Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Wednesday 16 September 2015

HAMA PENTING TANAMAN JAGUNG


            Jagung merupakan suatu tanaman yang memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Dan tanaman jagung juga merupakan tanaman semusim, yang bisa di panen 60-80 untuk tahun 2009, Deotan melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan mengklaim produksi jagung mencapai 18 juta ton. Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakan ternak dan bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan namun hasil produksi tanaman jagung terkadang tidak dapat memenuhi kebutuhan karena hasil panen yang rendah.
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama. Hama merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya jagung. Banyak jenis hama dilaporkan pada tanaman jagung, namun ada beberapa yang menjadi hama utama, yaitu yang dapat menimbulkan kerusakan secara ekonomis. Beberapa hama utama pada jagung yaitu lalat bibit, ulat grayak, penggerek tongkol, penggerek batang, belalang, kutu daun, kumbang bubuk.
Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera ) merupakan salah satu hama utama yang menjadi permasalah di petani jagung karena sering mengakibatkan gagal panen. Serangan hama ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.

LANDASAN TEORI

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain padi dan gandum. Sebagai sumber karbohidrat utama, di Amerika Tengah dan selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji yang dikenaln dengan istilah tepung jagung maizena), dan bahan baku industri(dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfual. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanaman sebagai penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi  diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, kemudian teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestiknya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain terutama, Zea mays ssp.mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggammbarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp.mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), yaitu letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina dalam satu tanaman. Dalam taksonominya jagung termasuk dalam ordo Tripsaceae, famili Poaceae, sub famili Panicoideae, genus Zea, dan spesies Zea mays L, (Muhadjir, 1988).

. Hama utama tanaman jagung yang sering minimbulkan kerugian secara kualitas dan kuantitatif adalah penggerek tongkol jagung Helicoverpa armigera. Penggerek tongkol Helicoverpa armigera mulai muncul di pertanaman pada  fase generatif 43-70 hari setelah tanam. Ngengat H. armigera aktif pada malam hari,ngengat betina meletakkan telurnya secara tunggal pada umur tanaman 45-56 hari setelah tanam bersamaan dengan munculnya rambut tongkol, dan mampu bertelur 600-1000 butir. Telur baru menetas setelah 4-7 hari.Larva ini selain menyerang tongkol juga menyerang pucuk dan menyerang malai sehingga bunga jantan tidak terbentuk yang mengakibatkan hasil biji berkurang. Stadia pupa ada di dalam tongkol, siklus hidupnya berkisar 36-45 hari (Kalshoven,1981). Kehilangan hasil yang disebabkan serangan H. armigera dapat mencapai 10% (Yasin,2008).  
            Pengendalian penggerek tongkol dapat dilakukan dengan cara pelepasan parasitoid Trichogramma spp.Hasil uji coba di laboratorium didapatkan bahwa T. evanescens dapat memarasit telur penggerek tongkol sebesar 92,3% (Pabbage et al.,2001).Untuk di lapang belum ada data.

3.1 Penggerek tongkol Helicoverpa armigera
Helicoverpa armigera merupakan family Noctuide. Telur berwarna putih kemudian berubah menjadi coklat terdiri dari enam instar. Instar pertama berukuran 1-3 mm dengan warna kepala coklat kehitaman atau kuning keputihan. Tubuh berwana gelap. Instar kedua memilki panjang 4-7 mm, instar tiga 8-13 mm, instar empat 14-23 mm, instar lima 24-28 mm, dan instar enam 29-30+ mm. Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval . Imago memilki rentang sayap 30-45 mm,sayap depan berwarna coklat atau coklat kemerahan. Sayap belakang berwarna pucat dengan margin terluar gelap. Imago betina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan.
Larva spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar.  Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24 - 27,2°C adalah 13 sampai 21 hari. Larva serangga ini memiliki sifat kanibalisme. Spesies ini mengalami masa pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah.
Pupa pada umumnya terbentuk pada kedalaman 2,5 - 17,5 cm. Terkadang pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman. Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35°C sampai 30 hari pada suhu 15°C. 

3.2 Gejala
                Imago betina akan meletakkan telur pada silk (rambut) jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung, karena larva hidup di dalam buah, biasanya serangan serangga ini sulit diketahui dan sulit dikendalikan dengan insektisida.

3.3 Cara Pengendalian
            Ketika kita ingin melakukan suatu upaya pengendalian hama H. armigera kita harus memilih cara pengendalian yang tepat dan baik, karena akan dapat menentukan tingkat keberhasilan. Berikut ini beberapa upaya yang dapat kita lakukan dalam mengendalikan hama H. armigera :
1. Kultur teknis     : Secara kultur teknis dapat dilakukan dengan melakukan pengelolaan tanah yang baik. Karena pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
2. Hayati            :  Cara hayati dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami, diantaranya dengan parasit trichogramma spp, cendawan Metarhizium anispliae yang mengendalikan larva penggerek tongkol.
3. Kimiawi                  : Pengendalian secara kimiawi merupakan pilihan terakhir untuk mengendalikan serangan hama penggerek tongkol ini. Penyemprotan dengan insektisida Decis dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dengan selang 1 – 2 hari hingga rambut jagung berwarna coklat.

4.1 KESIMPULAN
·         Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain padi dan gandum. Sebagai sumber karbohidrat utama,
·         Dalam budidaya tanaman jagung tidak dapat terlepas dari yang namanya OPT yang akan mengganggu hasil produksi seperti H. armigera yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
·         Cara pengendalian H. armigera dapat dilakukan dengan cara :
1. Kultur Teknis
2. Pengendalian Hayati
3. Kimiawi

4.2 SARAN
Hama yang ada pada tanaman budidaya sebaiknya dikendalikan dengan system pengendalian ham yang ramah lingkungan agar tidak membahayakan, baik bagi lingkungan sekitar maupun terhadap produksi tanaman tersebut. Kenali terlebih dahulu hama atau penyakitnya, kemudian cari cara/solusi penanggulangan yang cepat dan tepat, agar tanaman produksi kita terhindar dari kerugian fisik dan ekonomi.



0 comments: