Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Tuesday, 18 November 2014

Laporan Praktikum Sistem Irigasi Subak Lod Tunduh



Praktikum sistem irigasi subak bertempat di Subak Lod Tunduh yang di laksanakan pada tanggal 9 November 2014, Subak Lod Tunduh berada di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Luas subak Lod Tunduh sekitar 25 ha dengan anggota berjumlah sekitar 70 orang petani. Namun dari 70 anggota tersebut ada sebagai anggota aktif, pasif dan leluputan. Subak Lod Tunduh adalah subak yang berada paling hulu, airnya berasal dari sungai Ayung yang dibendung untuk mengairi subak Lod Tunduh paling pertama. Keadaan subak Lod Tunduh yang tidak terlalu luas maka kepengurusan organisasi subak hanya terdiri dari kelian subak (pekaseh) yaitu  Bapak wayan sutama  dengan  wakilnya yaitu Bapak suja. Subak Lod Tunduh mempunyai sebuah pura yang bernama pura Ulun Carik. Pura Ulun Carik sebagai tempat berlangsungnya aktivitas spiritual. Berlangsungnya aktivitas spiritual tersebut dilaksanakan secara individu dan bersama- sama. Biasanya yang dilakukan secara individu di lakukan setiap menanam padi sampai panen dan secara bersamaan dilaksanakan secara bersama-sama antara lain acara nyusung dan biodalan. Subak Lod Tunduh merupakan salah satu subak yang mampu menjaga kelestarian lingkungan dan keharmonisan krama subaknya. Semua krama subak Lod Tunduh memiliki prinsip dan perjanjian tidak akan menjual lahan sawahnya jika dialih fungsikan sebagai bangunan. Batas-batas subak Lod Tunduh adalah dengan di batasi oleh sungai, hutan dan pura.
Bangunan fisik Subak Lod Tunduh adalah sebagai berikut :
v  Pura Labaan
Pura Labaan adalah pura yang disungsung oleh subak gede yang terdiri dari 30 subak. Subak Lod Tunduh merupakan salah satu subak yang menyungsung pura Labaan tersebut. Pura labaan dijadikan sebagai tempat pertemuan seluruh anggota subak gede. Tujuannya agar antar pengurus masing-masing subak bisa saling bertukar pikiran demi terciptanya keharmonisan antar anggota subak gede guna mengantisipasi munculnya konflik.
v  Bendungan/ bangunan bagi I
Bendungan/Bangunan bagi I merupakan saluran primer. Saluran primer mempunyai nama yaitu sungai lauh. Sungai lauh adalah sungai ayung yang di bendung dan airnya dibawa ke saluran primer, sehingga namanya menjadi sungai lauh. Air pada sungai lauh mengairi 3300 hektar sawah di tiga kabupaten di Bali. Dalam bangunan bagi satu sungai lauh airnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu saluran paling timur untuk mengairi sawah di daerah Kabupaten Gianyar, di tengah untuk mengairi daerah kota Denpasar dan paling barat untuk mengairi daerah Kabupaten Badung.
v  Terowongan
Terowongan di sungai lauh terdapat pada saluran sekunder, panjang terowongan tersebut sekitar 200 meter. Sedangkan tinggi terowongan dibuat diatas rata-rata tinggi anggota subak  dengan bentuk setengah lingkaran, tujuannya adalah dalam pemeliharaan terowongan dapat dilakukan dengan leluasa dan menggunakan peralatan yang sederhana. Pada bagian atas terowongan dibuat melengkung agar ada udara di atas permukaan air pada terowongan. Sehingga apabila terjadi banjir air tetap dapat mengalir.
v  Bangunan Pelimpah
Bangunan pelimpah adalah untuk mengalirkan sisa-sisa air dari subak di hulu yang tidak digunakan lagi, sehingga air tersebut dialirkan kembali ke sungai. Maka air tersebut dapat digunakan oleh subak lain yang berada lebih di hilir. Air subak di Bali tidak ada yang terbuang semuanya berguna dan pada akhirnya menuju ke laut. Semuanya berkaitan satu sama lain sehingga di sebut suatu sistem.
v  Bangunan bagi II
Bangunan bagi II (sekunder) untuk membagi air dari saluran sekunder menuju ke saluran tersier. Saluran tersier merupakan saluran yang mengairi subak Lod Tunduh karena subak ini berada paling hulu dari sistem irigasi. Bendung ini dibangun pada saat berada di tikungan, tujuannya adalah agar pasir, sampah maupun lumpur mengendap karena adanya daya sentripurgal dan tidak masuk ke saluran berikutnya.
v  Pura Subak
Subak memiliki beberapa pura yang di sung-sung oleh seluruh anggota subak Lod Tunduh. Baik pura bersama maupun pura perorangan, pura yang dipuja/disungsung bersama yaitu pura Subak ulun carik, Pura Bedugul, Pura Ulun Suwi dan lain-lain. Sedangkan pura yang dimiliki petani perorangan yaitu sanggah catu atau sanggah pengalapan. Hal ini termasuk kedalam kearifan lokal masyarakat Bali yang bersumber pada dasar falsafah Tri Hita karana. Di samping pura subak terdapat bale subak untuk rapat formal dan bale timbang yang berfungsi untuk rapat informal.


v  Saluran Bagi di tingkat tersier
Saluran bagi di tingkat tersier adalah bangunan yang telah di lebarkan dari bangunan yang lebih sempit. Kemudian airnya di bagi secara proporsional yaitu 1:5 maksudnya satu aliran  untuk satu petani dan lima aliran untuk lima petani . Air yang masuk ke areal sawah melalui one inlet system di keluarkan melalui one onlet system kemudian dilanjutkan ke saluran berikutnya. Dari pengaturan pengairan menggunakan system inlet dan onlet maka petani dapat melakukan diverfikasi tanaman pada lahannya. keuntungan lainnya petani dapat saling pinjam meminjan air. Subak ini tidak mementingkan keefisiensi tetapi memntingkan keefektifan subak.

0 comments: