotan insektisida biologi berbahan aktif Bacillus thuringiensis. 




BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan sebgai berikut :
1.      Banyaknnya hama yang menyerang tanaman padi dan kubis didaerah tabanan sehingga dapat menyebabkan gagal panen dan sangat merugika petani akibat hama tersebut.
2.      Dari hama yang menyerang tanaman padi yang paling banyak menyerang yaitu hama wereng coklat.dan hama yang paling banyak merusak tanaman kubis yaitu hama Plutella xylostella.
3.      Jadi dari pemparan dari kedua kesimpulan ditas bahwa hama selalu berevolusi sehingga semakin lama dan banyak berkembang hama semakin kebal terhadap pengaruh pestistisida nabati maupun kimia yang menyebabkan petani gagal panen.

5.2  Saran
Praktikum yang dilakukan kelapangan yang dilakukan sangat penting untuk nantinya di dalam pengambinlan konsep pengendalian yang  tepat, dengan adanya praktikum  ke lapangan kita dapat mengenal jenis-jenis hama yang menyerang tanaman secara langsung, melihat sekaligus mengetahui predator apa saja yang masih tersedia dialam sehingga juga dapat mengetahui input dan output yang diperlukan jika kita ingin mengendalikan suatu hama dan mendapatkan hasil dan keuntungan yang maksimal.

0 comments: