1.
Pengertian Filsafat, Menurut beberapa ahli :
1) Menurut N. Driyarkara, filsafat adalah pikiran
manusia yang radikal yang artinnya dengan mengesampingan pendirian-pendirian
dan pendapat-pendapat “yang diterima saja” mencoba memperlihatkan pandangan
yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis.
2) Menurut
Notonagoro, filsafat adalah filsafat
itu menelaah hal – hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak
(terdalam), yang tetap dan yang tidak berubah, yang juga disebut hakikat.
Jadi,
kesimpulannya menurut Notonagoro filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu hal yang ada secara mendalam dengan
mempergunakan akal sampai dengan hakikatnya, jadi filsafat tidak terfokus pada
gejala – gejala, fenomina – fenomina, akan tetapi filsafat lebih terfokus pada
hakekat dari fenomena – fenomena itu. Hakekat adalah suatu prinsip yang
menyatakan sesuatu adalah sesuatu, sedangkan filsafat adalah usaha
berpikir untuk mengetahui segala sesuatu (ada/being) merupakan implekasi dasar.
Jadi, segala sesuatu yang memiliki kualitas tertentu pasti dia adalah ada/being.
3)
Menurut Ir. Proedjawijatna, filsafat adalah ilmu yang berush untuk mencari
sebab yang sedalam – dalamnya bagi segala sesuatu berdsarkan pikiran belaka.
4)
Menurut Ali Mudhofir (Ahli filsafat yang juga dosen UGM), filsafat
diartikan sebagai :
1. Filsafat
sebagai suatu sikap dalam kehidupan dan alam semesta, sikap secara filsafat
adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu tersedia
menunjau suatu problem dari semua sudut pandang.
2. Filsafat
sebagai suatu metode artinya cara berpikir secara reflektif (mendalam),
penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati – hati dan teliti.
3. Filsafat
merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh mencoba
menggantungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia
menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten.
Jadi, dari batasan – bataan diatas
tersebut Ali Mudhofir mengambil
kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala
sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada
hakekatnya.
2.
6
Pendapat Cendakiawan ( Surajiyo 2008 )
1)
Poedjawijatna
Berpendapat
jadi, objek material filsafat iyalah ada dan yang mungkin ada. Dapatkah di
katakana bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala ilmu yang menyelidiki
segala sesuatunya juga ?’ dapat di katakana bahwa objek filsafat yang kami
magsud adalh objek materialnya sama dengan objek material dari ilmu seluruhnya
akan tetapi filsafat tetap filsafat dan bukan merupakan kumpulan atau
keseluruhan ilmu. ( poedjawijatna, 1980, hlm.8 ).
2)
H.A
Dardiri Berpendapat, objek material filsafat adalah segala
sesuatu yang ada baik yang yang ada dalam pikiran dan dalam kenyataan mampu ada
dalam kemungkinan’. Kemudian apakah gerangan segala sesuatu yang ada itu ?
segala sesuatu yang ada dapat di bagi dua, yaitu :
a. Ada
yang bersifat umum dan
b. ada
yang bersifat khusus
3)
Menurut Hakim dan Beni ( 2008: 19) Objek material filsafat adalah
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek material adalah sesuatu
bahan yang menjadi tinjauan peneliatan atau pembentukan pengetahuan itu
(Surajiyo, 2009 : 5). Objek ini merupakan hal yang diselidiki ( sasaran
peenyelidikan ), dipandang, disorot, atau dipermasalahkan oleh suatu disiplin
ilmu. Objek ini mencangkup hal-hal yang bersifat kongkret ( seperti makhluk
hidup dan benda mati ) maupun abstrak ( seperti kekayaan dan nilai-nilai).
4)
Menurut Mustansyr ( 2003 : 44 ) Dalam filsafat ilmu objek material
adalah ilmu pengetahuan itu sendiri yaitu pengetahuan yang disusun secara
sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara umum.
5)
Mohammad
Noor Syam Objek material adalah segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik material kongkret,
psikis maupun nonmaterial abstrak,psikis. Termasuk pula pengertian
abstrak-logis, konsepsional, spiritual dan nilai- nilai.
6)
Louis
O. Kattsoff Berpendapat bahwa lapangan kerja
filsafat itu bukanmain luasnya, meliputi segala pengetahuan manusia segala
pengetahuan serta segala apa saja yang ingin diketahui manusia.
3.
Penjelasan
singkat dari ke 10 metode filsafat dalam Surajiyo ( 2008 )
Anton
Bekker dalam Surajiyo (2008) , menjelaskan setidaknya terdapat sepuluh metode
filsafat yang merupakan penyederhanaan dari beberapa metode yang komplek.
1)
Metode
Kritis ( Socrates, Plato)
Metode ini dikembangkan
untuk mendapatkan pengetahuan hakekat dengan jalan analitis istilah dan
pendapat
2)
Metode
Intutif ( Plotinus, Bergson )
Metode ini menggunakan
akal yang disertai dengan kebersihan hati dan pensucian moral sehingga
menghasilkan pengetahuan yang sempurna menurut aliran intuisionisme atau
iluminasianisme.
3)
Metode
Skolastik ( Aristoteles, Aquinas dan Filsafat Abad
Pertengahan )
Metode ini menggunakan
penarikan kesimpulan dari sintesis – deduktif dengan bertolak dari
definisi-definisi yang kemudian dengan kaidah tertentu diambil kesimpulan
4)
Metode
Geometris ( rene Descartes dan pengikutnya )
Melalui analisis
mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan hakikat-hakikat sederhana (
ide terang dan berbeda dari yang lain ), dari hakikat-hakikat itu di
dedukasikan secara matematis segala pengertian lainnya.
5)
Metode
Empiris ( Locke, Hobbes, Berkeley dan Hume )
Metode ini berdasarkan
pengalamanlah yang menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (
ide-ide) dalam introfeksi di bandingkan cerapan – cerapan (impresi) dan kemudian disusun bersama secara geometris
6)
Metode
Transendental ( Immanuel Kant dan Neo Skolastik )
Metode ini bertitik
tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di selidiki
syarat-syarat apriori bagi pengertian.
7) Metode Fenomenologis
( Husserl, Eksistensialisme )
Yakni
dengan jalan beberapa pemotongan sistematis ( reduction ), refleksi atau
fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni. Fenomologi
adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakan
diri atau yang membicarakan gejala. Hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau
penyaringan dan menurut Husserl ada tiga macam reduksi yaitu
·
Reduksi Fenomologis
·
Reduksi Eidetis
·
Reduksi Transendental
8)
Metode
dialektis : hegel dan mark
Dengan jalan mengikuti diamika pikiran
atau alam sendiri menurut triade tesis, anti tetis, sintetis di capai hakikat
kenyataan. Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua
pengertian yang bertentangan kemudian di damaikan (tesis-antitesis-sintetis).
9)
Metode
non-positivistis
Kenyataan yang di
pahami menurut hakikatnya dengan jalan menggunakan aturan-aturan seperti berlku
pada ilmu pengetahuan positif ( eksakta ).
10) Metode analika bahasa :
Wittgenstein
Dengan jalan analisis
pemakaian bahasa sehari-hari di tentukan sah ato tidaknya ucapa-ucapan
filosofis. Metode ini di nilai cukup netral sebab tidak sama sekali
mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan
hasilnya senantiasa di sadarkan kepada penelitian bahasa yang logis.
4.
Dasar-Dasar
Epistemologi Menurut MINTAREJA !
Istilah epistemology berasal dari
kata Yunani, episteme dan logos, episteme bisa diartikan pengetahuan
atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, ata atau teori epistemology secara
epistemology dapat diartikan teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya
disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa inggrisnya adalah “ Theory Of
Knowledge” istilah lain dari epistemology adalah berbagai keputusan filsafat
kadang-kadang disebut juga logika material, criteriology, kritik pengetahuan,
gnosiology dan dalam bahasa indonesianya lazim di pergunakan untuk istilah
“Filsafat Pengetahuan”
Abbas Hamani Mintareja memberikan
pendapat bahwa epistemology adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, metode dan
kesahihan pengetahun. ,yang
dia sederhanakan bahwa epistemology ialah bagian filsafat atau cabang filsafat
yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau
pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu.
Maka
dari itu ditarik kesimpulan, epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber penget5ahuan, asal-usul
pengetahuan, batas-batas sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.
1. Gejala
Pengetahuan dibedakan, menjadi 3 yaitu :
a. Epistemologi
metafisi
b. Epistemologi
skeptis
c. Eistemologi
kritis
2. Ada
beberapa hal yang mendasari terbentuknya pengetahuan, antara lain :
a. Pengalaman
b. Ingatan
c. Kesaksian
d. Minat
dan rasa ingin tahu
e. Pikiran
dan penalaran
f. Logika
g. Bahasa
, dan
h. Kebutuhan
hidup manusia
3. Pengetahuan
dibagi menjadi 3, yaitu
a. Pengetahuan
Ilmiah : Jenis pengetahuan yang diperoleh dan
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara
kerja atau metode ilmiah
b. Pengetahuan
Moral : Nilai-nilai mora hanya dinyatakan kepada orang
yanbg mengalami urgensi atau keharusanya.
c. Pengetahuan
Religius : Persoalan tentang kemungkinan adanya
pengetahuan religious sedikit berbeda dari persoalan tentang kemungkinan adanya
pengetahuan moral.
4. Ada
beberapa pendapat tentang, Sumber
Pengetahuan diantaranya :
a. Empiris
; menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman
(emperiokos=pengalaman). Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu :
menetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara mengetahui (pengalaman)
tokoh yang terkenal John Locke (1632 – 1704) , George Barkeley (1685 – 1753)
dan David Hume.
b. Rasionalisme
; Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan
dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta
empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1598 – 1650), Baruch Spinoza (1632 –
1677) dan Gottried Leibniz (1646 - 1716)
c. Intuisi
; Dengan intuisi manusia memperoleh pengetahuan
secara tiba-tiba tanpa melalui proses penalaran tertentu. Henry Bergson
menanggap intuisi merupakan hasil dari revolusi pemikiran yang tertinggi,
tetapi bersifat personal. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia intuisi
merupakan kemampuan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan
atau dipelajari
d. Wahyu
; Pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui
Hamba-Nya yang terpilih untuk menyampaikan (Nabi atau Rosul). Melalui wahyu
atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau
ataupun tidak terjangkau oleh manusia.
5. Batasan
Pengetahuan
Ilmu adalah
Pengetahuan yang hanya bisa dijuangkau oleh akal manusia dan bahkan yang bisa
diuji kebenaranya secara empiris. Sebuah ilmu harus memenuhi standar
metodologis dan bisa diuji dengan menggunakan metode-metode ilmiah, jika suatu
ilmu berada di luar jangkauan pengalaman manusia bagaimana kita bisa menguji
dengan standar met
0 comments:
Post a Comment