Praktikum sistem irigasi subak bertempat di Subak Lod
Tunduh yang di laksanakan pada tanggal 9 November 2014, Subak Lod Tunduh berada
di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Luas subak Lod Tunduh
sekitar 25 ha dengan anggota berjumlah sekitar 70 orang petani. Namun dari 70
anggota tersebut ada sebagai anggota aktif, pasif dan leluputan. Subak Lod
Tunduh adalah subak yang berada paling hulu, airnya berasal dari sungai Ayung
yang dibendung untuk mengairi subak Lod Tunduh paling pertama. Keadaan subak
Lod Tunduh yang tidak terlalu luas maka kepengurusan organisasi subak hanya
terdiri dari kelian subak (pekaseh)
yaitu Bapak wayan sutama dengan wakilnya yaitu Bapak suja. Subak Lod Tunduh
mempunyai sebuah pura yang bernama pura Ulun Carik. Pura Ulun
Carik sebagai tempat berlangsungnya aktivitas spiritual. Berlangsungnya
aktivitas spiritual tersebut dilaksanakan secara individu dan bersama- sama.
Biasanya yang dilakukan secara individu di lakukan setiap menanam padi sampai
panen dan secara bersamaan dilaksanakan secara bersama-sama antara lain acara
nyusung dan biodalan. Subak Lod Tunduh merupakan salah satu subak yang
mampu menjaga kelestarian lingkungan dan keharmonisan krama subaknya. Semua
krama subak Lod Tunduh memiliki prinsip dan perjanjian tidak akan menjual lahan
sawahnya jika dialih fungsikan sebagai bangunan. Batas-batas subak Lod Tunduh
adalah dengan di batasi oleh sungai, hutan dan pura.
Bangunan fisik Subak Lod Tunduh adalah
sebagai berikut :
v Pura Labaan
Pura Labaan adalah pura yang disungsung
oleh subak gede yang terdiri dari 30 subak. Subak Lod Tunduh merupakan salah
satu subak yang menyungsung pura Labaan tersebut. Pura labaan dijadikan sebagai
tempat pertemuan seluruh anggota subak gede. Tujuannya agar antar pengurus
masing-masing subak bisa saling bertukar pikiran demi terciptanya keharmonisan
antar anggota subak gede guna mengantisipasi munculnya konflik.
v Bendungan/ bangunan
bagi I
Bendungan/Bangunan bagi I merupakan saluran
primer. Saluran primer mempunyai nama yaitu sungai lauh. Sungai lauh adalah
sungai ayung yang di bendung dan airnya dibawa ke saluran primer, sehingga
namanya menjadi sungai lauh. Air pada sungai lauh mengairi 3300 hektar sawah di
tiga kabupaten di Bali. Dalam bangunan bagi satu sungai lauh airnya dibagi
menjadi tiga bagian yaitu saluran paling timur untuk mengairi sawah di daerah
Kabupaten Gianyar, di tengah untuk mengairi daerah kota Denpasar dan paling
barat untuk mengairi daerah Kabupaten Badung.
v Terowongan
Terowongan di sungai lauh terdapat pada
saluran sekunder, panjang terowongan tersebut sekitar 200 meter. Sedangkan
tinggi terowongan dibuat diatas rata-rata tinggi anggota subak dengan bentuk setengah lingkaran, tujuannya
adalah dalam pemeliharaan terowongan dapat dilakukan dengan leluasa dan
menggunakan peralatan yang sederhana. Pada bagian atas terowongan dibuat
melengkung agar ada udara di atas permukaan air pada terowongan. Sehingga
apabila terjadi banjir air tetap dapat mengalir.
v Bangunan Pelimpah
Bangunan pelimpah adalah untuk mengalirkan
sisa-sisa air dari subak di hulu yang tidak digunakan lagi, sehingga air
tersebut dialirkan kembali ke sungai. Maka air tersebut dapat digunakan oleh
subak lain yang berada lebih di hilir. Air subak di Bali tidak ada yang
terbuang semuanya berguna dan pada akhirnya menuju ke laut. Semuanya berkaitan
satu sama lain sehingga di sebut suatu sistem.
v Bangunan bagi II
Bangunan bagi II (sekunder) untuk membagi
air dari saluran sekunder menuju ke saluran tersier. Saluran tersier merupakan
saluran yang mengairi subak Lod Tunduh karena subak ini berada paling hulu dari
sistem irigasi. Bendung ini dibangun pada saat berada di tikungan, tujuannya
adalah agar pasir, sampah maupun lumpur mengendap karena adanya daya
sentripurgal dan tidak masuk ke saluran berikutnya.
v Pura Subak
Subak memiliki beberapa pura yang di
sung-sung oleh seluruh anggota subak Lod Tunduh. Baik pura bersama maupun pura
perorangan, pura yang dipuja/disungsung bersama yaitu pura Subak ulun carik,
Pura Bedugul, Pura Ulun Suwi dan lain-lain. Sedangkan pura yang dimiliki petani
perorangan yaitu sanggah catu atau sanggah pengalapan. Hal ini termasuk kedalam
kearifan lokal masyarakat Bali yang bersumber pada dasar falsafah Tri Hita karana. Di samping pura subak
terdapat bale subak untuk rapat formal dan bale timbang yang berfungsi untuk
rapat informal.
v Saluran Bagi di tingkat
tersier
Saluran bagi di tingkat tersier adalah
bangunan yang telah di lebarkan dari bangunan yang lebih sempit. Kemudian
airnya di bagi secara proporsional yaitu 1:5 maksudnya satu aliran untuk satu petani dan lima aliran untuk lima
petani . Air yang masuk ke areal sawah melalui one inlet system di keluarkan
melalui one onlet system kemudian dilanjutkan ke saluran berikutnya. Dari
pengaturan pengairan menggunakan system inlet dan onlet maka petani dapat
melakukan diverfikasi tanaman pada lahannya. keuntungan lainnya petani dapat
saling pinjam meminjan air. Subak ini tidak mementingkan keefisiensi tetapi
memntingkan keefektifan subak.
0 comments:
Post a Comment