I.
STERILISASI PERALATAN LAB DAN BAHAN
1.1 Pendahuluan
Sterilisasi
adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau
didalam suatu benda. Cara sterilisai dapat dibagi atas tiga jenis utama , yaitu
menggunakan panas , bahan kimia , dan peyaringan. Strelesasi menggunakan panas
dapat dibagi atas dua metode , yaitu
sterilisasi panas lembab dan serilisai panas kering. Sterilisasi panas lebab
dan penyaringan umumnya digunakan untuk bahan, sedangkan sterilisai peraltan
LAB dilakukan dengan metode panas dan pengunaan bahan kimia.
Sterilisasi panas basah dilakukan dengan autoklaf pada
tekanan 15 psi pada suhu 120oC selama 20 menit. Pnas yang dilepaskan
mampu mendenaturasi atau mengkoagulasikan protein yang terkandung didalam tubuh
jasad mikro. Oleh karena itu, metode panas lembab sangat efektif membunuh jasad
mikro pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Metode ini biasannya digunakan untuk
medium buatan, larutan, fisiologis, akuadest, dan pealtan lab.
Sterilisasi panas kering biasannya digunkan untuk mensterilisasikan
perlatan dari bahan pecah-belah , jarum suntik, atau bahanyang tidak daat
ditembus uap air, seperti gliserin, minyak , vasein, dan bahan-bahan dalam
bentuk serbuk. Suhu yang umum digunakan dalam metode ini adalah 170oC
slama 1jam atau 160oC selama 2 jam.
Sterilisai peralatan lab dengan bahan kimia, umumnnya
digunakan larutan sublimate 0,1% dan larutan fenol 2% atau larutan Lysol. Dalam
menggunakan bahan-bahan ini perlu diperhatikan agar tidak terdapat sisa-sisa
bahan kimia tersebuat pada alat, karena bahan-bahan tersebut dapat membunuh
atau menghambat pertumbuhan jasad mikro yang diteliti.
Peralatan gelas, seperti pipet dapat disterilisasikan
secara cepat melalui pencucian dengan mengunakan larutan fenol 5% kemudian
dengan larutan alkohol pekat, dan terakhir dengan ether. Ether yang masih
tertinggal pada alat keringan dengan cara memanggang alat secara hati-hati
diatas api.
Metode sterilisasi sederhana yang juga bisa dilakukan ,
antara lain pasteurisasi dengan pemanasan pada suhu 70oC, pembakaran
jarum ose diatas api bunsen sampai bahan
yang melekat dibakar menjadi abu dan dibersihkan dengan kain halus, atau
penggunaan alkohol, serta pencucian dengan deterjen.
1.2 Peralatan Dan Bahan
Peralatan yang
dgunakan adalah autoklaf, oven, cawan petri dan pipet. Bahan-bahan yang akan
disterilisasikan seperti media tumbuh dan larutan fisiologis.
1.3 Cara Kerja Metode
Panas Lembab
1. Tuangkan
air secukupnya kedalam autoklaf.
2. Masukkan
peralatan dan bahan-bahan yang akan disterilisasikan kedalam autoklaf ditata
sedemikian rupa agar terdapat cukup ruang bagi peredaran udara/uap didalam
autoklaf.
3. Tutup
autoklaf dengan cara memasukkan tabung pebgeluaran gaskedalam saluran pengarah
pada dinding bagian dalam autoklaf, diikuti dengan mempertemukan masing-masing
buat pengunci luar pada tepi autoklaf dan penutupnnya.
4. Angkat
masing-masing baut pengunci dan kencangkan setiap mur pada arah diagonal secara
bersama sampai seluruh mur tertutup rapat.
5. Panaskan
autoklaf dan buka pengantur klep pengaman.
6. Setelah
terdengar suara mendesis yang menunjukkan uap air keluar dengan deras, tutup
kembali klep pengaman sehingga tekanan dalam tabung autoklaf meningkat.
7. Bila
tekanan 15 psi telah tercapai (suhu sekitar 121oC) pertahankan
tekanan selama 20 menit dengan megatur besarnya api pemanasan.
8. Pada
akhir proses sterilisasi, matikn pemanas dan tunggu sampai tekanan kembali nol,
kemudian buka katup pengaman untuk mengeluarkan sisa-sisa uap air yang tersisa
didalam autoklaf.
9. Setelah
dingin, kendurkan mur-mur dan buka tutup autoklaf seta keluarkan peralatan dan
bahan-bahan yang telah disterilisasi.
10. Buang
sisa air yang ada di dalam autoklaf, kemudian keringkan dan tutup kembali
autoklaf.
1.4 Metode
Panas Kering.
1.
Tempat kan peralatan ( cawan petri dan
pipet) yang akan di sterilkan didalam oven.
2.
Nyalakan oven dan atur suhu pada 160oC,
3.
Matikan oven setelah suhu 160oC
diperhatikan selama 2 jam.
4.
Setelah dingin, pindahkan peralatan yang
disertai kedalam wadah penyimpanan.
II.
PEMBUATAN SERI PENGENCERAN
2.1 Pendahuluan
Dalam penetapan
populasi jasad mikro tanah. Perlu dilakukan seri penenceran, karena pupolasi
didalam tanah sangat tinggi. Larutan pengenceran yang sering digunakan adalah
larutan fisiologis (8,5 g NaCl L-1 akuades). Larutan pengencer yang
juga sering digunakan adalah larutan 0,1 % proteosepepton. Penggunaan akuades
sebagai lautan pengenceran sebaiknnya dihindari, karena dapat menggangu bahkan
membunuh jasad mikro akibat dari perbedaan tekanan osmosis yang cukup besar
antara tekanan di dalam sel dengan tekanan diluar sel.
Tingkat pengenceran
ditentukan sesuai dengan perkiraan populasi jasad mikro di daam tanah. Semakin
subur tanah yang damati, maka perkiraan populasi jasad mikro semakin
tinggi sehingga tingkat pengenceran yag
diperlukan akan semakin tinggi. Untuk penetapan jumlah jasad mikro total,
biasannya digunakan pengenceran seper 10-4 sampao 109 (
biasannya di tulis 10-4 dan 10-9).
2.2 Peralatan Dan
Bahan.
Peralatan yang diperlukan adalah laminair flow,
erlenmeyer, tabung reaksi, pipet dan lampu bunsen. Bahan yang dugunakan adalah
larutan fisiologis (lampiran 1), alkohol, dan spiritus.
2.3 Cara Kerja.
1.
Masukkan 10g tanah sampel ke dalam 90 mL
larutan fisiologis yang ditempakan dalam erlenmeyer 250 mL steril, lalu dikocok
selama 15 menit, sehingga diperoleh suspensi tanah dengan tingkat pengenceran
10 kali yang biasa ditulis 10-1. Kode ini ditulis pada tabung reaksi
untuk menghindari kekeliruan.
2.
Pipet 1 mL suspensi tanah dari 10-1
ke dalam 9 mL. Larutan fisiologis dalam tabung reaksi
yang telah disetrika sehingga diperoleh suspensi pengenceran 100 kali atau 10-2.
3.
kocok secara merata suspensi tanah
tersebut, kemudian pipet 1 mL suspensi tanah dari kepekatan 10-2
kedalam 9 mL. Larutan fisiologis dalam tabung reaksi singga diperoleh suspensi
dengan kepekatan 10-3. Harap diperhatikan agar selama pengocokan,
kapas penutup tabung reaksi tidak terkena suspensi jasad mikro.
4.
Lakukan tahapan seri pengenceran tesebut
sampai diperoleh kepekatan sebesar 10-9 seperti diperlihatkan gambar
1.
3.1 Pendahuluan
Jumlah jasad mikro total yang terdapat didalam tanah
dapat digunakan sebagai penduga status kesuburan tanah, tanpa mempertimbangkan
hal-hal lain. Memang tanah yang subur mengandug jumlah jasad mikro yang tinggi.
Popilasi yang tinggi ini mengggambarkan adanya suplai makanan dan energi yang
cukup, an kondisi ekologi yang mendukung perkembangan jasad mikro tersebu
didalam tanah. Akan tetapi, dua jenis tanah yang mempunyai jumlah atau kegiatan
jasad mikro yang sebnading dapat mempunyai tingkat produktivitas yang berbeda
karena tingkat kesuburannnya berbeda.
Jumlah jasad mikro total sangat berguna dalam menentukan
tempat jasad mikro dalam hubungan dengan sistem perakaran, sisa bahan oerganik,
dan kedalam profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman
iklim dan pengolahan tanah terhadap aktivitas jasad mikro di dalam tanah.
Metode yang sering digunakan untuk menetapkan jumlah
jasad mikro total di dalam tanah adalah metode agar-cawan. Pada prinsipnya,
cara ini dimulai dengan pembuata larutan tanah atau bahan lain yang mengandung
sel jasad mikro, spora, atau potongan miselium, yang mempunyai kemungkinan
untuk tumbuh dan berkembang cukup baik, bila keadaan lingkungan memungkinkan.
Suspesi yang diamati didapat dengan membuat seri pengenceran. Oleh karena itu,
metode agar-cawan ini sering disebut sebagai cawan pengenceran (dilution plate)
atau penghitung mikro dengan pengenceran (dilution count).
Asumsi utama dari metode ini adalah bahwa tiap jasad
mikro yang hidup dalam suspensi tanah dapat berkembang membentuk suatu koloni
jika keadaan lingkungan memungkinkan. Kenyataan menunjukkan bawha tidak semua
jasad mikro dapat tumbuh pada media agar-cawan, dari jumlah jasad mikro total
yang benar-benar ada. Metode ini dapat digunakan dengan baik untuk
membandingkan populasi jasad mikro tanah yang satu dengan tanah yang lainnya.
3.2 Peralatan Dan Bahan
Peralatan yang
diperlukan dalam praktikum ini adalah laminair flow, erlenmeyer, tabung
reasi, cawan petri, pipet, dan lampu bunsen. Bahan yang diperlukan adalah
larutan fisiologis, media bacto agar(lampiran 2), dan alkohol.
3.3 Cara Kerja.
1.
Siapkan seri pengenceran tanah sampai 10-7.
2.
Pipet masing-masing 1 mL suspensi tanah
dari tingkat pengenceran 10-7, 10-6, dan 10-5
kedalam cawan petri yang telah disterilkan. Jangan lua memberi kode pada cawan
petri dengan mencantumkan : nama kelompok, nomor contoh/perlakuan, tingkat
pengenceran, tanggal inkubasi, dan media yang digunakan, seperti pada gambar 2.
3.
Tuangkan media agar yang telah disiapkan
(temperatur 40-45oC) kedalam cawan petri sebanyak 10-15 mL, kemudian
secara perlahan-lahan diputar kearah kanan dan kiri masing-masing sebanyak 3
kali.
4.
Diamkan sampai media agar memadat,
kemudian inkubasikan pada inkbator selama satu minggu dalam keadaan terbalik
untuk menghindari pengembunan pada tutup cawan petri.
5.
Pengamatan dilakukan dengan mencatat
jumlah koloni yang tumbuh dan hitung jumlah populasi jasad mikro total dengan
rumus :
Jumlah
jasad mikro = [( p1 : 100) + (p2 :
10) + (p3)] x 107 x (100 + KA)
Total
(spk g-1 tanah) 3
100
Keterangan
:
Spk :
satuan pembentuk koloni
P1 : jumlah koloni pada sampel pengenceran
10-7
P2 : jumlah koloni pada sampel pengenceran 10-6
P3 : jumlah koloni pada sampel pengenceran 10-5
KA :
kadar air tanah
|
3.4 Hasil Dan Pembahansan
IV
PENETAPAN POPULASI JASAD MIKRO SELULOLITIK
4.1 Pendahuluan
Selulose
merupakan komponen terbesar penyusun jaringan tumbuh. Senyawa organik
tersebut umumnya tidak udah dimanfaatkan oleh jasad ,ikro tanah.
Beberapa jasad mikro mempunyai kemampuan untuk merombak selulose menjadi senyawa
organik sederhana, sehingga dapat dimanfaatkan oleh jasad mikro lainnya. Jasad
mikro selulolitik. Isolasi jasad mikro tersebut dilakukan dengan menggunakan
media semi selektif dengan selulose sebagai satu-satunya sumber karbon.
Salah
satu media yang sering digunakan untuk mengisolasi jasad mikro sesulolitik
adalah media CMC ( carboxy-methyk
cellulose) penambah larutan phenol red dipermukaan media tersebut pada
akhir pengamatan perlu dilakuan untuk membedakan jaad mikro selulolitik dengan
jasad mikro yang tidak mampu merombak selulose. Koloni jasad mikro sesulotik
pada media CMC yang ditambahkan phenol red memiliki zone terang disekitas
koloni.
4.2 Peralatan Dan Bahan.
Peralatan
yang diperlukan dalam praktikum ini adala laminair flow, erlenmeyer, tabung
reaksi, cawan petri, pipet, dan lampu bunsen. Bahan yang diperlukan adalah
larutan fisiologis, media CMC (lampiran
3), dan alkohol.
4.3 Cara
Kerja
1. siapkan
seri penganceran tanah sampai 10-6.
2. Pipet
masing-masing 1 mL suspensi tanah dari tingkat pengenceran 10-6, 10-5,
dan 10-4 kedalam cawan petri yang telah disterilkan dan jangan lupa
memberi kode pada cawan petri dengan mencantumkan : nama kelompok, nomor contoh/perlakuan,
tingkat pengenceran, tanggal inkubasi dan media yang digunakan, seperti gambar
2.
3. Tuangan
media CMC yang telah disiapkan ( temperatur 40-45oC) kedalam cawan
petri sebanyak 10-15 mL, kemudian secara perlahan-lahan diputar kearah kanan
dan kiri masing-masing 3 kali.
4. Diaman
sampai media aga memadat, kemudian inkubasikan pada inkubator selama 1 minggu
dalam keadaan terbalik untuk menghindari pengembunan pada tutup cawan petri.
5. Pada
akhir inkubasi, tuangkan phenol red sampai menutupi permukaan agar diamkan
sejenak.
6. Pengamatan
dilakukan dengan mencatat jumlah koloni yang memilih tempat terang
disekelilingnya dan hitung jumlah populasi jasad ikro selulolitik dengan rumus
:
Jumlah
jasad mikro = [ (P1 : 100)
+ (P2 : 10) + (P3)
] X 106 X (100 + KA )
Total(spk g-1tanah) 3
100
Keterangan
:
Spk :
satuan pembentuk koloni
P1 : jumlah koloni pada sampel pengenceran 10-6
P2 : jumlah koloni pada sampel pengenceran 10-5
P3 : jumlah koloni pada sampel pengenceran 10-4
KA :
kadar air tanah.
7. Ukuran luas zone bening dari setiap koloni.
8. Pindahkan
koloni tersebut kemedia padat yang telah disediakan untuk permunian.
4.4
Hasil Dan Pembahasan
V.
METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)
5.1 Pendahuluan
Metode
most probable number (MPN) memungkinkan kita untuk menduga populasi jazad mikro
tanpa menghitung jumlah sel atau koloni. Metode ini juga sering disebut metode pengenceran.
Metode MPN didasarkan pada penentuan ada tidaknnya jasad mikro didalam tempat
inkubasi (tabung reaksi) yang dinokulasikan dengan suatu seri pengenceran
suspenss tanah atau bahan lain.
Syarat dari metode ini adalah jasad mikro yang ingin
ditetapkan mempunyai sifat-sifat yang mudah dikenal dalam substrat. Dalam hal
iniperubahan hasil reaksi yang positif menunjukan paling tidak satu jasad mikro
dalam sampel tersebut pada waktu inkubasi.
5.2 Peralatan Dan Bahan
Peralatan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah
laminair flow, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, dab lampu bunsen. Bahan yang
diperlukan adalah larutan fisiologis, media sesuai jasad mikro yang di teliti,
dan alkohol.
5.3 Cara Kerja
1. Siapkan
seri pengenceran 10-1 sampai 10-7
2. Pipet
sebanyak tiga kali ulang 1 ML suspensi dari pengenceran 10-7 dan
masukkan ke dalam tabung yang berisi medium cair yang cocok untuk inokulum yang
diteliti.
3. Lanjutkan
untuk pengenceran 10-6, dan 10-5.
4. Inkubasi
tabung-tabung yang telah diinkulasi selama satu minggu.
5. Pada
akhir masa inkubasi, amati pertumbuhan jasad mikro pada setiap tabung dan catat
jumlah tabung yang menunjukan pertumbuhan positif. Adanya pertumbuhan jasad
mikro ditandai oleh adanya kekeruhan , pembentukan gas , dan gumpalan berbentuk
cincin pada bagian atas tabung.
6. Tentukan
nilai MPN yang diperoleh berdasarkan Tabel 1.
7. Hitung
populasi jasad mikro dengan rumus :
Hasil MPN x tingkat pengenceran tertinggi x (100 +
KA )/100
Tabel 1. Nilai MPN untuk tiga ulangan bagi setiap
pengenceran (McCrady)(Verstraete, 1981 dalam Anas, 1989)
Hasil
|
MPN
|
Hasil
|
MPN
|
Hasil
|
MPN
|
000
|
0.0
|
201
|
1.4
|
302
|
6.5
|
001
|
0.3
|
202
|
2.0
|
310
|
4.5
|
010
|
0.3
|
210
|
1.5
|
311
|
7.5
|
011
|
0.6
|
211
|
2.0
|
312
|
11.5
|
020
|
0.6
|
212
|
3.0
|
313
|
16.0
|
100
|
0.4
|
220
|
2.0
|
320
|
9.5
|
101
|
0.7
|
221
|
3.0
|
321
|
15.0
|
102
|
1.1
|
222
|
3.5
|
322
|
20.0
|
110
|
0.7
|
223
|
4.0
|
323
|
30.0
|
111
|
1.1
|
230
|
3.0
|
330
|
25.0
|
120
|
1.1
|
231
|
3.5
|
331
|
45.0
|
121
|
1.5
|
232
|
4.0
|
332
|
110.0
|
130
|
1.6
|
300
|
2.5
|
333
|
140.0
|
200
|
0.9
|
301
|
4.0
|
|
|
5.4 Hasil dan Pembahasan.
VI.
METODE MPN UNTUK PENETAPAN POPULASI NITROSOMONAS
6.1 Pendahuluan
Bakteri tanah yang
mengoksidasi ammonium menjadi nitrit dan nitrat adalah bakteri yang bersifat
khemoototrof. Pada tahap pertama , annonium diosidasi menjadi nitrit ileh
bakteri kelompok nitrosomonas. Pada tahapan kedua, nitrit dioksidasi menjadi
nitrat ileh bakteri nitrobacter. Kedua kelompok
bakteri ini disebut kelompok bakteri nitrifikasi.
Sifat
khemoototrof yang dimiliki oleh kedua bakteri ini digunakan untuk menghitung
dan memisahkan mereka dari jasad mikro tanah yang lainnya. Nitrosomonas diinokulasi
dalam medium organik yang mengandung ammonium sebagai sumber nitrogen. Bila ada
Nitrosomonas tidak ada, karena ada kemungkinan ada bakteri lain yang dapat
mengoksidasi atau ammonium menjadi nitrat.
6.2 Peralatan Dan Bahan.
Peralatan
yang diperlukan dalam praktikum ini adalah laminair flow, erlenmeyer, tabung
reaksi, pipet, dan lampu Bunsen. Bahan yang diperlukan adalah larutan
fisiologis, media untuk nitrosomonas Lampiran 4, dan alkohol.
6.3 Cara Kerja
1.
Siapkan tanah sample dan buatlah seri
pengenceran sampai tingkat 10-6
2.
Pipet sebanyak tiga kali ulang 1 mL
suspensi dari pengenceran 10-6 dan masukkan kedalam tabung yang
berisi medium cair yang cocok untuk iokulum yang diteliti.
3.
Lanjutkan untuk pengencean 10-5,
dan 10-4.
4.
Inkubasi tabung – tabung yang telah
diinkulasi selama 4 minggu.
5.
Pada akhir masa inkubasi , amati
pertumbuhan jasad mikro pada setiap tabung dan catat jumlah tabung yang
menunjukan pertumbuhan positif. Adanya pertumbuhan nitrosomonas ditandai oleh
adanya perubahan warna menjadi kuning.
6.
Tentukan nilai MPN yang diperoleh
berdasarkan Tabel 1.
7.
Hitung populasi jasad mikro dengan rumus
:
Hasil
MPN x tingkat pengenceran tertinggi x (100 + KA)/100
6.4 Hasil dan
Pembahasan.
VII.
METODE MPN UNTUK JASAD MIKRO PENGURAI PATI
7.1 Peralatan Dan Bahan.
Peralatan yang
diperlukan dalam praktikum ini laminair flow, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet,
dan lampu bunsen. Bahan yang diperlukan adalah larutan fisiologis, media untuk
jasad mikro pengurai pati ( lampiran 5 ), dan alkohol.
7.2 Cara
Kerja
1. siapkan
tanah sampel dan buatlah seri pengenceran sampai tingkat 10-6
2. pipet
sebanyak tiga kali ulang 1 mL suspensi dari pengenceran 10-6 dan
masukkan kedalam tabung yang berisi medium cair yang cocok untuk untk inokulum
yang diteliti.
3. Lanjutkan
untuk pengenceran 10-5, dan 10-4.
4. Inkubasi
tabung-tabung yang telah diinkulasi selama seminggu.
5. Pada
akhir masa inkubasi tambahkan 2 tetes reagen jodium dan amati pertmbuhan jasad
mikro pada setap tabung, serta catat jumlah tabung yang menunjukan pertumbuhan
positif. Adanya pertumbuhan jasad mikro amilolitik ditandai leh tidak adanya
warna biru. Warna biru menandakan bahwa pati tetap ada, berarti tidak ada
bakteri amilolitik yang berkembang didalam tabung reaksi tersebut.
6. Tentukan
nilai MPN yang diperoleh berdsarkan Tabel 1.
7. Hitung
populasi jasad mikro dengan rumus :
Hasil MPN x tingkat pengenceran tertinggi x (100 +
KA)/100
7.3 Hasil Dan Pembahan
VIII.
RESPIRASI TANAH
8.1 Pendahuluan
Respirasi
tanah merupakan salah satu petunjuk aktivitas jasad mikro tanah, dengan
mengukur CO2 yang dihasilkan atau O2 yang dibutuhkan oleh jasad mikro tanah. Pengukur
respirasi tanah, merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan
tingkat aktivitas jasad mikro tanah, alasannya adalah hasil yang diperoleh
cukup peka, konsisten penetapannya sederhana dan cepat, serta tidak memerlukan
alat yang sangat mahal dan canggih.
Banyak
sekali metode yang telah digunakan untuk menetapkan respirasi dalam penetapan
CO2 secara kuantitatif, sebagaian metode ini berdasarkan penyerapan
CO2 oleh basa. Basa yang paling sering digunakan KOH atau NaOH.
Salah satu metode yang paling sederhana dan sering digunakan adalah verstraete.
8.2 Peralatan Dan Bahan.
Pelatan
yang diperlukan dalam praktikum ini adalah beaker gelas/toples pastik kedap
udara, buret, pipet, dan botol film. Bahan yang diperlukan adalah tanah lembab,
KOH0,2 N, HC1 0,1 N, phenolptalin (PP), methyl orange, dan akuades.
8.3 Cara Kerja
1. Tempatkan 100g tanah lembab didalam beaker
gelas/toples plastik.
2. Tempatkan
2 botol film yang berisi 10 mL akuades dan 5 mL KOH 0,1 N didalam beaker/toples
yang berisi tanah
3. Tutup
rapat beaker/toples kemudian diinkubasi ditempat gelap selama 7hari.
4. Buat
blanko(tanpa tanah) dan diinkubasi ditempat yang sama.
5. Pada
akhir inkubasi, tabah 2 tetes larutan PP
kedalam KOH dalam botol film sampai terjadi perubahan warna menjadi pink.
6. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan HC1 0.1 N sampai warna pink hilang, kemudian teteskan methyl orange sehingga timbul warna
kuning.
7. Titrasi
kembali dengan HC1 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
pink. Perubahan warna tidak terlalu kentara, oleh karena itu harus hati-hati untuk menentukan
titik akhir titrasi. Catat jumlah HC1 yang digunakan dalam titrasi kedua,
karena berhubungan langsung dengan
jumlah CO2 yang difiksasi.
8. Hitung
kadar CO2 tanah lembab dengan rumus :
Mg C-CO2 Kg-1 tanah hari-1 = (s – b)
x 0,1 x 120
n
keterangan :
s = mL HC1 titrasi substrat
b
= mL HCL titrasi blanko.
n
= jumlah hari inkubasi.
8.4 Hasil Dan Pembahasan
0 comments:
Post a Comment