Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Sunday, 14 December 2014

laporan praktikum kalibrasi



 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATARBELAKANG

Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan herbisida. Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara aplikasi yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu: gulma tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teralikasi herbisida dengan dosis yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan gulma dan tanaman budidaya akan mati di areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis lebih tinggi dari dosis rekomendasi.
Untuk menghindari kesalahan tersebut serta untuk menjamin teknik aplikasi yang akurat, terlebih dahulu harus ditentukan areal penyemprotan yang aktual dengan memperhatikan jumlah herbisida yang diperlukan untuk areal perlakuan dan bagaimana larutan herbisida tersebut dapat diaplikasikan secara seragam pada areal perlakuan. Hal ini melibatkan pekerjaan kalibrasi dari alat semprot (sparayer) yang akan dipergunakan dan orang yang akan melakukan aplikasi (apliakator).
Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran lubang nozel (nozel curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan ( ke depan) aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan melalui lubang nozel pada setiap waktu yang dikehendaki.

1.2  TUJUAN
Tujuan dilaksanakan praktikum acara peralatan aplikasi dan teknik kalibrasi adalah :
1.      Untuk mengetahui keluaran nosel per detik.
2.      Untuk mengetahui teknik kalibrasi sebelum melakukan aplikasi pestisida di lapang.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Menurut Sudarmo (1991), pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian yang signifikan. Pestisida secara umum digolongkan beberapa jenis menurut organisme yang akan dikendalikan populasinya yaitu Insektisida, herbisida, fungsida dan nematisida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda.
Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam pengertian sprayer. Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga dapat dianggap sebagai sprayer. Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan, yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien (Sukma, Y. dan Yakup, 1991).
Alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran untuk menyebarkannya tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa dugunakan untuk menampung pestisida tersebut dan sarungtangan agar tangan tidak berhubungan langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya. Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000). Pada dasarnya semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang dilakukan nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus.
Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Menurut Raini (2007) pestisida yang termasuk organoklorin termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain- lain (Manuaba, 2008).
Penyemprot gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis dilengkapi dengan sabuk penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada punggung penyemprot. Bagi penyemprot gendong otomatis, sebelum penyemprotan dimulai maka diperlukan pemompaan terlebih dulu. Pemompaan dilakukan berulang kali sampai tekanan di dalam tangki dianggap cukup dengan melihat manometer yang ada pada alat tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi dikhawatirkan bisa meledak. Dan sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air semprotan keluarnya tidak sempurna. Lain lagi cara penggunaan penyemprotan gendong semiotomatis, jenis penyemprot ini diperlukan pemompaan yang kontinyu.
Pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust) adalah alat untuk mengabutkan atau menghembuskan cairan dari dalam tangki. Untuk melakukan pekerjaan tersebut masih diperlukan bantuan motor penggerak. Pada dasarnya system kerjanya sama, yaitu memanfaatkan tekanan, hanya saja tekanan yang diberikan pada alat ini berasal dari motor penggerak. Mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer) adalah alat yang akan mengeluarkan cairan semprot bila tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagian-bagian dari penyemprot tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit pompa, selang, laras dan nozzle. Alat ini digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu tipe penyemprot yang menggunakan kerangka besi, tipe penyemprot yang diletakkan di atas gerobak, dan tipe yang diletakkan di atas traktor (Djojosumarto, 2004).

BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
a)      Tanggal: 10 November 2014
b)      Pukul: 15.00 WITA
c)      Tempat: Kebun Percobaan Pegok
3.2  Alat dan Bahan
1.      Alat semprot punggung semi otomatis
2.       Alat tulis
3.       Ember platik
4.      Penggaris atau meteran
5.      Gelas ukur 1000 ml
6.      Stopwatch
7.      Air
3.3 Cara Kerja
a.      Penentuan kecepatan curah semprot
1.      Memasukkan air ke dalam alat semprot dan melakukan pemompaan secukupnya kemudian melakukan penyemprotan ke dalam gelas ukur selama 30 detik.
2.      Mengukur jumlah larutan yang keluar selama 30 detik dengan menggunakan gelas ukur.
3.      Mengulang prosedur di atas sebanyak  5 kali ulangan, selanjutnya menghitung kecepatan curah per-menit (A)
b.      Penentuan kecepatan jalan
1.      Meletakkan alat semprot di punggung dan melakukan penyemprotan sambil berjalan secara teratar sejauh 10 meter.
2.      Menghitung waktu yang diperlukan untuk menempuk jarak 10 mter dengan menggunakan stopwatch
3.      Melakukan hal yang sama sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tersebut.
4.      Menghitung kecepatan jalan (C meter/menit)
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kecepatan Curah Semprot
No
Parameter
Jumlah
1
Disemprotkan 30 detik 1
300 ml
2
Disemprotkan 30 detik 2
523 ml
3
Disemprotkan 30 detik 3
647 ml
4
Disemprotkan 30 detik 4
680 ml
5
Disemprotkan 30 detik 5
730 ml

JUMLAH
2880 ml

RATA - RATA
576 ml

a)      Waktu yang diperlukan dihitung dengan rumus:

T detik =  250 ml × 30 detik                          
Volume rata-rata kalibrasi (ml)
= 250 ml × 30 detik
         576 ml
= 39 detik


4.2 Pembahasan
Kalibrasi merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan melakukan pengendalian terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada setiap alat semprot memililki perbedaan volume yang keluar. Selain itu factor manusia juga dapat menyebaakan perubahan tersebut. Alat semprot yang menyebabkan perubahan adalah dari nozel, yang kemudian akan menyebabkan volume curah yang keluar, dan nozel menyebabkan perbedaan lebar gawang. Faktor dari manusia (penyemprot) yang menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan, karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu kalibrasi diperlukan karena pertimbangan hal tersebut, dengan kalibrasi maka akan didapatkan volume air per hektar.
Pada pratikum ini dilakukan kalibrasi dengan menggunakan alat semprot punggung semi otomatis tuas atas. Pada awalnya dilakukan perhitungan kecepatan jalan dengan 3 ulangan dengan jarak 37,5 meter. Pertama yang dilakukan adalah mencari curah dalam satuan liter/menit yaitu dengan meyemprot dengan memasukkan air yang keluar pada gelas ukur dengan volume 1 liter kemudian didapatkan rata-rata dari 3 ulangan yaitu sebanyak 1,75 liter/menit. Tahap kedua adalah melakukan penghitungan kecepatan jalan sejauh 37,5 meter. Keceptan dihitung dari jarak yang ditempuh dibagi dengan banyaknya waktu yang dihabiskan. Dari 3 ulangan didapatkan data kecepatan jalan adalah 3,5 m/menit. Tahap terakhir adalah penghitungan lebar gawang. Lebar gawang dihitung dalam satuan meter, yaitu mengukur lebar tanah yang terkena semprot menggunakan meteran. Dari hasil pengukuran meteran didapatkan hasil bahwa lebar gawang 0,4 m.
Perhitungan kalibrasi merupakan perhitungan jumlah cairan yang dibutuhkan per luasan lahan yang akan diaplikasikan. Perhitungan kalibrasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
D =  
Keterangan :
D = Jumlah Volume (liter/ha)
A = Kecepatan curah (liter/menit)
B = Lebar gawang semprot (meter)
C = Kecepatan jalan (meter/menit)
Berikut ini merupakan hasil kalibrasi dari alat semprot punggung semiotomatis tuas atas:
D =  
 D =10000     x      0,75 L
            14,2 m/menit x 1,58 m
            = 334,28 L/ha
Jadi hasil kalibrasi alat semprot punggung semi otomatis adalah 334,28 L/ha. Dengan kebutuhan air tersebut maka akan dibutuhkan dosis pestisida yang akan diaplikasikan dilahan dapat dihitung jumlahnya agar dapat efisiensi penggunaan pestisida.
Alat-alat semprot pestisida memiliki berbagai macam bentuk. Berikut beberapa macm alat semprot pestisida yang umum dilakukan oleh petani beserta cara penggunaannya dan perawatannya:
1.      Alat semprot semi otomatis
Untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet) dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi dengan menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan pada bagian tuas. Cara penggunannya dengan memasukkan bahan yang akan digunakan dalam penyemprotan lalu menggunakan pompa dengan menekan tuas sehingga cairan keluar ketika kita menekan kran yang ada. Cara perawatannya dengan melumasi bagian tuas yang sering digunakan agar tidak mudah aus dan dapat digunakan lagi lalu menggunakan alat dengan sesuai kebutuhan dan juga sering mengganti nosel karen nosel sering tersumbat sehingga hasil dropletnya kurang.
2.    Pompa tekanan udara otomatis
Untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet) dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi dengan menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan aliran udara yang memiliki tekanan yang tinggi. Cara penggunaannya dengan memompa alat dengan tuas pemompa setelah larutan yang akan digunakan dimasukkan kedalam tabung lalu mengarahkan laras pada bagian tanaman yang akan disemprot dengan membuka kran yang akan mengeluarkan cairan akibat adanya tekanan angina yang tinggi.
Cara perawatan memakai dan menggunakan sprayer sesuai dengan keperluannya.  Hindari pemakaian yang tidak perlu dengan sprayer, semisal mengaduk larutan campuran dengan stik sprayer, mencampur larutan didalam tangki sprayer dengan cara menggoyang tangki sprayer kuat, Sering melihat atau cek bagian yang sering rawan rusak, segel atau packing yang sering aus, pengatur atau kran yang sering kotor dan aus, spuyer yang sering digunakan  sering membesar dengan sendirinya, katup macet karena kurang pelumas. Sebelum digunakan akan lebih baik cek kebocoran kebocoran dan lakukan segera perbaikan bila itu hanya perbaikan ringan, jangan menunggu benar benar rusak. Segera ganti spare part yang rusak dengan yang baru di toko pertanian terdekat agar kerusakan tidak merembet. Gunakan air yang bersih untuk bahan pelarutnya, saat melakukan penyemprotan. Sebelum disimpan cuci berulang kali,cuci pertama, masukkan air bersih dan kocok kocok seperlunya dan buang airnya. Cuci kedua, masukkan air bersih  dan buang lewat spuyer, dan buang sisa air dalam tangki.cuci ketiga, masukkan air bersih dan setengah tutup AERO 810, kocok sebentar dan buang lewat spuyer dan buang sisa air dalam tangki .keringkan, dan lumasi bagian yang bergerak seperti piston dengan minyak kelapa. Simpan dengan kondisi miring atau terbalik. Pengecekan kebocoran alat merupakan salah satu antisipasi dalam keracunan pestisida pada petani (Kartika, Y, 2012).
3.      Sprayer tangan
Untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet) dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi dengan menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan ketika kita menarik pelatuk yang ada pada bagian bawah nosel. Cara penggunaannya dengan memasukkan cairan yang akan digunakan kedalam tabung penampung lalu menyesuaikan droplet yang akan digunakan untuk penyemprotan lalu memompa sprayer dengan menggunakan pelatuk yang telah ada. Cara perawatannya dengan membersihkan alat dengan menggunakan air setelah pemakaian lalu membalikkan alat agar kotoran tidak masuk kedalam alat, sering-sering mengecak nosel yang telah digunakan sehingga hasil droplet sesuai dengan diharapkan dan menggunakan alat seperlunya saja.
4.      Fogging
Untuk membuat asap udara sehingga dapat meracuni lubang tikus dengan cara pengasapan udara. Cara penggunaanya dengan memasukkan belerang kedalam tabung yang ada lalu menghidupkan mesin dan memasukkan pipa output kedalam lubang tikus asap yang dihasilkan merupakan gabungan dari minyak yang dicampur dengan belerang sehingga menimbulkan asap yang beracun bagi tikus. Cara perawatan dengan sering-sering mengecek bagian mesin apabila mesin terasa tidak nyaman dan membersihkan bagian tabung belerang.
Kehilangan cairan pestisida yang terjadi merupakan salah satu kendala yang terjadi karena adanya keausan nozzel yang digunakan sehingga perlu dilakukan kalibrasi dan perawatan alat yang digunakan dalam plikasi pestisida dilapang. Kalibrasi adalah menghitung atau mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan dilapang yang bertujuan untuk menghindari pemborosan pestisida yang digunakan dan memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan pestisida atau pengurangan residu kimia yang terjadi dilingkungan (Parlyna, 2011).







BAB V
 PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Berdasarkan  pratikum yang telah dilakukan dengan acara Alat-alat Aplikasi Pestisida dan Kalibrasi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.        Tujuan utama dari kalibrasi adalah mencari volume air/ ha.
2.        Penyebab dilakukannya kalibrasi adalah adanya perubahan yang disebabkan dari nozel yang selanjutnya akan menyebabakan perubahan curah dan lebar gawang.
3.        Manusia juga merupakan salah satu faktor  penyebab perubahan yang disebabkan karena perbedaan kecepatan jalan dari masing-masing orang yang tidak sama, kemudian lebar gawang dan tekanan yang diberikan dari masing-masing orang juga tidak sama.
4.        Alat-alat semprot yang banyak digunakan oleh petani maupun orang lain memiliki berbagai macam seperti alat semprot tekanan udara otomatis, alat semprot tekanan udara semiotomatis, handsprayer (manual) dan fogging serta memiliki berbagai tujuan yang berbeda-beda setiap alat yang digunakan.
.

5.2    Saran
Sebaiknya sebelum melakukan aplikasi pestisida dilapangan dilakukan kalibrasi terlebih dahulu agar penggunaan dapat efektif dalam mengendalikan OPT sasaran. Selain itu kalibrasi juga akan menghemat biaya pengedalian karena jumlah pestisida yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.







DAFTAR PUSTAKA



0 comments: