Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Monday, 1 December 2014

Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tujuan pemupukan adalah menambahkan persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur sebagai konsekuensi terpenuhinya unsur hara yang diperlukannya.  Pemupukan yang dilaksanakan secara tepat atau rasional dan tak berlebihan dapat menjamin tercapai hasil produksi yang benar-benar maksimal jika faktor-faktor yang lain seperti terkendalinya hamapenyakit maupun sistem pengairan yang dilakukanturut mendukung proses produksi.
Adanya pengaruh pemupukan pada tanaman menyebabakan pertumbuhan dan hasil tanaman menjadi meningkat. Meningkatnya hasil ini disebabakan oleh unsur hara yang cukup tersedia. Jika tanaman pokok tidak diberi tindakan pemupukan yang tepat maka hasil produksi tanaman akan menurun dan akan sangat merugikan pembudidaya. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik atau pupuk anorganik, tetapi hasil yang lebih cepat tampak adalah penggunaan pupuk anorganik.
Pemupukan yang tidak tepat dosis, waktu, dan caranya menyebabkan tanaman tidak tumbuh optimal, baik karena tanaman kekurangan unsur hara maupun karena kelebihan pupuk. Pemupukan yang berlebihan menyebabkan kecenderungan terjadinya ketidak seimbangan unsur hara dalam tanah, kerusakan sifat tanah, dan pencemaran lingkungan. Dalam hal ini perlu pengetahuan tentang bahan pupuk, bagaimana teknik aplikasi pupuk, cara menghitung kebutuhan pupuk, efisiensi pemupukan, dan penentuan rekomendasi pemupukan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu: Mengetahui respon tanaman  terhadap pemupukan










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua stelah beras. Disamping sebagai bahan pangan, komoditi ini juga sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku industri.
Menurut Rukmana (1997 a), dalam taksonomi tumbuhan kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan  sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio            : Spermatophyta
Sub Divisio     : Angiospermae
Class                : Monocotyledoneae
Ordo                : Graminales
Family             : Graminaceae
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L.
Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang, dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat, yang memberi hara pada tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan hara. Akar layang ini yang tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm-300 cm. Ruas- ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rukmana, 1997 b). Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pita mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang (Najiyati dan Danarti, 1995). Daun terdiri atas pelepah dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun merumcing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10-20 helai pertanaman. Daun berada pada setiap ruas batang dengan kedudukan yang saling berlawanan (Suprapto dan Marzuki, 2005).           Tanaman jagung merupakan tanaman monocious. Pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terletak pada bagian ujung tanaman, sedangkan bunga betina pada sepanjang pertengahan batang jagung dan berada pada salah satu ketiak daun (Ginting, 1998). Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu tongkol, kadang- kadang ada yang dua. Setiap tongkol terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung. (Suprapto dan Marzuki, 2005).
Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah :
Fungsi unsur Nitrogen :
1. Merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun.
2. Membuat daun lebih tampak hijau karena Nitrogen meningkatkan butir-butir hjau daun.
3. Memperbanyak anakan.
4. Meningkatkan mutu dan jumlah hasil.
Kekurangan Nitrogen berakibat :
1. Tanaman merana, pertumbuhannya kerdil.
2. Daun kecil dan berwarna pucat.
3. Daun bagian bawah mudah kering/mati
4. Hasilnya rendah.
Fosfor (P)
Ketersediaan fosfor dalam jumlah yang cukup padasaat awal pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase primordial yang selanjutnya untuk bagian reproduktif lainnya. Peranan fosfor adalah :
Fungsi unsure Pospat :
1. Memperpanjang akar sehingga batang kuat.
2. Mempercepat pemasakan buah.
3. Memperbaiki mutu dan jumlah hasil.
Kekurangan Unsur Pospat berakibat :
1. Tanaman kerdil
2.Daun bagian tepid an ujung berwarna keunguan.
3. Buah lambat masak dan biji kurang berisi.
4. Buah salah bentuk dan kualitas turun.
Kalium (K)
Unsur K bukan bahan bangunan, melainkan sebagai pengatur berbagai proses fisiologi tanaman. Adapun fungsi unsur K adalah :
Fungsi Kalium :
1. Memperbaiki pertumbuhan tanaman.
2. Meningkatkan ketahanan serangan hama
3. Memperbaiki mutu hasil.
Kekurangan Kalium berakibat :
1. Pinggir daun bintik-bintik putih kemrahan
2. Daun mengkerut/ melengkung dan berwarna kekuningan, merah.
3. Pertumbuhan tanaman kerdil, mudah patah.
4. Buah kecil sering ada becak luka dan kualitas menurun.
Selain unsure itu unsure Ca (Kalsium) berguna bagi komponen dinding sel, unsure Mg (Magnesium) sebagai penyusn klorofil dan unsure S (Sulfur/belerang) bermanfaat untuk penyusunan protein.
Kekurangan unsure Ca : tanaman bagian bawah berwarna pucat, daun muda kekuningan, tampak layu dan akar salah bentuk. Kekurangan unsure Mg: daun hijau pucat tulang daun berwarna kuning, daun jenis rerumputan bergaris-garis. Kekurangan unsure S : tanaman tinggi semampai sama seperti kekuranga Nitrogen, buah matang lambat.


















BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat :
        Waktu:
1.              Penyiapan media untuk tanaman serta penanaman benih jagung dilaksanakan mulai pada tanggal 29 Oktober 2014.
2.              Pemupukan pertama dilakukan pada tanggal 8 November 2014, sedangkan untuk pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 12 November 2014.
3.              Pemupukan kedua dilakukan pada tanggal 13 November 2014, sedangkan untuk pengamatan kedua dilakukan pada tanggal 17 November 2014.
4.              Pemupukan ketiga dilakukan pada tanggal 21 November 2014, sedangkan untuk pengamatan ketiga dilakukan pada tanggal 24 November 2014.
        Tempat:
                      Praktikum dilaksanakan di Kebun Percobaan Pegok, Fakultas Pertanian Udayana.
3.2 Alat dan Bahan :
-       Polibag yang berlobang
-       Cetok
-       Media tanam / tanah
-       Benih kacang tunggak, kacang hijau, bibit cabai, bibit sawi hijau, bibit tomat, benih jagung, bibit seledri (masing-masing satu jenis)

Perlakuan:
Menggunakan rancangan acak lepomok satu factor, yaitu jenis pupuk yaitu:
P0           = tanaman tidak dipupuk
Pn           = pupuk nitrogen (bersumber dari urea 3 g dilarutkan dalam 1 liter air , dosis per tanaman 50 ml dengan penyiraman/kocor)
Pnpk       = pupukNPK (bersumber dari NPK cap tawon 3 g dilarutkan dalam 1 liter air , dosis per tanaman 50 ml dengan penyiraman/kocor)
Plengkap  = pupuk lengkap (bersumber dari pupuk lengkap cap Rosasol-N 3 3 g dilarutkan dalam 1 liter air, dosis per tanaman 50 ml dengan penyiraman/kocor)
Pemupukan dilakukan sejak tanaman unur 10 mst untuk tanaman yang tanamnlangsung denan biji, sedangkan yang dengan bibit pemupukan dlakukan setelh 3 hari penanaman bibit, dan dilanjutkan setiap 5 hari sekali. Masing-masing diulang 5 kali
Cara kerja:
-  Isi polybag dengan media tanam yang sama dengan volume sama untuk semua polybag.
-  tanam benih atau bibit sesuai jenis tanaman
-  pada awal tanam sampai umur 10 hari pelihara tanaman secara seragam.
-  pada umur 10 hari, perlakuakan dengan pemupukan secara tugas tersebar.
- pengamatan dilakukan terhadap tingi tanaman pada umur 14 hari dan diukur setiap tiga hari sampai umur 25 hari (5 kali pengamatan), pada pengamatan terakhir tingi tanaman, tanaman dibongkar dan ukur panjang akar terpanjang, ditimbang berat basah bagian di atas permukaan tanah (shoot) dan bagian akar (root), selanjutnya dioven masing-masing untuk bagian shoot dan bagian root untukmendapatkan berat kering oven. Rasio shoot/root. Pengamatan variable lain dapat dilakukan misalnya, jumlah daun, luas daun, dll.
- tabulasi data, dan boleh dianalisis sidik ragam dan uji BNT5% ,atau dibahas secara deskriptif dengan membandingkan antar data.


















BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Data 1. Tinggi Tanaman
Tinggi Tanaman pengamatan minggu ke-1
p/u
I
II
III
IV
V
P.0
9.73
7.02
7.56
8.32
7.41
P.N
7.18
14.22
4.14
7.19
5.20
P.L
11.78
8.65
8.73
3.22
7.18
P.NPK
16.26
8.61
10.73
8.53
9.43






Tinggi Tanaman Pengamatan minggu ke-2
p/u
I
II
III
IV
V
P.0
15.58
11.09
13.73
14.26
16.02
P.N
17.55
21.16
7.15
10.82
11.21
P.L
25.03
19.79
28.28
5.73
10.53
P.NPK
34.32
21.94
27.35
34.37
25.59






Tinggi Tanaman Pengamatan minggu ke-3
p/u
I
II
III
IV
V
P.0
16.38
13.61
13.73
17.13
17.63
P.N
25.35
33.44
9.56
18.85
15.60
P.L
30.71
27.66
33.64
10.47
19.01
P.NPK
49.01
34.73
43.06
46.94
46.31

B. Data 2. Luas Daun
Luas Daun pengamatan minggu ke-1
p/u
I
II
III
IV
V
P.0
9.73
7.02
7.56
8.32
7.41
P.N
7.18
14.22
4.14
7.19
5.20
P.L
11.78
8.65
8.73
3.22
7.18
P.NPK
16.26
8.61
10.73
8.53
9.43






Luas Daun pengamatan minggu ke-2
p/u
I
II
III
IV
V
P.0
15.58
11.09
13.73
14.26
16.02
P.N
17.55
21.16
7.15
10.82
11.21
P.L
25.03
19.79
28.28
5.73
10.53
P.NPK
34.32
21.94
27.35
34.37
25.59






Luas Daun pengamatan minggu ke-3
p/u
I
II
III
IV
V
P.0
16.38
13.61
13.73
17.13
17.63
P.N
25.35
33.44
9.56
18.85
15.60
P.L
30.71
27.66
33.64
10.47
19.01
P.NPK
49.01
34.73
43.06
46.94
46.31

C. Data 3. Jumlah Daun

p/u
I
II
III
IV
V
P.0
6
5
4
4
5
P.N
6
4
4
4
4
P.L
5
5
6
4
5
P.NPK
6
6
6
6
6

D. Data 4. Panjang Akar

p/u
I
II
III
IV
V
P.0
31
29
13
23
28
P.N
24
18
20
23
20
P.L
28
20
28
24
25
P.NPK
32
35
30
31
28


E. Data 5. Berat shoot dan root
p/u
Berat Basah
Berat Kering
Shoot
Root
Shoot
Root
P.0
8.7
6.85
1.51
1.3
P.N
16.87
14.03
3.2
2.66
P.L
18.4
12.04
3.5
2.28
P.NPK
30.81
28.41
5.78
5.5


4.2 Perhitungan dan Pembahasan
A. Tinggi Tanaman
Tabel 1. Uji BNT 5% Tinggi tanaman















Perlakuan
Rata-rata
Notasi

Perlakuan
Rata-rata
Notasi

Perlakuan
Rata-rata
Notasi


P.0
7.7
a

P.0
9
a

P.0
10.8
ab
P.N
6.8
a

P.N
10.8
ab

P.N
14.8
bc
P.L
6.8
a

P.L
10.4
bc

P.L
14.9
c
P.NPK
6
a

P.NPK
12.6
d

P.NPK
18.6
D
pengamatan ke-1

pengamatan ke-2

pengamatan ke-3
















Pada praktikum, didapatkanlah data seperti pada data diatas di atas. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa tinggi tanaman cukup beragam mulai dari pengamatan pertama hingga pengamatan ke 3. Pada pengamatan ke-1 belum menunjukkan perbedaan tinggi yang signifikan atau seluruh tanaman memiliki tinggi yang tidak jauh bebeda, pada pengamatan ke-2, mulai terlihat perbedaan tinggi tanaman antara tanaman yang diberi tambahan pupuk yang mengandung N (P.N, P.L, P.NPK) dengan yang tidak (P.0) dan pada pengamatan ke-3 terlihat jelas bahwa pada perlakuan 4 (P.NPK) menunjukkan pertumbuhan tinggi yang sangat baik.
Pupuk yang memberikan pengaruh pada tinggi tanaman adalah pupuk N. Sehingga dapat terlihat pada data bahwa tanaman yang dipupuk dengan pupuk yang mengandung N, memiliki tinggi yang hampir sama atau memiliki tinggi yang tidak jauh berbeda. Sedangkan untuk tanaman yang tidak dipupuk dengan N, cenderung lebih pendek pertumbuhan tinggi tanamannya.
Untuk tinggi tanaman yang paling tinggi adalah perlakuan 4 (P.NPK) yaitu: 14.33(U.I), 12.33(U.II), 11.67(U.III), 12.20(U.IV) dan 11.67(U.V). Hal ini mungkin disebabkan pemberian pupuk yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan hara tanaman. Selain itu, lokasi tanaman yang terbuka sehingga tanaman mendapatkan cukup sinar matahari. Tanaman terpendek terlihat pada perlakuan 1(P.0) yaitu: 9.50(U.I), 9.67(U.II), 10.00(U.III), 8.67(U.IV), dan 8.00(U.V).  Hal ini semakin menguatkan bahwa tanaman yang tidak dipupuk oleh pupuk yang tidak mengandung unsur hara N akan mengalami kelambatan dalam pertumbuhan tingginya, pupuk N yang sangat berfungsi untuk pertumbuhan.
B. Lebar Daun
Tabel 2. Uji BNT 5% Lebar Daun














Perlakuan
Rata-rata
Notasi

Perlakuan
Rata-rata
Notasi

Perlakuan
Rata-rata
Notasi


P.0
8.008
a

P.0
13.58
a

P.0
15.70
a
P.N
7.586
a

P.N
14.14
ab

P.N
20.56
ab
P.L
7.912
a

P.L
17.87
ab

P.L
24.30
ab
P.NPK
10.712
a

P.NPK
28.71
c

P.NPK
44.01
c
pengamtan ke-1

pengamatan ke-2

pengamatan ke-3

Pada praktikum, didapatkanlah data seperti pada data diatas di atas. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa luas daun cukup beragam mulai dari pengamatan pertama hingga pengamatan ke 3. Pada pengamatan ke-1 belum menunjukkan perbedaan luas daun yang signifikan atau seluruh tanaman memiliki luas daun yang tidak jauh bebeda, pada pengamatan ke-2, mulai terlihat perbedaan luas daun antara tanaman yang diberi tambahan pupuk yang mengandung N (P.N, P.L, P.NPK) dengan yang tidak (P.0) dan pada pengamatan ke-3 terlihat jelas bahwa pada perlakuan 4 (P.NPK) menunjukkan pertumbuhan tinggi daun sangat baik. Sedangkan pada perlakuan 1 (P.0) menunjukkan pertumbuhan daun terendah.
            Pertumbuhan daun pada tanaman juga dipengaruhi oleh pupuk N dari hasil praktikum juga menunjukkan peran dari pupuk N terhadap pertumbuhan dari daun, karena N berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman yang secara otomatis akan mempengaruhi ukuran daun. Data yang diperoleh dari perlakuan 2(P.N), Perlakuan 3(P.L) dan perlakuan 4(P.NPK) yang dimana pada perlakuan ketiga tanaman diaplikasikan pupuk yang mengandung N, sedangkan pada tanaman pada perlakuan 1(P.0) tanpa penambahan pupuk N menunjukkan hasil yang berbeda.
Pada data lebar daun, lebar daun bertambah seiring dengan pertumbuhan tanaman. Perlakuan 4 (P.NPK) memiliki lebar daun yang paling lebar, yaitu: 33.20 (U.I), 21.76 (U.II), 27.05 (U.III), 29.95 (U.IV), dan 27.11 (U.V). Pertama hal ini disebabkan karena rara-rata tempat tumbuh tanaman berada wilayah yang terbuka sehingga kecukupan  sinar matahari tercukupi. Selain itu, pengaruh dari pupuk yang mengadung unsure N menghasilkan respon dari tanaman mengakibatkan tanaman mampu mempercepat pertumbuhan daun. Lebar daun paling rendah terjadi pada perlakuan 1(P.0), yaitu: 13.89 (U.I), 10.57 (U.II), 11.67 (U.III), 13.24 (U.IV), dan 13.69 (U.V). Hal utama yang menyababkan lebar daun P.0 paling kecil dibandingan yang lain karena asupan pupuk N yang kurang.
C. Jumlah Daun
x.PNG
Pada data jumlah daun, daun bertambah seiring dengan pertumbuhan tanaman. Perlakuan 4 (P.NPK) memiliki jumlah daun yang paling tinggi, yaitu: 6 (U.I), 6 (U.II), 6 (U.III), 6 (U.IV), dan 6 (U.V). Hal ini disebabkan karena rara-rata tempat tumbuh tanaman berada wilayah yang terbuka sehingga kecukupan  sinar matahari tercukupi. Selain itu, pengaruh dari pupuk yang mengadung unsure N menghasilkan respon dari tanaman mengakibatkan tanaman mampu mempercepat pertumbuhan daun. Lebar daun paling rendah terjadi pada perlakuan 1(P.0), yaitu: 4 (U.I), 4 (U.II), 3 (U.III), 4 (U.IV), dan 4 (U.V). Hal utama yang utama menyababkan lebar daun paling kecil dibandingan yang lain karena asupan pupuk N yang kurang.
xx.PNGD. Panjang Akar

Pada data diatas dapat kita lihat bahwa panjang akar cukup beragam dari perlakuan P.0, P.N, P.L ,P.NPK. Pupuk yang memberikan pengaruh pada pertumbuhan akar adalah pupuk P (fospat). Sehingga dapat terlihat pada data bahwa tanaman yang dipupuk dengan pupuk yang mengandung P yaitu pupuk NPK dan pupuk lengkap, memiliki panjang akar yang hampir sama atau memiliki panjang akar yang tidak jauh berbeda. Sedangkan untuk tanaman yang tidak dipupuk dengan pupuk yang mengandung P, cenderung memiliki panjang akar lebih pendek.
Untuk panjang akar yang paling panjang adalah perlakuan 4 (P.NPK), yaitu: 32 (U.I), 35 (U.II), 30 (U.III), 31 (U.IV), dan 28 (U.V). hal ini mungkin disebabkan pemberian pupuk yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan hara tanaman. Tanaman terpendek terlihat pada perlakuan 1(P.0), yaitu: 19 (U.I), 18 (U.II), 13 (U.III), 23 (U.IV), dan 18 (U.V).  Hal ini semakin menguatkan bahwa tanaman yang tidak dipupuk oleh pupuk yang tidak mengandung unsur hara P akan mengalami kelambatan dalam pertumbuhan akarnya, pupuk P yang sangat berfungsi untuk pertumbuhan akar.



E. Warna Daun
                                (P.0)                           (P.N)                    (P.NPK)                                   (P.L)
Warna daun sangat dipengaruhi oleh N karena N mampu membuat daun lebih tampak hijau karena N meningkatkan butir-butir hjau daun dan juga pengaruh dari Cahaya matahari. Perlakuan 2(P.N), perlakuan 2(P.L) serta perlakuan 3(P.NPK) memilki warna daun hijau tua yang berarti kecukupan N nya terpenuhi dan cukup sinar matahari. Sedangkan pada perlakuan 1(P.0) tanaman yang tidak diberi penambahan pupuk yang mengandung N memiliki warna daunnya cenderung berwarna hijau muda yang menunjukan bahwa tanaman kekurangan N.
F. Berat Basah Tanaman
Tabel 5. Data Berat basah
p/u
Berat Basah
Total
Shoot
Root
P.0
8.7
6.85
15.55
P.N
16.87
14.03
30.9
P.L
18.4
12.04
30.44
P.NPK
30.81
28.41
59.22

Berat Tanaman pada perlakuan 4(P.NPK) memiliki berat yang paling berat yaitu: 59.22 g, hal ini dikarenakan pada perlakuan 4 (P.NPK) memiliki ukuran barang dan daun yang jelas terlihat lebih besar dibandingkan pada perlakuan 1 (P.0) = 15,55 g, perlakuan 2 (P.N) = 30.9 g dan perlakuan 3 (P.L) = 30.44 g. Dari data diatas terlihat bahwa yang paling rendah adalah perlakuan 1(P.0) yaitu: 15,55 g, hal ini dikarenakan pada perlakuan 1 (P.0) tanpa dilakukan pengaplikasian pupuk sebagai perangsang pertumbuhan, sehingga tanaman tumbuh secara alami memanfaatkan unsure hara yg sudah ada yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman cendrung lambat dan ukurannya kecil. Hal ini juga dikarenakan pada tanaman yang memiliki ukuran yang lebih besar memiliki kemampuan untuk menyimpan air lebih banyak dibandingkan tanaman yang memiliki ukuran yang lebih kecil, sehingga otomatis berat dari tanaman akan terpengaruhi.
G. Berat Kering Tanaman
Tabel 6. Data Berat Kering
p/u
Berat Kering
Total
Shoot
Root
P.0
1.51
1.3
2.81
P.N
3.2
2.66
5.86
P.L
3.5
2.28
5.78
P.NPK
5.78
5.5
11.28
            Berat kering tanaman diperoleh dengan cara pengovenan yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk melepas kandungan air yang terkandung pada tanaman, pengovenan dilakukan sampai tanaman melepas seluruh air yang dikandungnya sehingga menjadi murni berat dari tanaman tanpa ada factor lain yang mempengaruhi atau disebut berat konstant tanaman.
Pada tanaman  perlakuan 1(P.0) = 2.26 g, perlakuan 2(P.N) = 3,54 g, perlakuan 3(P.L)=3,97 g dan perlakuan 4(P.NPK)=7.04 g.














BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dari laporan akhir ini adalah sebagai berikut:
1.   Perlakuan 4(NPK) merupakan yang paling tinggi. Hal ini mungkin disebabkan pemberian pupuk yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan hara tanaman.dan yang terendah adalah perlakuan 1(P.0).

2.   Perlakuan 4(NPK) merupakan tanaman yang memiliki rata-rata lebar daun terlebar. Hal ini mungkin disebabkan pemberian pupuk yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan hara tanaman sehingga pertumbuhan pada perlakuan ini baik sehingga otomatis pertumbuhan daun juga baik. Dan yang terendah adalah perlakuan 1(P.0).

3.   Perlakuan 4(NPK) merupakan perlakuan dengan jumlah daun yang paling banyak. Sedangkan perlakuan dengan jumlah daun yang paling rendah perlakuan 1(P.0).

4.   Perlakuan 4(NPK) merupakan perlakuan dengan panjang akar yang paling panjang. Sedangkan perlakuan dengan panjang akar yang paling pendek pada perlakuan 1(P.0). Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh unsure P.

5.   Tanaman yang kekurangan N, memilki warna daun hijau muda seperti pada perlakuan 1(P.0), sendangkan pada perlakuan yang ditambahkan pupuk yang mengandung N memiliki warna daun hijau tua seperti pada perlakuan P.N, P.L, P.NPK dan pertumbuhannya terhambat sehingga kurang tinggi dibanding perlakuan lain.
5.2 Saran
1.   Jika terdapat kekurangan dalam praktikum ini, sangat diharapkan diberi petunjuk agar pada praktikum selanjutnya bisa lebih baik.
2.   Untuk mencapai hasil praktikum yang lebih baik, diharapkan untuk  para pembimbing lebih memperhatikan para praktikan dalam melakukan praktek.







DAFTAR PUSTAKA
Dr. Gede Wijana, DKK. 2014. Pedoman Praktikum MK: Teknologi Budidaya Tanaman Prodi Agroekoteknologi FP UNUD. Fakultas Pertanian, Denpasar.
Ginting, S. 1998. Jagung. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Isnaini, M., 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Najiyati, S., dan Danarti., 1999. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lampung Press, Lampung. Purwono dan H. Purnawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Ranaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1. Prinsip, Produksi, dan Gizi. Terjemahan Catur Horison. ITB Press, Bandung.
Rukmana, R., 1997 a. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta..,1997 b. Budidaya Baby Corn. Kanisius, Jakarta. .,1997 c. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Jakarta.
Suprapto dan H. A. R. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

0 comments: