Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Sunday 14 December 2014

laporan praktikum pestisida dan aplikasi



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Praktikum 1 (contoh jenis pestisida)
Hama dan penyakit pertanian merupakan salah satu masalah yang mendapat perhatian khusus dalam budidaya pertanian. Ia adalah faktor penting penentu keberhasilan panen satu komoditas. Karenanya industri pun menganggap kondisi ini sebagai peluang bisnis yang menggiurkan. Mulailah masuk berbagai macam pestisida untuk menangani serangan hama dan penyakit pada tanaman. 

Kondisi ini disatu sisi menguntungkan bagi petani karena petani memiliki pilihan pestisida yang cukup banyak untuk menanggulangi gangguan hama dan penyakit. Namun disisi lain, dengan kondisi sosial ekonomi petani yang mayoritas adalah penduduk desa dengan umur tua, variasi pestisida yang tinggi ini dapat menyebabkan ketidaktepatan penggunaan pestisida akibat salah kaprah fungsi dan dosis pestisida yang beredar dilapangan. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidak tahuan petani akan petunjuk penggunaan pestisida. Padahal informasi penting mengenai pestisida sudah melekat pada kemasan pestisida itu sendiri, dengan catatan pestisida yang telah terdaftar dan diakui oleh pemerintah. Informasi ini terletak pada label kemasan. Label adalah bagian yang sangat penting dalam kemasan pestisida. Label memberikan informasi produk yang terdapat dalam kemasan, namun sayangnya konsumen seringkali mengabaikan dan tidak memperhatikannya. Label bukan hanya semata-mata untuk melindungi kepentingan konsumen, tetapi juga seluruh stakeholder yang berperan dalam industri pertanian. Membangun rasa tanggung jawab dan kredibilitas industri melalui pengawasan masyarakat, sehingga industri pangan akan berkembang dengan diiringi kepercayaan oleh masyarakat
Beberapa hal yang wajib dicantumkan pada label keterangan adalah berikut (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2011) :
  1. Nama dagang formula;
  2. Jenis pestisida;
  3. Nama dan kadar bahan aktif;
  4. Isi atau berat bersih dalam kemasan;
  5. Peringatan keamanan;
  6. Klasifikasi dan simbol bahaya;
  7. Petunjuk keamanan;
  8. Gejala keracunan;
  9. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
  10. Perawatan medis;
  11. Petunjuk penyimpanan;
  12. Petunjuk penggunaan;
  13. Piktogram;
  14. Nomor pendaftaran;
  15. Nama dan alamat serta nomor telepon pemegang, nomor pendaftaran;
  16. Nomor produksi, bulan dan tahun produksi (batch number) serta bulan dan tahun kadaluwarsa;
  17. Petunjuk pemusnahan.

Selain keterangan tersebut pada setiap Label wajib dicantumkan kalimat “Bacalah Label Sebelum Menggunakan Pestisida!” Tulisan ini biasanya dicantumkan dengan jelas agar setiap pengguna pestisida memperhatikan informasi yang terdapat dalam kemasan.
Ke 17 (tujuhbelas) keterangan tersebut penting untuk diketahui petani, namun kenyataannya sulit bagi petani untuk mencermati dan memahami semuanya.  Karena itu ada beberapa item  yang perlu diprioritaskan untuk dibaca dan dipahami oleh petani setiap membeli produk pestisida.

2.2 Praktikum 2 (surfaktan)
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan permukaan.
Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya (namun hal ini belum diteliti).
Beberapa kegunaan surfaktan antara lain yaitu : Deterjen, pelembut kain, pengemulsi, cat, adesif, tinta, anti – fogging, remidiasi tanah,  pendispersi, pembasah, Ski wax dan snowboard wax, daur ulang kertas, pengapungan, pencuci, zat busa, penghilang busa, laxatives, formula agrokimia, herbisida dan insektisida, coating, sanitasi, sampo, pelembut rambut, spermicide, pemipaan pemadam kebakaran, pendeteksi kebocoran, dsb.
2.2.1 Klasifikasi Surfaktan
Ada cara penggolongan zat aktif permukaan yang umum yaitu:
1.                  1. Menurut sifat elektrokimia atau ionisasi molekul.
Schwartz dan Perry menyebutkan bahwa molekul zat aktif permukaan terdiri dari dua gugus yang penting, yaitu gugus liofil (menarik pelarut) dan gugus liofob (menolak pelarut). Gugus liofob biasanya terdiri dari rantai alifatik atau aromatik, atau gugus aril alkil (aralkil) yang biasanya terdiri dari paling sedikit sepuluh atom karbon.
Dalam medium air sebagai pelarut, gugus liofob yang juga disebut gugus hidrofob bersifat menjauhi air. Sedang gugus liofil atau dalam air dikenal sebagai gugus hidrofil lebih banyak menentukan sifat – sifat kimia fisika zat aktif permukaan daripada gugus hidrofob.
Sifat dari pada zat aktif permukaan juga bergantung pada macamnya gugus hidrofil, yang dapat dibagi sebagai berikut :
1.                  Zat aktif anion
Terjadi ionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif.
Contoh : karboksilat, ester sulfat, alkil sulfonat, dan anion lainnya yang hidrofil.  Perfluorooctanoate (PFOA/ PFO), Perfluorooctanesulfonate (PFOS), Sodium dodecyl sulfate (SDS), ammonium lauryl sulfate, garam alkyl sulfate, Sodium laureth sulfate atau sodium lauryl ether sulfate (SLES), Alkyl benzene sulfonate, sabun atau garam asam lemak.
2.   Zat aktif kation
Terjadi ionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan positif.
Contoh : senyawa amino, senyawa amonium, alkali tak bernitrogen (sulfonium, fosfonium, dsb.), alkali bernitrogen (alkil isotiourea, alkil isourea, dsb.). Cetyl trimethylammonium bromide (CTAB) a.k.a. hexadecyl trimethyl ammonium bromide, dan garam alkyltrimethylammonium, Cetylpyridinium chloride (CPC), Polyethoxylated tallow amine (POEA), Benzalkonium chloride (BAC), Benzethonium chloride (BZT)
3.      Zat aktif nonion
Tak terionisasi dalam larutan dan stabil dalam keadaan asam maupun alkali.
Contoh : ikatan eter pada gugus terlarut, ester, amida, amin, Alkyl poly(ethylene oxide), Alkylphenol poly(ethylene oxide), Kopolymers ofpoly(ethylene oxide) dan poly(propylene oxide) atau Poloxamers/ Poloxamines, Alkyl polyglucosides (Octyl glucoside, Decyl maltoside), Fatty alcohols, Cetyl alcohol, Oleyl alcohol, Cocamide MEAcocamide DEA, Polysorbates (Tween 20Tween 80), Dodecyl dimethylamine oxide. dsb.
4.      Zat aktif amfolitik/ amfoter. (Zwitterionic)
Terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif maupun positif, tergantung pada suasana pH larutan.
Contoh : ikatan amino dan karboksilat, amino dan ester sulfat, amino dan seter sulfonat, dan ikatan lainnya serta Dodecyl betaine, Cocamidopropyl betaine, Coco ampho glycinate.

2.2.2 Menurut struktur kimia
Agster menyusun golongan ini atas tujuh bagian, penggolongan ini erat hubungannya dengan cara pembuatan zat aktif permukaan. Misalnya dengan cara penyabunan atau kondensasi terhadap asam lemak, sulfotasi terhadap rantai alifatik tinggi, dan sebagainya.
Penggolongan menurut struktur kimia dapat dibagi sebagai berikut :
1.      Sabun
Contoh : Na-laurat, Na-palmitat, Na-stearat, Na-oleat, dsb.
2.      Minyak-minyak yang disulfatkan/disulfonkan.
Contoh : Minyak jarak yang disulfatkan (TRO).
3.      Parafin atau olefin yang disulfurkan.
Contoh : senyawa sulfochlorida yang disabunkan (Mersolat), olefin yang disulfatkan (Tepol).
4.      Aralkil sulfonat
Contoh : alkil benzo sulfonat,  naftalin sulfonat seperti 1-iso propil natalin 2-sulfonat-Na (Nekal A), dsb.
5.      Alkil sulfat
Contoh : Alkil sulfat primer/ dari alkil alkohol primer seperti asam malonat anhidrat + alkohol dengan Na-bisulfit (Nacconol. LAL), Alkil sulfat sekunder/ dari alkil alkohol sekunder.
6.      Kondensat asam lemak.
Contoh : kondensat dengan gugus amino (Medialan A, Sapamine A),  kondensat mengandung gugus oksi (Immersol S, Soromin A), kondensat dengan gugus inti aromatik (Melioaran F).
7.      Persenyawaan polietilenaoksida (poliglikoeter).
Contoh : Alkil amin poliglikol eter (Peregal OK), Dispersol E.
2.2.3  Menurut kelarutannya
1.      Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
b.   Surfaktan yang larut dalam pelarut air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, deterjen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
2.2.4 Toksisitas Surfaktan
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit.
Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.
Umumnya surfaktan berinteraksi dengan membran dan enzim. Pengaruh ini dapat berdampak pada tumbuhan, dengan penyerapan surfaktan dan imobilisasi pada dinding sel sehingga terjadi perubahan struktur ultra seluler. Toksisitas timbul dari penghambatan enzim atau transmisi selektif ion – ion melalui membran.
Pengaruh lain yaitu penghambatan pertumbuhan dalam tumbuhan, ikan, dan budding dalam hidra, kerusakan Lepomis gibbosus, kerusakan organ sensoris luar yang peka sehingga dapat mengganggu pemilihan makanan, mempengaruhi sinergis zat – zat dan surfaktan subletal menyebabkan pengambilan zat lipofilik yang lebih cepat dan memperkuat toksisitas zat ini. Toksisitas memperlihatkan suatu korelasi dengan tegangan permukaan menurut jumlah atom karbon dalam homolog jenis surfaktan.
Toksisitas surfaktan ABS bertambah dengan kelinearan gugus alkil, disebabkan oleh penerobosan gugus alkil linier yang lebih dalam. Interaksi surfaktan – protein juga bertambah bila ekor hidrofobik bertambah dan menyebabkan bertambahnya toksisitas. (Toksisitas surfaktan terhadap beberapa makhluk Perairan sesuai dengan tabel Lundahl & Cabridenc  (1978)).


















BAB III
METODOLOGI

3.1 Praktikum 1

·         Waktu dan tempat     
a.       Waktu       : Senin,6 Oktober 2014, pukul 16.00
b.      Tempat      : Laboratorium Hama dan Penyakit, Fakultas pertanian, Univessitas Udayana, Denpasar.

3.2              Praktikum 2
1.      Waktu dan tempat     
c.       Waktu       : Senin,13Oktober 2014, pukul 16.00
d.      Tempat      : Laboratorium Hama dan Penyakit, Fakultas pertanian, Univessitas Udayana, Denpasar.

2.      Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan dari praktikum ke-2 ini yaitu :
a.       Tabung reaksi
b.      Twin 80 (surfaktatn)
c.       Air
d.      Tepung
e.       Detergen
f.       Bubuk kopi
g.      Campuran kopi dan gula
h.      Debu basah
i.        Debu kering
j.        Debu detergen
k.      Minyak
l.        Minyak surfaktan twin 80
m.    Daun talas

3.      Cara kera
1.      Siapkan 10 tabung reaksi, masing- masing diisi air hingga ¾ tabung tersebut.
2.      Campurkan masing-masing bahan kedalam tabung yang berisi air tersebut, seperti detergen, kopi, kopi ynag dicampur gula, debubasah, debu kering, debu detergen, minyak, dan minyak surfaktan
3.      Lihat dan catat reaksi yang terjadi.
4.      Pada daun talas, terlebih dahulu letakkan sedikit air diatas daunt alas tersebut, lihat reaksi yang terjadi.
5.      Setelah itu ambil daun talas yang baru, kemudian camburkan air yang baru dengan minyak surfaktan twin 80.
6.      Campuran air dengan surfaktan tersebut letakkan diatas daun talas, lihat reaksi yang terjadi.

3.3              Praktikum 3



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan pembahasan praktikum 1 (jenis pestisida)
1.    4 jenis insektisida
1.      BRASSO 250 EC (sipermetrin 250 g/l)home-1







Nomor pendaftaran: RI. 01010120114114

Brasso 250 EC, mengandung bahan aktif sipermetrin 250 g/l, merupakan insektisida piretroid yang lebih efisien dengan daya kerja yang kuat sebagai racun kontak dan racun perut terhadap serangga perusak tanaman.
·                     Keunggulan brasso 250 ec :
a.       Mengendalikan banyak jenis serangga hama
Brasso 250 ec efektif mengendalikan berbagai jenis ulat, kutu, belalang dan berbagai jenis serangga penusuk-penghisap dan penggerek lainnya dari ordo Lepidoptera, Hemiptera, Homoptera dan Coleoptera.

a.       Mengendalikan hama tanaman dengan cepat &tuntas
Brasso 250 EC cepat melumpuhkan dan mematikan serangga hama, dan daya kerjanya sebagai racun kontak dan racun perut dapat menyebabkan serangga hama mati setelah terkena semprotan langsung, bersentuhan atau memakan daun/bagian lain tanaman yang di semprot, sehingga hama tanaman dapat dikendalikan secara tuntas.

·         Dosis pemakaian rendah
Brasso 250 EC dengan kandungan bahan aktif sipermetrin 250 g/l mengandung bahan aktif tertinggi dikelasnya, sehingga dosis pemakaian lebih rendah dibandingkan dengan formulasi lain dengan kandungan sipermetrin yang lebih rendah.

·         Petunjuk penggunaan yang terdaftar
 Tanaman dan Hama Sasaran 
Konsentrasi Formulasi
 Cara dan Waktu Aplikasi 
KAKAO
Penghisap buah
Helopeltis antonii
Penggerek buah
Conopomorpha cramerella
 
 
 
0,5 - 1,0 ml/l

 
0,5 - 1,0 ml/l

 
 

Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada saat populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.

Volume semprot 300 - 500 liter/ha tergantung dari umur tanaman.

Apabila belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.
 

Sipermetrin diketahui efektif terhadap hama-hama pada bawang merah (ulat grayak), cabai (ulat grayak, penghisap daun), jagung (belalang), kapas (penggerek buah, penggerek polong), kedelai (ulat grayak), kelapa sawit (ulat api), kentang (trips), kubis (perusak daun), lada (penghisap buah, penghisap bunga), melon dan semangka (kutu daun, trips), teh (penghisap daun, penggulung daun), tembakau (ulat grayak, penggerek pucuk dan perusak daun) dan tomat (penggerek buah).

Catatan : Jika dianggap perlu, BRASSO 250 EC dapat dicampur dengan EMCINDO 500 EC, POKSINDO 200 EC atau insektisida lain yang tidak bersifat basa dari golongan organofosfat, karbamat dan Bacillus thuringiensis (BT).

2.      INDOCRON 500 EC ( profenofos 500 g/l ) 

 home-1
Nomor Pendaftaran : RI. 01010120062428

Indocron 500 EC mengandung bahan aktif profenofos 500 g/l adalah insektisida dari golongan organofosfat yang unik, dalam kemampuan menghambat enzym cholinesterase. Dapat diserap seluruh bagian tanaman, sehingga serangga hama yang memakan setiap  bagian tanaman akan mati. Serangga hama akan mati pula bila terkena langsung semprotan atau bersentuhan dengan permukaan daun/bagian lain dari tanaman yang disemprot.
 Indocron 500 EC insektisida dan akarisida untuk mengendalikan hama ulat dan kutu - kutuan pada tanaman pangan, sayuran, palawija, dan perkebunan yang bekerja sebagai racun kontak dan perut, dengan daya translaminar serta ovisidal untuk mematikan telur serangga.  
·         Spektrum luas :
Mematikan berbagai jenis ulat dan hama kutu-kutuan dan hama serangga lainnya.
·         Mempunyai efek sistemik translaminar :
Indocron 500 EC Dapat masuk ke seluruh permukaan daun dari bagian atas sampai permukaan daun bagian bawah. Sehingga sangat efektif untuk mengendalikan hama yang berada/bersembunyi dibagian bawah permukaan daun yang tidak terkena semprotan langsung insektisida.
·         Mempunyai efek ovisidal :
Indocron 500 EC Berbahan aktif profenofos yang mempunyai sifat disamping dapat membunuh ulat dan serangga dewasa juga dapat membunuh telur serangga.


Tanaman dan Hama
Sasaran
Konsentrasi
Formulasi
Cara dan Waktu
Aplikasi
Cabai
Kutu daun Myzus persicae
Hama trips
0,75 1,5 ml/l

Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada saat populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.
Volume semprot 300 - 500 liter/ha tergantung dari umur tanaman.
Apabila belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.
·          Petunjuk penggunaan yang terdaftar :









Profenofos diketahui efektif juga terhadap hama Lalat buah Dacus ferrugineus dan ulat grayak Spodoptera litura pada tanaman cabai; Kutu daun Diaphorina citri pada tanaman jeruk; Perusak daun Plusia chalcites dan ulat grayak Spodoptera sp. pada tanaman kacang hijau; Penggerek buah Earias sp. dan  penggerek pucuk Heliothis sp.pada tanaman kapas; Penggerek umbi Phthorimaea operculella dan hama Thrips sp. pada tanaman kentang; Perusak daun Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella pada tanaman kubis; Kutu daun Myzus persicae, hama Thrips sp., kumbang pemakan daun Aulacophora sp., kutu daun Aphis sp.dan lalat buah Dacus sp. pada tanaman semangka; Penggerek batang Chilo auricillius dan C. sacchraiphagus pada tanaman tebu; Penggerek pucuk Heliothis sp. dan ulat grayak Spodoptera litura pada tanaman tembakau; Ulat buah Heliothis armigera pada tanaman tomat.


Bomber 20 EC permetrin 20 g/l ) 
home-1
Nomor pendaftaran: RI. 1816/4–2008/T
Bomber 20 EC dengan kandungan bahan aktif permetrin 20 g/l  merupakan insektisida piretroid yang memiliki daya kerja sebagai racun kontak dan racun perut yang kuat untuk mengendalikan hama pada tanaman.
·         Keunggulan menggunakan bomber 20 ec :

a.       Mengendalikan banyak jenis hama :
Bomber 20 ec efektif mengendalikan jenis ulat, kutu, belalang dan berbagai jenis serangga penusuk-penghisap dan penggerek lainnya dari ordo lepidoptera, hemiptera, homoptera dan coleoptera.
b.      Mengendalikan tuntas dengan daya kerja kuat :
Bomber 20 ec dengan daya kerja yang kuat mengendalikan serangga hama yang terkena semprotan secara langsung atau yang bersentuhan dengan bagian tanaman yang disemprot, dan serangga hama yang memakan daun/bagian lain dari tanaman yang telah disemprot.
c.       Bekerja  ganda :
Bomber 20 ec melumpuhkan dan mematikan serangga hama dengan cepat, sehingga tanaman terhindar dari kerusakan oleh serangan hama.
·         Petunjuk penggunaan yang terdaftar : 
Tanaman dan Hama
Sasaran
Konsentrasi
Formulasi
Cara dan Waktu
Aplikasi
Cabai
Ulat grayak
Spodoptera litura
3 - 4 ml/l
Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada saat populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.
Apabila belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.
Kedelai
Ulat grayak
Spodoptera litura
3 - 4 ml/l 
Permetrin diketahui efektif juga terhadap hama-hama pada bawang merah (ulat grayak), cabai (penghisap daun), kedelai (lalat pucuk, pengisap polong), kentang (thrips), kubis (perusak daun), lada (penghisap buah, penghisap bunga), melon dan semangka (kutu daun dan thrips), tembakau (ulat grayak), tomat (penggerek buah), kelapa sawit (ulat api) dan kakao (penghisap buah).

4.      DELTA 25 ECdeltametrin 25 g/l )

home-1
 Nomor pendaftaran: RI. 1684/8–2007/T
Delta 25 EC dengan kandungan bahan aktif deltametrin 25 g/l bekerja sebagai racun kontak maupun racun lambung yang cepat mematikan serangga hama dengan merusak sistem syaraf.

 Delta 25 EC insektisida piretroid berspektrum luas dengan dosis penggunaan yang rendah mengatasi serangan berbagai jenis hama tanaman.


·         Berspektrum luas :
Delta 25 EC efektif terhadap berbagai jenis ulat, kutu, lalat, belalang dan serangga hama lainnya dari ordo Lepidoptera, Coleoptera, Heteroptera, Homoptera dan Thysanoptera pada banyak jenis tanaman pangan, palawija, sayuran, buah-buahan dan perkebunan.

·         Dosis penggunaan rendah :
Delta 25 EC efektif mengendalikan berbagai jenis hama tanaman dengan dosis rendah (0,25-1,0 ml./l)

·         Bekerja ganda :
Delta 25 EC bekerja cepat sebagai racun kontak dan lambung, sehingga serangga hama akan segera mati apabila terkena langsung butiran semprot atau setelah menyentuh atau memakan daun atau bagian tanaman lainnya yang terkena butiran semprot.

·         Petunjuk penggunaan yang terdaftar :

Tanaman dan Hama
Sasaran
Dosis /
Konsentrasi
Cara dan Waktu
AplikasI
Cabai
Kutu daun
Myzus persicae
Hama trips
Thrips sp.

0,25 - 0,5 ml/l

0,25 - 0,5 ml/l

Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada saat populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.
Volume semprot 300 - 500 liter/ha tergantung dari umur tanaman.
Apabila belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.

Kakao
Penghisap buah
Helopeltis antonii
0,4 - 0,5 ml/l

Kedelai
Ulat grayak
Spodoptera litura
0,5 - 1,0 ml/l

Kelapa sawit
Ulat api
Setothosea asigna
62,5 - 125 ml/ha


deltametrin diketahui efektif juga terhadap hama-hama pada bawang merah (ulat grayak), cabai (ulat grayak, lalat buah), jagung (belalang), kacang hijau (lalat bibit), kapas (penggerek buah dan penggerek pucuk), kedelai (lalat bibit, perusak daun, pengisap polong), kentang (kutu daun dan thrips), kubis (perusak daun), lada (penghisap buah, penghisap bunga, bubuk buah), semangka (kutu daun dan thrips), teh (penghisap daun), tembakau (penggerek pucuk dan ulat grayak), tomat (penggerek buah).
2,   3 jenis fungisida

1.
Cupravit OB 21
Bahan aktif                 :           Tembagaoksiklorida 50%
No pendaftaran           :           RI. 87/01-90/T

Cuprafit OB 21 adalah fungisida yang bersifat fungistatik berbentuk bubuk bewarna biru kehijauan yang dapat disuspensikan dalam air untuk mengendalikan penyakit pada tanaman anggur, cabai merah, jeruk, kacang tanah, kakao, kentang, kopi, panili, teh, tembakau dan tomat

tanaman
penyakit
dosis
Waktu penyemprotan
Anggur
Embun bulu
(Plasmopora vitcola)
1,5-39/I
Bila ada serangan interval 1 minggu
Cabai merah
Antraknosa, bercak daun
1-2 g/I
Bila ada serangan interval 1 minggu
kakao
Busuk buah
4 g/I
Bila ada serangan interval 1 minggu
jeruk
Tepung
(Oldium tingitanium)
4 g/I
Bila ada serangan interval 5-7
c
Bercak daun
Cercospora
5 g/l
Bila ada serangan interval 
kopi
Karat daun
Heimileia
vastatrix
4 g/l
Bila ada serangan interval 1 minggu
panili
Busuk batang
4 g/l
Bila ada serangan interval 1 minggu




Teh
Cacar daun
Exobasidium vexana
300 g/ha
Bila ada serangan interval 1 minggu

2
Ridomil Fungisida
Tipe                             : 35 SD
No Pendaftaran           : RI 450/9-90/T
Bahan Aktif                : Metalaksil 35 %
Berat Bersih                : 20 x 5 gram

Fungisida sistemik , berbentuk tepung berwarna merah muda digunakan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit bulai sclerospora maydis pada tanaman jagung dengan cara perlakuan benih

Petunjuk Pengunaan :
Tanaman
Penyakit
Dosis formulasi dan cara penggunaan


Jagung
Penyakit bulai sclerospora maydis
5 gram ridomil 35 SD dilarutkan dengan 7,5 ml air per kg benih jagung, kemudian campur merata sampai menutup seluruh permukaan benih jagung. Kemudian benih tersebut dikeringkan dan setelah kering siap dipakai

Perhatian : ridomil adalah suatu fungisida sistemik, penggunaan yang terus-menerus memungkinkan terjadinya strain cendawan yang resistem. CIBA – GFIGY tidak menjamin akibat kerusakan/ kehilangan hasil tanaman dalam menanggulangi strain cendawan yang resistem.

3
Revus Fungisida
Tipe                             :  250c
No. Pendaftaran          :  RI. 2794/4-2007/T
Bahan Aktif                :  Mandipropamid 250 g/i
Isi                                :  50 ml
Tanggal Produksi        :  Jak 7J01003 Sep
Peringatan Bahaya      :  Dapat menyebabkan keracunan  
                                        melalui kulit, mulut, dan mata 
Petunjuk Pengamanan :  Jauhkan dari jangkauan anak-
                                       anak
Petunjuk Penggunaan : Bacalah petunjuk penggunaan                                       selengkapnya untukmenggunakan
                                      fungisida
Pemegang Pendaftaran:  PT. Syngenta Indonesia Perkantoran Hijau Arkandia Tower C Lantai 9. Jln. TB Simatupang Kav. 88 Jakarta 12520. Telp. (021) 78836979, 867276

Fungisida protektif bersih sistemik lokal. Berbentuk pekatan yang larut dalam air, berwarna putih kecoklat-coklatan untuk mencegah dan menghentikan penyakit secara cepat pada tanaman bawang merah, cabai, kentang, ketimun, melon, semangka dan tomat.


3,   3 jenis herbisida
1.      Merk dagang: NUFARIS
bahan aktif: Isopropilaminaglifosat
jenis formulasi: cairan
selektifitas: selektif
waktu aplikasi: pada saat gulma tumbuh subur
tanaman sasaran: karet dan kelapa sawit
gulma sasaran dan dosis: Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Mimosa pudica dengan dosis 2-4 l/ha
volume semprot: 200-500 l/ha
mekanisme kerja: penyemprotan dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer/ Pakailah semprotan punggung yang bertekanan tetap dan nosel polijet untuk mendapatkan hasil semprotan yang rata.

2.      Nama dagang : ALLY 20 WDG
Nama Bahan Aktif dan Kandungannya    Metil metsulfuron 20 %
Jenis formulasi    Padat 20 WDG
Translokasi    Sistemik
Selektivitas    Non Selektif
Waktu Aplikasi    Pra Tumbuh
Tanaman Sasaran    Karet dan Kelapa sawit. Gulma Sasaran dan Dosisnya    Gulma berdaun lebar (Borreria latifora) 100-200 gr/ha
volume semprot 400 l/ha
Mekanisme Kerja    Herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. 

3.      Nama dagang herbisida : FENOMIN
Nama Bahan Aktif dan Kandungannya    2.4 – D Dimetil Amina 865 gr/l
Jenis formulasi    865 SL, bewarana coklat muda (cair)
Translokasi    Sistemik
Selektivitas    Selektif
Waktu Aplikasi    Pasca Tumbuh
Tanaman Sasaran    Padi Sawah
Gulma Sasaran dan Dosisnya    Teki (Fimbristyllis milaceae) dengan dosis 1.0-1.5 l/ha, Scirpus juncoides  dengan dosis 1.5 l/ha
Mekanisme Kerja    Herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya
4,   3 jenis rotentisida
1.      Rattropik
       Merupakan Pestisida Rodent Control yang banyak digunakan sebagai umpan pengendali hama tikus yang sangat merugikan disekitar lingkungan kita, baik di pemukiman maupun di gudang penyimpanan barang/ komoditas, serta perkebunan.
Rattropik adalah racun tikus tropis yang dibuat khusus untuk daerah tropis seperti negara kita Indonesia.
·         Keunggulan: Rodentisida ini memiliki efek racun yang ampuh terhadap hama sasaran, tidak berbau, serta ramah lingkungan & harga yang ekonomis.
Racun Tikus Rattropik
Bahan Aktif
Bromodiolon 0,005%
Bentuk
Block (Bongkahan)
Kemasan
Box @100gr & Pail @1 Kg
Vendor / Formulator
Hungarindo
Aplikasi
Baiting (umpan)
Hama Sasaran
Semua Jenis Tikus

2.      Klerat


         Merupakan Pestisida Rodent Control yang banyak digunakan sebagai umpan pengendali hama tikus yang sangat merugikan disekitar lingkungan kita, baik di pemukiman maupun di gudang penyimpanan barang.

Keunggulan: Rodentisida ini memiliki efek racun yang ampuh terhadap hama sasaran, tidak berbau, serta ramah lingkungan.
Bahan Aktif
Bromadiolon 0,005%
Bentuk
Block (Bongkahan)
Kemasan
Bag (1 kg)
No. Registrasi
RI.2677/PR-766201
Vendor
Syngenta
Aplikasi
Baiting (umpan)
Hama Sasaran
Semua Jenis Tikus

3.      Rodex


         Merupakan Pestisida Rodent Control yang banyak digunakan sebagai umpan pengendali hama tikus yang sangat merugikan disekitar lingkungan kita, baik di pemukiman maupun di gudang penyimpanan barang.
Keunggulan: Rodentisida ini memiliki efek racun yang ampuh terhadap hama sasaran, tidak berbau, serta ramah lingkungan.
Bahan Aktif
Bromadiolon 0,005%
Bentuk
Block (Bongkahan)
Kemasan
Box (1 Kg)
No. Registrasi
-
Vendor / Formulator
Pelgar Int.
Aplikasi
Baiting (umpan)
Hama Sasaran
Semua Jenis Tikus



5,  2 jenis fumigan
1.Phostoxin
Phostoxin 56 Tb ( Obat Hama Gudang Fumigasi) Small Flask & Medium Flask
Phostoxin 56 Tb :
Adalah Fumigan Berbentuk Tablet Bundar ( Round Tablet) Berbahan Aktif Aluminium Phosphide 56 % , Praktis Dan Mudah Digunakan Untuk Mengendalikan Hama Ditempat Penyimpanan.
Bahan Aktif Alp 56 % , Bentuk Round Tablet, Kemasan 334 Tablet Dan 100 Tablet Per Kaleng

Kemasan : Kaleng
Pabrikan : Detia Degesch
                   Dr.-Werner - Freybergh-Strabe 11, Laudenbach/ German

Keunggulan :
- Sangat Efektif Mengendalikan Hama Di Gudang.
- Mematikan Seluruh Stadia Hama
- Atasi Hama Yang Berada Dalam Kemasan
- Residu Tidak Mengkontaminasi

Komiditi
- Tidak Meninggalkan Aroma Atau Menambah Rasa
- Tidak Merusak Ozon.

Dosis Recomendasi ( Ph3) :
Silo ...................2-5Gr/ Ton( M3)
Gudang Biasa ....3-6Gr/ Ton( M3)
Ruangan, Tumpukan, Kontainer....1, 5-2Gr/ Ton( M3)
Tembakau....1Gr/ M3

Waktu Aerasi :
Waktu Minimun Adalah 3-6 Jam, Kecuali Untuk Tembakau, Pakan Ternak Dan Makanan Yang Diproses Adalah 48 Jam Sampai Konsentrasi Batas Yang Diperbolehkan.

2.          Toxphos 56 Tb
 
Toxphos 56 TB merupakan racun pernafasan berbentuk tablet bundar yang dapat mengendalikan hama gudang seperti Laemoplosus sp, Sitophilus sp, Tribolium sp., Rhizoperta sp dll. Bahan aktifnya yaitu aluminium fosfida 56%.
Keunggulan:
1, Sangat efektif mengendalikan seluruh stadia serangga hama gudang mulai dari telur, larva, pupa sampai dewasa pada komoditi hasil pertanian (beras, jagung, biji-bijian, kacang-kacangan, biji kopi) tembakau, kapas dll.
2.  tidak merusak lapisan ozon
3.  Residu sangat rendah dan tidak mengkontaminasi produk
4. tidak mempengaruhi rasa atau aroma komoditi.
5. Dapat diaplikasikan di gudang, silo, barang yang dikemas, kontainer, kapal, dll.










4.2 Hasil Dan Pembahasan Praktikum 2 (surfaktan)
1. Hasil
a. air + tepung → percampurannya lama
b.  air + detergen → percampurannya cepat
c. air + kopi → diam tidak tercampur
d. air + kopi, gula → cepat tercampur
e. air + debu basar → cepat tercampur
f. air + debu detergen → cepat tercampur
g. air + debu kering → diam (lama tercampur)
h. air + minyak → terpisah ( minyak diatas, air di bawah)
j. air + surfaktan twin 80 → tercampur berwarna putih
2. Pembahasan
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan permukaan.
     Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro, 1990).
Tween 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara obat dan mediumsekaligus membentuk misel sehingga molekul obat akan terbawa oleh misel larut ke dalammedium (Martinet al., 1993). Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi sampai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi kompleks dengan obat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran tempat absorbsi obat karena surfaktan dan membranmengandung komponen penyusun yang sama (Attwood & Florence, 1985;Sudjaswadi,1991).
Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkankalarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan pada konsentrasi rendah, menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju kelarutan obat(Martinet al., 1993). Sedangkan pada kadar yang lebih tinggi surfaktan akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel (Shargelet al.,1999)
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:
1.      Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam lemak rantai panjang.
2.      Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium.
3.      Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.
4.      Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
Percampuran antar air dan beberapa zat tersebut berhubungan dengan zat pernispersi dan terdispesi pada koloid.
Zat terdispersi berdasarkan ukuran partikelnya, system dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu larutan, koloid, dan suspensi.
1.      Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan partikel  yang berukuran relatif besar tersebar merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen. Fase terdispersinya adalah tanah dan pasir, medium pendispersinya adalah air. Jadi, suspensi (atau yang disebut juga dispersi kasar) merupakan jenis campuran dengan partikel terdispersi yang berukuran relatif besar tersebar dalam medium pendispersinya.
Ukuran dari partikel suspensi paling besar dibandingkan dengan jenis campura yang lain, yaitu lebih besar dari 100 nm. Oleh karena itu, partikel suspensi dapat dilihat dengan mata telanjang. Suspensi merupakan campuran yang heterogen dan tidak stabil. Jika suspensi didiamkan selama beberapa waktu, partikel- partikel suspensi akan mengendap karena pengaruh gravitasi sehigga dapat dipisahkan dengan mudah. Kecepatan pengendapan bergantung dari ukuran partikel suspensi. Semakin besar ukuran partikel, pengendapan berlangsung lebih cepat.
Larutan, merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun menggunkaan mikroskop ultra.
Gula atau garam dan air akan membentuk campuran yang homogen dan stabil dimana gula atau garam tersebar secara merata dalam air. Campuran yang homogen inilah yang disebut sebagai larutan (atau yang sering disebut larutan sejati).
Dalam larutan, fase terdispersi dan medium pendispersinya biasa dikenal dengan solute dan solven. Jadi, gula dan garam merupakan solute, sedangkan air adalah solvennya. Partikel- partikel dalam larutan baik solute maupun solven berupa atom, ion- ion atau molekul dengan ukuran yang sangat kecil, lebih kecil dari 1 nm (1 nm = 10-9 m). Dari ketiga jenis campuran, ukuran dari partikel larutan yang paling kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang bahkan menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi (mikroskop ultra). Oleh karena sifatnya yang homogen dan stabil, larutan tidak akan mengendap walaupun didiamkan untuk waktu yang lama sehingga tidak dapat dipisahkan.
·         Pada air percampram air dengan minya, air tidak mau menyatu dengan minya, minyak diatas dan air dibawah, hal tersebut terjadi karena masa jenis air lebih besar dibandingakan dengan minyak, sehingga air lebih tenggelam atau berada dibawah dibandingakan dengan minyak
·         Pada surfaktan terjadi percampuran air sehingga larutan menjadi warna putih karena surfaktan (surface active agent) adalah suatu zat aktif permukaan yang memiliki sifat yang berbeda pada kedua ujungnya. Ujung yang satu bersifat hidrofobik sedangkan ujung yang lain bersifat hidrofilik. Sifat inilah yang membuat surfaktan dapat menyatukan minyak dan air dengan cara menurunkan tegangan antarmuka dari air dan minyak sehingga air dan minyak membentuk suatu emulsi. Oleh karena itu, surfaktan disebut juga sebagai emulsifier.
·         Pada saat air diletakkan pada daun talas, daun talas tidak terbasahi karena pada daun    talas terdapat lapisan lilin yang menghambat masuknya air ke dalam organ daunt alas. Sedangkan pada saat air dicampurkan dengan surfaktan terlebih dahulu maka terjadi suatu proses pembasahan saat diletakkan pada daunt alas. Lapisan daun lilin talas menjadi rusak sehingga larutan air dan surfaktan tersebut dapat membasahi daun talas.

Sifat – sifat khusus surfaktan adalah :
  1. Pembasahan = Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses pembasahan dinyatakan oleh Hukum Dupre.
2.      Daya Busa = Busa ialah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan memperkecil tegangan antarmuka, sehingga busa akan stabil, jadi surfaktant mempunyai daya busa.
3.      Daya Emulsi = Emulsi adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang tidak saling melarutkan. Sama hanya dengan pembasahan, maka surfaktant akan menurunkan tegangan antarmuka, sehingga terjadi emulsi yang stabil
·         Fungsi surfaktan
Surfaktan digunakan sebagai bahan pembersih coontohnya detergen, sabun, shampoo. Surfaktan juga dikembangkan dalam pembuatan obat dan kosmetik. Contoh obat yang mempunyai prinsip kerja seperti surfaktan adalah obat pencahar , sedangkan contoh kosmetik yang mempunyai prinsip kerja seperti surfaktan adalah pembersih muka. Pada pembersih muka, minyak-minyak yang ada di kulit muka akan bersentuhan dengan ujung hidrofob pada sabun sedangkan ujung hidrofil sabun akan bersentuhan dengan air, akibatnya minyak pada kulit muka akan ditarik oleh sabun tersebut sehingga kulit muka akan terbebas dari minyak. Selain itu, fungsi surfaktan sebagai pengemulsi pun telah diaplikasikan dalam bidang pangan.
fungsi surfaktan sebagai pengemulsi dalam bidang pangan yang dapat meningkatkan kualitas dari produk pangan tersebut. Penambahan emulsifier dalam produksi pangan dapat meningkatkan kualitas dari makanan. Contoh aplikasi penggunaan zat pengemulsi dalam bidang pangan adalah pada pembuatan roti, es krim, permen, susu dan margarin. Adonan roti yang ditambahkan zat pengemulsi akan menghasilkan roti yang mengembang, lunak dan bertekstur halus. Zat pengemulsi yang ditambahkan ke dalam adonan es krim akan membuat es krim tersebut bertekstur halus dan tidak membentuk kristal-kristal es yang kasar. Selain contoh-contoh makanan diatas yang kualitasnya meningkat setelah ditambahkan zat pengemulsi, surfaktan atau emulsifier ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kelarutan suatu  produk kopi serbuk dalam air dingin. Biasanya kopi serbuk akan larut apabila dilarutkan dalam air panas, namun ternyata dengan ditambahkan zat pengemulsi ini, serbuk kopi tersebut dapat larut dalam air dingin sekalipun.
Berdasarkan fakta di atas, ternyata surfaktan mempunyai banyak peranan yang menguntungkan untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk bahan pembersih, pembuatan obat, kosmetik, dan meningkatkan kualitas pangan.























































































DAFTAR PUSTAKA

0 comments: