BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap
perlakuan herbisida. Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata,
karena cara aplikasi yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak
diinginkan, yaitu: gulma tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teralikasi
herbisida dengan dosis yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan gulma dan
tanaman budidaya akan mati di areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis
lebih tinggi dari dosis rekomendasi.
Untuk menghindari kesalahan tersebut serta untuk
menjamin teknik aplikasi yang akurat, terlebih dahulu harus ditentukan areal
penyemprotan yang aktual dengan memperhatikan jumlah herbisida yang diperlukan
untuk areal perlakuan dan bagaimana larutan herbisida tersebut dapat
diaplikasikan secara seragam pada areal perlakuan. Hal ini melibatkan pekerjaan
kalibrasi dari alat semprot (sparayer) yang akan dipergunakan dan orang yang
akan melakukan aplikasi (apliakator).
Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan
kalibrasi, yaitu ukuran lubang nozel (nozel curah), tekanan dalam tangki alat
semprot, dan kecepatan berjalan ( ke depan) aplikator. Ketiga faktor tersebut
harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida
tertentu yang dapat dilepaskan melalui lubang nozel pada setiap waktu yang
dikehendaki.
1.2 TUJUAN
Tujuan
dilaksanakan praktikum acara peralatan aplikasi dan teknik kalibrasi adalah :
1. Untuk
mengetahui keluaran nosel per detik.
2. Untuk
mengetahui teknik kalibrasi sebelum melakukan aplikasi pestisida di lapang.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut
Sudarmo (1991), pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma.
Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian yang
signifikan. Pestisida secara umum digolongkan beberapa jenis menurut organisme
yang akan dikendalikan populasinya yaitu Insektisida, herbisida, fungsida dan
nematisida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang
patogen dan nematoda.
Semua alat
yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemproan disebut
alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer
berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang dilakukan oleh nozzle,
menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (droplet).
Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam pengertian sprayer.
Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga dapat
dianggap sebagai sprayer. Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan,
yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower
and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer),
dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan
kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga
pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien (Sukma, Y.
dan Yakup, 1991).
Alat yang
digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang digunakan.
Pestisida yang berbentuk butiran untuk menyebarkannya tidak membutuhkan alat
khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa dugunakan untuk
menampung pestisida tersebut dan sarungtangan agar tangan tidak berhubungan
langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung
yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya.
Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat
penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat
penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon
kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000). Pada dasarnya
semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara
penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme
kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang
dilakukan nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat
halus.
Berdasarkan ketahanannya di
lingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang
resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang
resisten. Menurut Raini (2007) pestisida yang termasuk organoklorin termasuk
pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu
lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya
DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok
organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja
dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon,
Azodrin, Gophacide, dan lain- lain (Manuaba, 2008).
Penyemprot
gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis dilengkapi dengan sabuk
penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada punggung penyemprot.
Bagi penyemprot gendong otomatis, sebelum penyemprotan dimulai maka diperlukan
pemompaan terlebih dulu. Pemompaan dilakukan berulang kali sampai tekanan di
dalam tangki dianggap cukup dengan melihat manometer yang ada pada alat
tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi dikhawatirkan bisa meledak. Dan
sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air semprotan keluarnya tidak sempurna.
Lain lagi cara penggunaan penyemprotan gendong semiotomatis, jenis penyemprot
ini diperlukan pemompaan yang kontinyu.
Pengabut
bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust) adalah alat untuk
mengabutkan atau menghembuskan cairan dari dalam tangki. Untuk melakukan
pekerjaan tersebut masih diperlukan bantuan motor penggerak. Pada dasarnya system
kerjanya sama, yaitu memanfaatkan tekanan, hanya saja tekanan yang diberikan
pada alat ini berasal dari motor penggerak. Mesin penyemprot tekanan tinggi (High
Pressure Power Sprayer) adalah alat yang akan mengeluarkan cairan semprot
bila tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagian-bagian dari penyemprot
tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit pompa, selang, laras dan
nozzle. Alat ini digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu tipe penyemprot yang
menggunakan kerangka besi, tipe penyemprot yang diletakkan di atas gerobak, dan
tipe yang diletakkan di atas traktor (Djojosumarto, 2004).
BAB
III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
a)
Tanggal:
10 November 2014
b)
Pukul:
15.00 WITA
c)
Tempat:
Kebun Percobaan Pegok
3.2
Alat dan Bahan
1.
Alat semprot punggung
semi otomatis
2.
Alat tulis
3.
Ember platik
4.
Penggaris atau meteran
5.
Gelas ukur 1000 ml
6.
Stopwatch
7.
Air
3.3 Cara Kerja
a.
Penentuan
kecepatan curah semprot
1. Memasukkan
air ke dalam alat semprot dan melakukan pemompaan secukupnya kemudian melakukan
penyemprotan ke dalam gelas ukur selama 30 detik.
2. Mengukur
jumlah larutan yang keluar selama 30 detik dengan menggunakan gelas ukur.
3. Mengulang
prosedur di atas sebanyak 5 kali
ulangan, selanjutnya menghitung kecepatan curah per-menit (A)
b.
Penentuan
kecepatan jalan
1. Meletakkan
alat semprot di punggung dan melakukan penyemprotan sambil berjalan secara
teratar sejauh 10 meter.
2. Menghitung
waktu yang diperlukan untuk menempuk jarak 10 mter
dengan menggunakan stopwatch
3. Melakukan
hal yang sama sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk menempuh jarak tersebut.
4. Menghitung
kecepatan jalan (C meter/menit)
BAB
IV
HASIL
dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kecepatan
Curah Semprot
No
|
Parameter
|
Jumlah
|
1
|
Disemprotkan 30 detik 1
|
300 ml
|
2
|
Disemprotkan 30 detik 2
|
523 ml
|
3
|
Disemprotkan 30 detik 3
|
647 ml
|
4
|
Disemprotkan 30 detik 4
|
680 ml
|
5
|
Disemprotkan 30 detik 5
|
730 ml
|
|
JUMLAH
|
2880 ml
|
|
RATA - RATA
|
576 ml
|
a)
Waktu yang diperlukan dihitung dengan rumus:
T detik = 250 ml × 30 detik
Volume rata-rata kalibrasi (ml)
= 250 ml × 30
detik
576 ml
=
39 detik
4.2
Pembahasan
Kalibrasi
merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan melakukan pengendalian
terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada setiap alat semprot
memililki perbedaan volume yang keluar. Selain itu factor manusia juga dapat
menyebaakan perubahan tersebut. Alat semprot yang menyebabkan perubahan adalah
dari nozel, yang kemudian akan menyebabkan volume curah yang keluar, dan nozel
menyebabkan perbedaan lebar gawang. Faktor dari manusia (penyemprot) yang
menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan, karena setiap orang memiliki kemampuan
yang berbeda-beda. Oleh karena itu kalibrasi diperlukan karena pertimbangan hal
tersebut, dengan kalibrasi maka akan didapatkan volume air per hektar.
Pada pratikum ini dilakukan
kalibrasi dengan menggunakan alat semprot punggung semi otomatis
tuas atas. Pada awalnya dilakukan perhitungan kecepatan jalan dengan 3 ulangan
dengan jarak 37,5 meter. Pertama yang
dilakukan adalah mencari curah dalam satuan liter/menit yaitu dengan meyemprot
dengan memasukkan air yang keluar pada gelas ukur dengan volume 1 liter
kemudian didapatkan rata-rata dari 3 ulangan yaitu sebanyak 1,75 liter/menit. Tahap kedua adalah melakukan penghitungan kecepatan jalan
sejauh 37,5 meter. Keceptan dihitung dari jarak yang ditempuh dibagi dengan banyaknya
waktu yang dihabiskan. Dari 3 ulangan didapatkan data kecepatan jalan adalah 3,5 m/menit. Tahap terakhir adalah penghitungan lebar gawang. Lebar gawang
dihitung dalam satuan meter, yaitu mengukur lebar tanah yang terkena semprot
menggunakan meteran. Dari hasil pengukuran meteran didapatkan hasil bahwa lebar
gawang 0,4 m.
Perhitungan kalibrasi merupakan
perhitungan jumlah cairan yang dibutuhkan per luasan lahan yang akan
diaplikasikan. Perhitungan kalibrasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
D =
Keterangan :
D = Jumlah Volume (liter/ha)
A = Kecepatan curah (liter/menit)
B = Lebar gawang semprot (meter)
C = Kecepatan jalan (meter/menit)
Berikut ini merupakan hasil
kalibrasi dari alat semprot punggung semiotomatis tuas atas:
D =
D =10000 x 0,75 L
14,2 m/menit x 1,58 m
=
334,28 L/ha
Jadi hasil
kalibrasi alat semprot punggung semi otomatis
adalah 334,28 L/ha.
Dengan kebutuhan air tersebut maka akan dibutuhkan dosis pestisida yang akan
diaplikasikan dilahan dapat dihitung jumlahnya agar dapat efisiensi penggunaan
pestisida.
Alat-alat
semprot pestisida memiliki berbagai macam bentuk. Berikut beberapa macm alat
semprot pestisida yang umum dilakukan oleh petani beserta cara penggunaannya
dan perawatannya:
1. Alat semprot
semi otomatis
Untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet)
dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi dengan
menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan pada bagian tuas. Cara
penggunannya dengan memasukkan bahan yang akan digunakan dalam penyemprotan
lalu menggunakan pompa dengan menekan tuas sehingga cairan keluar ketika kita
menekan kran yang ada. Cara perawatannya dengan melumasi bagian tuas yang
sering digunakan agar tidak mudah aus dan dapat digunakan lagi lalu menggunakan
alat dengan sesuai kebutuhan dan juga sering mengganti nosel karen nosel sering
tersumbat sehingga hasil dropletnya kurang.
2. Pompa tekanan udara otomatis
Untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet)
dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi dengan
menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan aliran udara yang memiliki
tekanan yang tinggi. Cara penggunaannya dengan memompa alat dengan tuas
pemompa setelah larutan yang akan digunakan dimasukkan kedalam tabung lalu
mengarahkan laras pada bagian tanaman yang akan disemprot dengan membuka kran
yang akan mengeluarkan cairan akibat adanya tekanan angina yang tinggi.
Cara perawatan memakai dan
menggunakan sprayer sesuai dengan keperluannya. Hindari pemakaian yang
tidak perlu dengan sprayer, semisal mengaduk larutan campuran dengan stik
sprayer, mencampur larutan didalam tangki sprayer dengan cara menggoyang tangki
sprayer kuat, Sering melihat atau cek bagian yang sering rawan rusak, segel
atau packing yang sering aus, pengatur atau kran yang sering kotor dan aus,
spuyer yang sering digunakan sering membesar dengan sendirinya, katup
macet karena kurang pelumas. Sebelum digunakan akan lebih baik cek kebocoran
kebocoran dan lakukan segera perbaikan bila itu hanya perbaikan ringan, jangan
menunggu benar benar rusak. Segera ganti spare part yang rusak dengan yang baru
di toko pertanian terdekat agar kerusakan tidak merembet. Gunakan air yang
bersih untuk bahan pelarutnya, saat melakukan penyemprotan. Sebelum disimpan
cuci berulang kali,cuci pertama, masukkan air bersih dan kocok kocok seperlunya
dan buang airnya. Cuci kedua, masukkan air bersih dan buang lewat spuyer,
dan buang sisa air dalam tangki.cuci ketiga, masukkan air bersih dan setengah
tutup AERO 810, kocok sebentar dan buang lewat spuyer dan buang sisa air dalam
tangki .keringkan, dan lumasi bagian yang bergerak seperti piston dengan minyak
kelapa. Simpan dengan kondisi miring atau terbalik. Pengecekan kebocoran alat
merupakan salah satu antisipasi dalam keracunan pestisida pada petani (Kartika,
Y, 2012).
3. Sprayer
tangan
Untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet)
dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi dengan
menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan ketika kita menarik pelatuk
yang ada pada bagian bawah nosel. Cara penggunaannya dengan
memasukkan cairan yang akan digunakan kedalam tabung penampung lalu
menyesuaikan droplet yang akan digunakan untuk penyemprotan lalu memompa
sprayer dengan menggunakan pelatuk yang telah ada. Cara perawatannya dengan
membersihkan alat dengan menggunakan air setelah pemakaian lalu membalikkan
alat agar kotoran tidak masuk kedalam alat, sering-sering mengecak nosel yang
telah digunakan sehingga hasil droplet sesuai dengan diharapkan dan menggunakan
alat seperlunya saja.
4. Fogging
Untuk membuat asap udara sehingga
dapat meracuni lubang tikus dengan cara pengasapan udara. Cara penggunaanya
dengan memasukkan belerang kedalam tabung yang ada lalu menghidupkan mesin dan
memasukkan pipa output kedalam lubang tikus asap yang dihasilkan merupakan
gabungan dari minyak yang dicampur dengan belerang sehingga menimbulkan asap
yang beracun bagi tikus. Cara perawatan dengan sering-sering mengecek bagian
mesin apabila mesin terasa tidak nyaman dan membersihkan bagian tabung
belerang.
Kehilangan cairan pestisida yang
terjadi merupakan salah satu kendala yang terjadi karena adanya keausan nozzel
yang digunakan sehingga perlu dilakukan kalibrasi dan perawatan alat yang
digunakan dalam plikasi pestisida dilapang. Kalibrasi adalah menghitung atau
mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu.
Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan dilapang
yang bertujuan untuk menghindari pemborosan pestisida yang digunakan dan
memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan pestisida atau
pengurangan residu kimia yang terjadi dilingkungan (Parlyna, 2011).
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang
telah dilakukan dengan acara Alat-alat Aplikasi Pestisida dan Kalibrasi dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Tujuan utama dari kalibrasi adalah mencari
volume air/ ha.
2.
Penyebab dilakukannya kalibrasi adalah adanya
perubahan yang disebabkan dari nozel yang selanjutnya akan menyebabakan
perubahan curah dan lebar gawang.
3.
Manusia juga merupakan salah satu faktor penyebab perubahan yang disebabkan karena
perbedaan kecepatan jalan dari masing-masing orang yang tidak sama, kemudian
lebar gawang dan tekanan yang diberikan dari masing-masing orang juga tidak
sama.
4.
Alat-alat
semprot yang banyak digunakan oleh petani maupun orang lain memiliki berbagai
macam seperti alat semprot tekanan udara otomatis, alat semprot tekanan udara
semiotomatis, handsprayer (manual) dan fogging serta memiliki berbagai tujuan
yang berbeda-beda setiap alat yang digunakan.
.
5.2
Saran
Sebaiknya sebelum melakukan aplikasi pestisida dilapangan dilakukan
kalibrasi terlebih dahulu agar penggunaan dapat efektif dalam mengendalikan OPT
sasaran. Selain itu kalibrasi juga akan menghemat biaya pengedalian karena
jumlah pestisida yang dikeluarkan sesuai
dengan kebutuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
0 comments:
Post a Comment