BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tujuan pemupukan adalah menambahkan persediaan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur sebagai
konsekuensi terpenuhinya unsur hara yang diperlukannya. Pemupukan yang
dilaksanakan secara tepat atau rasional dan tak berlebihan dapat menjamin
tercapai hasil produksi yang benar-benar maksimal jika faktor-faktor yang lain
seperti terkendalinya hamapenyakit maupun sistem pengairan yang dilakukanturut
mendukung proses produksi.
Adanya pengaruh pemupukan pada tanaman menyebabakan
pertumbuhan dan hasil tanaman menjadi meningkat. Meningkatnya hasil ini
disebabakan oleh unsur hara yang cukup tersedia. Jika tanaman pokok tidak
diberi tindakan pemupukan yang tepat maka hasil produksi tanaman akan menurun
dan akan sangat merugikan pembudidaya. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk
organik atau pupuk anorganik, tetapi hasil yang lebih cepat tampak adalah
penggunaan pupuk anorganik.
Pemupukan yang tidak
tepat dosis, waktu, dan caranya menyebabkan tanaman tidak tumbuh optimal, baik
karena tanaman kekurangan unsur hara maupun karena kelebihan pupuk. Pemupukan
yang berlebihan menyebabkan kecenderungan terjadinya ketidak seimbangan unsur
hara dalam tanah, kerusakan sifat tanah, dan pencemaran lingkungan. Dalam hal
ini perlu pengetahuan tentang bahan pupuk, bagaimana teknik aplikasi pupuk,
cara menghitung kebutuhan pupuk, efisiensi pemupukan, dan penentuan rekomendasi
pemupukan.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu: Mengetahui respon
tanaman terhadap pemupukan
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan sumber
karbohidrat kedua stelah beras. Disamping sebagai bahan pangan, komoditi ini
juga sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku industri.
Menurut Rukmana (1997 a), dalam taksonomi tumbuhan
kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class
: Monocotyledoneae
Ordo
: Graminales
Family :
Graminaceae
Genus :
Zea
Spesies :
Zea mays L.
Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai
pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal
batang, dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan
akar adventif dengan percabangan yang amat lebat, yang memberi hara pada
tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak
dan membantu penyerapan hara. Akar layang ini yang tumbuh di atas permukaan
tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke
tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan
jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Panjang batang jagung berkisar antara
60 cm-300 cm. Ruas- ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas-ruas
batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rukmana, 1997 b). Daun jagung tumbuh
di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pita mempunyai lebar 4-15 cm dan
panjang 30-150 cm serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang
(Najiyati dan Danarti, 1995). Daun terdiri atas pelepah dan helaian daun.
Helaian daun memanjang dengan ujung daun merumcing. Antara pelepah daun dan
helaian daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air
hujan atau embun ke dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10-20 helai
pertanaman. Daun berada pada setiap ruas batang dengan kedudukan yang saling
berlawanan (Suprapto dan Marzuki, 2005). Tanaman
jagung merupakan tanaman monocious. Pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan
bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terletak pada bagian ujung
tanaman, sedangkan bunga betina pada sepanjang pertengahan batang jagung dan
berada pada salah satu ketiak daun (Ginting, 1998). Biji jagung berkeping
tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu
tongkol, kadang- kadang ada yang dua. Setiap tongkol terdapat 10-14 deret biji
jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung. (Suprapto dan Marzuki,
2005).
Nitrogen
(N)
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat
penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman
jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Adapun peran unsur
nitrogen adalah :
Fungsi unsur Nitrogen :
1. Merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun.
2. Membuat daun lebih tampak hijau karena Nitrogen meningkatkan butir-butir hjau daun.
3. Memperbanyak anakan.
4. Meningkatkan mutu dan jumlah hasil.
1. Merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun.
2. Membuat daun lebih tampak hijau karena Nitrogen meningkatkan butir-butir hjau daun.
3. Memperbanyak anakan.
4. Meningkatkan mutu dan jumlah hasil.
Kekurangan Nitrogen berakibat :
1. Tanaman merana, pertumbuhannya kerdil.
2. Daun kecil dan berwarna pucat.
3. Daun bagian bawah mudah kering/mati
4. Hasilnya rendah.
1. Tanaman merana, pertumbuhannya kerdil.
2. Daun kecil dan berwarna pucat.
3. Daun bagian bawah mudah kering/mati
4. Hasilnya rendah.
Fosfor (P)
Ketersediaan fosfor dalam jumlah yang cukup padasaat awal
pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase primordial yang selanjutnya untuk
bagian reproduktif lainnya. Peranan fosfor adalah :
Fungsi unsure Pospat :
1. Memperpanjang akar sehingga batang kuat.
2. Mempercepat pemasakan buah.
3. Memperbaiki mutu dan jumlah hasil.
1. Memperpanjang akar sehingga batang kuat.
2. Mempercepat pemasakan buah.
3. Memperbaiki mutu dan jumlah hasil.
Kekurangan Unsur Pospat berakibat :
1. Tanaman kerdil
2.Daun bagian tepid an ujung berwarna keunguan.
3. Buah lambat masak dan biji kurang berisi.
4. Buah salah bentuk dan kualitas turun.
1. Tanaman kerdil
2.Daun bagian tepid an ujung berwarna keunguan.
3. Buah lambat masak dan biji kurang berisi.
4. Buah salah bentuk dan kualitas turun.
Kalium (K)
Unsur K bukan bahan bangunan,
melainkan sebagai pengatur berbagai proses fisiologi tanaman. Adapun fungsi
unsur K adalah :
Fungsi Kalium :
1. Memperbaiki pertumbuhan tanaman.
2. Meningkatkan ketahanan serangan hama
3. Memperbaiki mutu hasil.
1. Memperbaiki pertumbuhan tanaman.
2. Meningkatkan ketahanan serangan hama
3. Memperbaiki mutu hasil.
Kekurangan Kalium berakibat :
1. Pinggir daun bintik-bintik putih kemrahan
2. Daun mengkerut/ melengkung dan berwarna kekuningan, merah.
3. Pertumbuhan tanaman kerdil, mudah patah.
4. Buah kecil sering ada becak luka dan kualitas menurun.
1. Pinggir daun bintik-bintik putih kemrahan
2. Daun mengkerut/ melengkung dan berwarna kekuningan, merah.
3. Pertumbuhan tanaman kerdil, mudah patah.
4. Buah kecil sering ada becak luka dan kualitas menurun.
Selain unsure itu unsure Ca (Kalsium) berguna bagi komponen
dinding sel, unsure Mg (Magnesium) sebagai penyusn klorofil dan unsure S
(Sulfur/belerang) bermanfaat untuk penyusunan protein.
Kekurangan
unsure Ca : tanaman bagian bawah berwarna pucat, daun muda kekuningan, tampak
layu dan akar salah bentuk. Kekurangan unsure Mg: daun hijau pucat tulang daun
berwarna kuning, daun jenis rerumputan bergaris-garis. Kekurangan unsure S :
tanaman tinggi semampai sama seperti kekuranga Nitrogen, buah matang lambat.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat :
Waktu:
1.
Penyiapan media untuk tanaman serta penanaman benih
jagung dilaksanakan mulai pada tanggal 29 Oktober 2014.
2.
Pemupukan pertama dilakukan pada tanggal 8 November 2014,
sedangkan untuk pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 12 November 2014.
3.
Pemupukan kedua dilakukan pada tanggal 13 November 2014,
sedangkan untuk pengamatan kedua dilakukan pada tanggal 17 November 2014.
4.
Pemupukan ketiga dilakukan pada tanggal 21 November 2014,
sedangkan untuk pengamatan ketiga dilakukan pada tanggal 24 November 2014.
Tempat:
Praktikum dilaksanakan di Kebun Percobaan
Pegok, Fakultas Pertanian Udayana.
3.2
Alat dan Bahan :
-
Polibag yang berlobang
-
Cetok
-
Media tanam / tanah
-
Benih kacang tunggak, kacang hijau, bibit cabai, bibit
sawi hijau, bibit tomat, benih jagung, bibit seledri (masing-masing satu jenis)
Perlakuan:
Menggunakan rancangan acak lepomok satu factor, yaitu jenis pupuk
yaitu:
P0 =
tanaman tidak dipupuk
Pn =
pupuk nitrogen (bersumber dari urea 3 g dilarutkan dalam 1 liter air , dosis
per tanaman 50 ml dengan penyiraman/kocor)
Pnpk =
pupukNPK (bersumber dari NPK cap tawon 3 g dilarutkan dalam 1 liter air , dosis
per tanaman 50 ml dengan penyiraman/kocor)
Plengkap
= pupuk lengkap (bersumber dari pupuk lengkap cap Rosasol-N 3 3 g
dilarutkan dalam 1 liter air, dosis per tanaman 50 ml dengan penyiraman/kocor)
Pemupukan dilakukan sejak tanaman unur 10 mst untuk tanaman yang
tanamnlangsung denan biji, sedangkan yang dengan bibit pemupukan dlakukan
setelh 3 hari penanaman bibit, dan dilanjutkan setiap 5 hari sekali.
Masing-masing diulang 5 kali
Cara kerja:
- Isi
polybag dengan media tanam yang sama dengan volume sama untuk semua polybag.
- tanam
benih atau bibit sesuai jenis tanaman
- pada
awal tanam sampai umur 10 hari pelihara tanaman secara seragam.
- pada
umur 10 hari, perlakuakan dengan pemupukan secara tugas tersebar.
- pengamatan dilakukan terhadap tingi tanaman
pada umur 14 hari dan diukur setiap tiga hari sampai umur 25 hari (5 kali pengamatan),
pada pengamatan terakhir tingi tanaman, tanaman dibongkar dan ukur panjang akar
terpanjang, ditimbang berat basah bagian di atas permukaan tanah (shoot) dan bagian akar (root), selanjutnya dioven masing-masing
untuk bagian shoot dan bagian root untukmendapatkan berat kering oven.
Rasio shoot/root. Pengamatan variable lain dapat dilakukan misalnya, jumlah
daun, luas daun, dll.
- tabulasi data, dan boleh dianalisis sidik
ragam dan uji BNT5% ,atau dibahas secara deskriptif dengan membandingkan antar
data.
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
A. Data 1. Tinggi
Tanaman
Tinggi Tanaman pengamatan minggu ke-1
|
|||||
p/u
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
P.0
|
9.73
|
7.02
|
7.56
|
8.32
|
7.41
|
P.N
|
7.18
|
14.22
|
4.14
|
7.19
|
5.20
|
P.L
|
11.78
|
8.65
|
8.73
|
3.22
|
7.18
|
P.NPK
|
16.26
|
8.61
|
10.73
|
8.53
|
9.43
|
Tinggi Tanaman Pengamatan minggu ke-2
|
|||||
p/u
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
P.0
|
15.58
|
11.09
|
13.73
|
14.26
|
16.02
|
P.N
|
17.55
|
21.16
|
7.15
|
10.82
|
11.21
|
P.L
|
25.03
|
19.79
|
28.28
|
5.73
|
10.53
|
P.NPK
|
34.32
|
21.94
|
27.35
|
34.37
|
25.59
|
Tinggi Tanaman Pengamatan minggu ke-3
|
|||||
p/u
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
P.0
|
16.38
|
13.61
|
13.73
|
17.13
|
17.63
|
P.N
|
25.35
|
33.44
|
9.56
|
18.85
|
15.60
|
P.L
|
30.71
|
27.66
|
33.64
|
10.47
|
19.01
|
P.NPK
|
49.01
|
34.73
|
43.06
|
46.94
|
46.31
|
B. Data 2. Luas Daun
Luas Daun pengamatan minggu ke-1
|
|||||
p/u
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
P.0
|
9.73
|
7.02
|
7.56
|
8.32
|
7.41
|
P.N
|
7.18
|
14.22
|
4.14
|
7.19
|
5.20
|
P.L
|
11.78
|
8.65
|
8.73
|
3.22
|
7.18
|
P.NPK
|
16.26
|
8.61
|
10.73
|
8.53
|
9.43
|
Luas Daun pengamatan minggu ke-2
|
|||||
p/u
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
P.0
|
15.58
|
11.09
|
13.73
|
14.26
|
16.02
|
P.N
|
17.55
|
21.16
|
7.15
|
10.82
|
11.21
|
P.L
|
25.03
|
19.79
|
28.28
|
5.73
|
10.53
|
P.NPK
|
34.32
|
21.94
|
27.35
|
34.37
|
25.59
|
Luas Daun pengamatan minggu ke-3
|
|||||
p/u
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
P.0
|
16.38
|
13.61
|
13.73
|
17.13
|
17.63
|
P.N
|
25.35
|
33.44
|
9.56
|
18.85
|
15.60
|
P.L
|
30.71
|
27.66
|
33.64
|
10.47
|
19.01
|
P.NPK
|
49.01
|
34.73
|
43.06
|
46.94
|
46.31
|
C. Data 3. Jumlah
Daun
p/u
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
P.0
|
6
|
5
|
4
|
4
|
5
|
P.N
|
6
|
4
|
4
|
4
|
4
|
P.L
|
5
|
5
|
6
|
4
|
5
|
P.NPK
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
D. Data 4. Panjang
Akar
p/u
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
P.0
|
31
|
29
|
13
|
23
|
28
|
P.N
|
24
|
18
|
20
|
23
|
20
|
P.L
|
28
|
20
|
28
|
24
|
25
|
P.NPK
|
32
|
35
|
30
|
31
|
28
|
E. Data 5. Berat
shoot dan root
p/u
|
Berat Basah
|
Berat Kering
|
||
Shoot
|
Root
|
Shoot
|
Root
|
|
P.0
|
8.7
|
6.85
|
1.51
|
1.3
|
P.N
|
16.87
|
14.03
|
3.2
|
2.66
|
P.L
|
18.4
|
12.04
|
3.5
|
2.28
|
P.NPK
|
30.81
|
28.41
|
5.78
|
5.5
|
4.2 Perhitungan
dan Pembahasan
A.
Tinggi Tanaman
Tabel 1. Uji BNT 5% Tinggi tanaman
|
||||||||||||||
Perlakuan
|
Rata-rata
|
Notasi
|
Perlakuan
|
Rata-rata
|
Notasi
|
Perlakuan
|
Rata-rata
|
Notasi
|
||||||
P.0
|
7.7
|
a
|
P.0
|
9
|
a
|
P.0
|
10.8
|
ab
|
||||||
P.N
|
6.8
|
a
|
P.N
|
10.8
|
ab
|
P.N
|
14.8
|
bc
|
||||||
P.L
|
6.8
|
a
|
P.L
|
10.4
|
bc
|
P.L
|
14.9
|
c
|
||||||
P.NPK
|
6
|
a
|
P.NPK
|
12.6
|
d
|
P.NPK
|
18.6
|
D
|
||||||
pengamatan ke-1
|
pengamatan ke-2
|
pengamatan ke-3
|
||||||||||||
Pada praktikum, didapatkanlah data seperti pada data
diatas di atas. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa tinggi tanaman cukup
beragam mulai dari pengamatan pertama hingga pengamatan ke 3. Pada pengamatan ke-1
belum menunjukkan perbedaan tinggi yang signifikan atau seluruh tanaman
memiliki tinggi yang tidak jauh bebeda, pada pengamatan ke-2, mulai terlihat
perbedaan tinggi tanaman antara tanaman yang diberi tambahan pupuk yang
mengandung N (P.N, P.L, P.NPK) dengan yang tidak (P.0) dan pada pengamatan ke-3
terlihat jelas bahwa pada perlakuan 4 (P.NPK) menunjukkan pertumbuhan tinggi
yang sangat baik.
Pupuk yang memberikan pengaruh pada tinggi tanaman adalah
pupuk N. Sehingga dapat terlihat pada data bahwa tanaman yang dipupuk dengan
pupuk yang mengandung N, memiliki tinggi yang hampir sama atau memiliki tinggi
yang tidak jauh berbeda. Sedangkan untuk tanaman yang tidak dipupuk dengan N,
cenderung lebih pendek pertumbuhan tinggi tanamannya.
Untuk tinggi tanaman yang paling tinggi adalah perlakuan 4
(P.NPK) yaitu: 14.33(U.I), 12.33(U.II), 11.67(U.III), 12.20(U.IV) dan
11.67(U.V). Hal ini mungkin disebabkan pemberian pupuk yang cukup dan sesuai
dengan kebutuhan hara tanaman. Selain itu, lokasi tanaman yang terbuka sehingga
tanaman mendapatkan cukup sinar matahari. Tanaman terpendek terlihat pada
perlakuan 1(P.0) yaitu: 9.50(U.I), 9.67(U.II), 10.00(U.III), 8.67(U.IV), dan
8.00(U.V). Hal ini semakin menguatkan
bahwa tanaman yang tidak dipupuk oleh pupuk yang tidak mengandung unsur hara N
akan mengalami kelambatan dalam pertumbuhan tingginya, pupuk N yang sangat
berfungsi untuk pertumbuhan.
B. Lebar
Daun
Tabel 2. Uji BNT 5% Lebar Daun
|
|||||||||||||
Perlakuan
|
Rata-rata
|
Notasi
|
Perlakuan
|
Rata-rata
|
Notasi
|
Perlakuan
|
Rata-rata
|
Notasi
|
|||||
P.0
|
8.008
|
a
|
P.0
|
13.58
|
a
|
P.0
|
15.70
|
a
|
|||||
P.N
|
7.586
|
a
|
P.N
|
14.14
|
ab
|
P.N
|
20.56
|
ab
|
|||||
P.L
|
7.912
|
a
|
P.L
|
17.87
|
ab
|
P.L
|
24.30
|
ab
|
|||||
P.NPK
|
10.712
|
a
|
P.NPK
|
28.71
|
c
|
P.NPK
|
44.01
|
c
|
|||||
pengamtan ke-1
|
pengamatan ke-2
|
pengamatan ke-3
|
Pada praktikum, didapatkanlah data seperti pada data
diatas di atas. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa luas daun cukup
beragam mulai dari pengamatan pertama hingga pengamatan ke 3. Pada pengamatan
ke-1 belum menunjukkan perbedaan luas daun yang signifikan atau seluruh tanaman
memiliki luas daun yang tidak jauh bebeda, pada pengamatan ke-2, mulai terlihat
perbedaan luas daun antara tanaman yang diberi tambahan pupuk yang mengandung N
(P.N, P.L, P.NPK) dengan yang tidak (P.0) dan pada pengamatan ke-3 terlihat
jelas bahwa pada perlakuan 4 (P.NPK) menunjukkan pertumbuhan tinggi daun sangat
baik. Sedangkan pada perlakuan 1 (P.0) menunjukkan pertumbuhan daun terendah.
Pertumbuhan
daun pada tanaman juga dipengaruhi oleh pupuk N dari hasil praktikum juga
menunjukkan peran dari pupuk N terhadap pertumbuhan dari daun, karena N
berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman yang secara otomatis akan
mempengaruhi ukuran daun. Data yang diperoleh dari perlakuan 2(P.N), Perlakuan
3(P.L) dan perlakuan 4(P.NPK) yang dimana pada perlakuan ketiga tanaman
diaplikasikan pupuk yang mengandung N, sedangkan pada tanaman pada perlakuan
1(P.0) tanpa penambahan pupuk N menunjukkan hasil yang berbeda.
Pada data lebar daun, lebar daun bertambah seiring dengan
pertumbuhan tanaman. Perlakuan 4 (P.NPK) memiliki lebar daun yang paling lebar,
yaitu: 33.20 (U.I), 21.76 (U.II), 27.05 (U.III), 29.95 (U.IV), dan 27.11 (U.V).
Pertama hal ini disebabkan karena rara-rata tempat tumbuh tanaman berada
wilayah yang terbuka sehingga kecukupan
sinar matahari tercukupi. Selain itu, pengaruh dari pupuk yang mengadung
unsure N menghasilkan respon dari tanaman mengakibatkan tanaman mampu
mempercepat pertumbuhan daun. Lebar daun paling rendah terjadi pada perlakuan 1(P.0),
yaitu: 13.89 (U.I), 10.57 (U.II), 11.67 (U.III), 13.24 (U.IV), dan 13.69 (U.V).
Hal utama yang menyababkan lebar daun P.0 paling kecil dibandingan yang lain
karena asupan pupuk N yang kurang.
C.
Jumlah Daun
Pada data jumlah daun, daun bertambah seiring dengan
pertumbuhan tanaman. Perlakuan 4 (P.NPK) memiliki jumlah daun yang paling
tinggi, yaitu: 6 (U.I), 6 (U.II), 6 (U.III), 6 (U.IV), dan 6 (U.V). Hal ini
disebabkan karena rara-rata tempat tumbuh tanaman berada wilayah yang terbuka
sehingga kecukupan sinar matahari
tercukupi. Selain itu, pengaruh dari pupuk yang mengadung unsure N menghasilkan
respon dari tanaman mengakibatkan tanaman mampu mempercepat pertumbuhan daun.
Lebar daun paling rendah terjadi pada perlakuan 1(P.0), yaitu: 4 (U.I), 4 (U.II),
3 (U.III), 4 (U.IV), dan 4 (U.V). Hal utama yang utama menyababkan lebar daun
paling kecil dibandingan yang lain karena asupan pupuk N yang kurang.
D.
Panjang Akar
Pada data diatas dapat kita lihat bahwa panjang akar cukup
beragam dari perlakuan P.0, P.N, P.L ,P.NPK. Pupuk yang memberikan pengaruh
pada pertumbuhan akar adalah pupuk P (fospat). Sehingga dapat terlihat pada
data bahwa tanaman yang dipupuk dengan pupuk yang mengandung P yaitu pupuk NPK
dan pupuk lengkap, memiliki panjang akar yang hampir sama atau memiliki panjang
akar yang tidak jauh berbeda. Sedangkan untuk tanaman yang tidak dipupuk dengan
pupuk yang mengandung P, cenderung memiliki panjang akar lebih pendek.
Untuk panjang akar yang paling panjang adalah perlakuan 4
(P.NPK), yaitu: 32 (U.I), 35 (U.II), 30 (U.III), 31 (U.IV), dan 28 (U.V). hal
ini mungkin disebabkan pemberian pupuk yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan
hara tanaman. Tanaman terpendek terlihat pada perlakuan 1(P.0), yaitu: 19
(U.I), 18 (U.II), 13 (U.III), 23 (U.IV), dan 18 (U.V). Hal ini semakin menguatkan bahwa tanaman yang
tidak dipupuk oleh pupuk yang tidak mengandung unsur hara P akan mengalami
kelambatan dalam pertumbuhan akarnya, pupuk P yang sangat berfungsi untuk
pertumbuhan akar.
E. Warna
Daun
(P.0) (P.N) (P.NPK) (P.L)
Warna daun sangat dipengaruhi oleh N karena N mampu membuat daun lebih tampak hijau karena N meningkatkan
butir-butir hjau daun dan juga pengaruh dari Cahaya
matahari. Perlakuan 2(P.N), perlakuan 2(P.L) serta perlakuan 3(P.NPK) memilki warna
daun hijau tua yang berarti kecukupan N nya terpenuhi dan cukup sinar matahari.
Sedangkan pada perlakuan 1(P.0) tanaman yang tidak diberi penambahan pupuk yang
mengandung N memiliki warna daunnya cenderung berwarna hijau muda yang
menunjukan bahwa tanaman kekurangan N.
F. Berat
Basah Tanaman
Tabel 5.
Data Berat basah
p/u
|
Berat Basah
|
Total
|
|
Shoot
|
Root
|
||
P.0
|
8.7
|
6.85
|
15.55
|
P.N
|
16.87
|
14.03
|
30.9
|
P.L
|
18.4
|
12.04
|
30.44
|
P.NPK
|
30.81
|
28.41
|
59.22
|
Berat Tanaman pada perlakuan 4(P.NPK) memiliki berat yang
paling berat yaitu: 59.22 g, hal ini dikarenakan pada perlakuan 4 (P.NPK)
memiliki ukuran barang dan daun yang jelas terlihat lebih besar dibandingkan
pada perlakuan 1 (P.0) = 15,55 g, perlakuan 2 (P.N) = 30.9 g dan perlakuan 3
(P.L) = 30.44 g. Dari data diatas terlihat bahwa yang paling rendah adalah
perlakuan 1(P.0) yaitu: 15,55 g, hal ini dikarenakan pada perlakuan 1 (P.0)
tanpa dilakukan pengaplikasian pupuk sebagai perangsang pertumbuhan, sehingga
tanaman tumbuh secara alami memanfaatkan unsure hara yg sudah ada yang
mengakibatkan pertumbuhan tanaman cendrung lambat dan ukurannya kecil. Hal ini
juga dikarenakan pada tanaman yang memiliki ukuran yang lebih besar memiliki
kemampuan untuk menyimpan air lebih banyak dibandingkan tanaman yang memiliki
ukuran yang lebih kecil, sehingga otomatis berat dari tanaman akan terpengaruhi.
G. Berat
Kering Tanaman
Tabel 6.
Data Berat Kering
p/u
|
Berat Kering
|
Total
|
|
Shoot
|
Root
|
||
P.0
|
1.51
|
1.3
|
2.81
|
P.N
|
3.2
|
2.66
|
5.86
|
P.L
|
3.5
|
2.28
|
5.78
|
P.NPK
|
5.78
|
5.5
|
11.28
|
Berat
kering tanaman diperoleh dengan cara pengovenan yang dilakukan dalam waktu
tertentu untuk melepas kandungan air yang terkandung pada tanaman, pengovenan
dilakukan sampai tanaman melepas seluruh air yang dikandungnya sehingga menjadi
murni berat dari tanaman tanpa ada factor lain yang mempengaruhi atau disebut
berat konstant tanaman.
Pada tanaman perlakuan 1(P.0) = 2.26 g, perlakuan 2(P.N) =
3,54 g, perlakuan 3(P.L)=3,97 g dan perlakuan 4(P.NPK)=7.04 g.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dari laporan akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Perlakuan 4(NPK) merupakan yang paling tinggi. Hal ini
mungkin disebabkan pemberian pupuk yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan hara tanaman.dan
yang terendah adalah perlakuan 1(P.0).
2. Perlakuan 4(NPK) merupakan tanaman yang memiliki rata-rata
lebar daun terlebar. Hal ini mungkin disebabkan pemberian pupuk yang cukup dan
sesuai dengan kebutuhan hara tanaman sehingga pertumbuhan pada perlakuan ini
baik sehingga otomatis pertumbuhan daun juga baik. Dan yang terendah adalah
perlakuan 1(P.0).
3. Perlakuan 4(NPK) merupakan perlakuan dengan jumlah daun
yang paling banyak. Sedangkan perlakuan dengan jumlah daun yang paling rendah perlakuan
1(P.0).
4. Perlakuan 4(NPK) merupakan perlakuan dengan panjang akar
yang paling panjang. Sedangkan perlakuan dengan panjang akar yang paling pendek
pada perlakuan 1(P.0). Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh unsure P.
5. Tanaman yang kekurangan N, memilki warna daun hijau muda
seperti pada perlakuan 1(P.0), sendangkan pada perlakuan yang ditambahkan pupuk
yang mengandung N memiliki warna daun hijau tua seperti pada perlakuan P.N,
P.L, P.NPK dan pertumbuhannya terhambat sehingga kurang tinggi dibanding
perlakuan lain.
5.2
Saran
1. Jika terdapat kekurangan dalam praktikum ini, sangat
diharapkan diberi petunjuk agar pada praktikum selanjutnya bisa lebih baik.
2. Untuk mencapai hasil praktikum yang lebih baik, diharapkan
untuk para pembimbing lebih
memperhatikan para praktikan dalam melakukan praktek.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Gede Wijana, DKK. 2014. Pedoman Praktikum MK:
Teknologi Budidaya Tanaman Prodi Agroekoteknologi FP UNUD. Fakultas Pertanian, Denpasar.
Ginting, S. 1998. Jagung. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Isnaini, M., 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana,
Yogyakarta.
Najiyati, S., dan Danarti., 1999. Palawija, Budidaya dan
Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lampung Press, Lampung. Purwono dan H. Purnawati. 2007.
Budidaya 8 Jenis Ranaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1.
Prinsip, Produksi, dan Gizi. Terjemahan Catur Horison. ITB Press, Bandung.
Rukmana, R., 1997 a. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya,
Jakarta..,1997 b. Budidaya Baby Corn. Kanisius, Jakarta. .,1997 c. Usaha Tani
Jagung. Kanisius, Jakarta.
Suprapto dan H. A. R. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung.
Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
0 comments:
Post a Comment