Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Wednesday, 11 November 2015

ilmu filsafat



1.       Pengertian Filsafat, Menurut beberapa ahli :
1)      Menurut N. Driyarkara, filsafat adalah pikiran manusia yang radikal yang artinnya dengan mengesampingan pendirian-pendirian dan pendapat-pendapat “yang diterima saja” mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis.
2)      Menurut Notonagoro, filsafat adalah filsafat itu menelaah hal – hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak (terdalam), yang tetap dan yang tidak berubah, yang juga disebut hakikat.
Jadi, kesimpulannya menurut Notonagoro filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu hal yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai dengan hakikatnya, jadi filsafat tidak terfokus pada gejala – gejala, fenomina – fenomina, akan tetapi filsafat lebih terfokus pada hakekat dari fenomena – fenomena itu. Hakekat adalah suatu prinsip yang menyatakan sesuatu adalah sesuatu, sedangkan filsafat adalah usaha berpikir untuk mengetahui segala sesuatu (ada/being) merupakan implekasi dasar. Jadi, segala sesuatu yang memiliki kualitas tertentu pasti dia adalah ada/being.
3)      Menurut Ir. Proedjawijatna, filsafat adalah ilmu yang berush untuk mencari sebab yang sedalam – dalamnya bagi segala sesuatu berdsarkan pikiran belaka.
4)      Menurut Ali Mudhofir (Ahli filsafat yang juga dosen UGM), filsafat diartikan sebagai :
1.      Filsafat sebagai suatu sikap dalam kehidupan dan alam semesta, sikap secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu tersedia menunjau suatu problem dari semua sudut pandang.
2.      Filsafat sebagai suatu metode artinya cara berpikir secara reflektif (mendalam), penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati – hati dan teliti.
3.      Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh mencoba menggantungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten.
Jadi, dari batasan – bataan diatas tersebut Ali Mudhofir mengambil kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakekatnya.
2.      6 Pendapat Cendakiawan ( Surajiyo 2008 )
1.      Mohammad Noor Syam berpendapat, “ para ahli menerangkan bahwa obvjek filsafat itu dibedakan atas objek material atau objek material filsafat ; segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materil konkret, psikis maupun nonmaterial abstrak, psiskis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, dan nilai – nilai. Dengan demikian, objek filsafat tidak terbatas” . 9mohhamad Noor Syam, 1981, hal. 12)
2.      Poedjawijatna berpendapat, “ jadi objek material fisik ialah ada dan yang mungkin ada. Dapatkah dikatakan bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala ilmu yang menyelidiki segala sesuatunya juga? Dapat dikatakan bahwa objek filsafat yang kami maksdu adalah objek materialnya-sama dengan objek material dari ilmu seluruhnya. Akan tetapi, filsafat tetap filsafat dan bukan merupakan kumpulan atau keseluruhan ilmu” (Poedjawijatna, 1980, hal. 8).
3.      H.A Dardiri berpendapat, objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan”. Kemudian, apakah gerangan sesuatu yang ada itu ?
Segala sesuatu yang ada dapat dibagi dua, yaitu :
1.            Ada yang bersifat umum, dan
2.            Ada yang bersifat khusus.
4.      Louis O. Kattsoff berpendapat bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, meliputi segala pengetahuan manusia segala pengetahuan serta segala apa saja yang ingin diketahui manusia.

5.      Menurut Hakim dan Beni ( 2008: 19)
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek material adalah sesuatu bahan yang menjadi tinjauan peneliatan atau pembentukan pengetahuan itu (Surajiyo, 2009 : 5). Objek ini merupakan hal yang diselidiki ( sasaran peenyelidikan ), dipandang, disorot, atau dipermasalahkan oleh suatu disiplin ilmu. Objek ini mencangkup hal-hal yang bersifat kongkret ( seperti makhluk hidup dan benda mati ) maupun abstrak ( seperti kekayaan dan nilai-nilai).

6.      Menurut Mustansyr ( 2003 : 44 )
Dalam filsafat ilmu objek material adalah ilmu pengetahuan itu sendiri yaitu pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.

3.      Penjelasan singkat dari ke 10 metode filsafat dalam Surajiyo ( 2008 )
Anton Bekker dalam Surajiyo (2008) , menjelaskan setidaknya terdapat sepuluh metode filsafat yang merupakan penyederhanaan dari beberapa metode yang komplek.
1.      Metode kritis : Socrates, Plato
Metode ini dekembangkan untuk mendspatkan pengetahuan hakekt dengan jalan analitis istilah dan pendapat. Penjelasan keyakinan dan perttentangan serta dialog, diferensiasi, menyisihkan dan penolakan merupakan langkah-langkah dalam metode ini untuk mencapai hakekat yang sesungguhnya.
2.      Metode Intuitif : Plotinus, Bergson
Metode ini cukup unik, karena dalam metode ini menggunakan akal yang disertai dengan kebersihan hati dan pencucian moral. Metode ini dalam epistemology akan menghasilkan pengetahuan yang sempurna menurut aliran intuisonisme atau Iluminasianisme.
3.      Metode Skolastik : Aristoteles, Aquinas dan Filsafat Abad Pertengahan
Metode ini menggunakan penarikan kesimpulan dari sintesis – deduktif dengan bertolak dari definisi – definisi yang kemudian dengan kaidah tertentu diambil kesimpulan.
4.      Metode Geometris : Rene Descartes dan pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang yang berbeda dari yang lain), dari hakikat – hakikat itu di dedukasikan secara matemaris segala pengertian lainnya.
5.      Metode Empiris : Locke, Hobbes, Berkeley dan Hume
Pengalaman merupakan sumber kebenaran. Ide-ide dalam pikiran dibandingkan dsecara impresif yang kemudian disusun untuk mendapatkan kebenaran secara geometris.
6.      Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo Skolastik
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisi diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.
7.      Metode Fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme
Yani dengan beberapa pemotongan sistematis ( reduction), refleksi atau fenonim dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau membicarakan gejala. Hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan dan menurut Husserl ada 3 macam reduksi, yaitu :
a.       Reduksi fenomologis
b.      Reduksi Eidetis
c.       Reduksi Transendental.
8.      Metode Dialektis : Hegel, Marx
Dengan menggunakan dinamika berpikir, pada umumnya metode menggunakan Triade tesis – antithesis – sintetis yang kemudian dapat diperoleh kebenaran yang hakiki.
9.      Metode Neo-Positivistik
Kenyataan yang dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta)
10.  Metode Analitika bahasa : Wittgenstein
Dengan jalan anilisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode ini dinilai cukup netral sebab tidak sama sekali mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaanya adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa di dasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.
4.      Dasar-Dasar Epistemologi Menurut MINTAREJA !
            Istilah epistemology berasal dari kata Yunani, episteme dan logos, episteme bisa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, ata atau teori epistemology secara epistemology dapat diartikan teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa inggrisnya adalah “ Theory Of Knowledge” istilah lain dari epistemology adalah berbagai keputusan filsafat kadang-kadang disebut juga logika material, criteriology, kritik pengetahuan, gnosiology dan dalam bahasa indonesianya lazim di pergunakan untuk istilah “Filsafat Pengetahuan”
Abbas Hamani Mintareja memberikan pendapat bahwa epistemology adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, metode dan kesahihan pengetahun. ,yang dia sederhanakan bahwa epistemology ialah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu.
Maka dari itu ditarik kesimpulan, epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber penget5ahuan, asal-usul pengetahuan, batas-batas sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.
1.      Gejala Pengetahuan dibedakan, menjadi 3 yaitu :
·         Epistemologi metafisi
·         Epistemologi skeptis
·         Eistemologi kritis
2.      Ada beberapa hal yang mendasari terbentuknya pengetahuan, antara lain :
·         Pengalaman
·         Ingatan
·         Kesaksian
·         Minat dan rasa ingin tahu
·         Pikiran dan penalaran
·         Logika
·         Bahasa , dan
·         Kebutuhan hidup manusia
3.      Pengetahuan dibagi menjadi 3, yaitu
·         Pengetahuan Ilmiah : Jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja atau metode ilmiah
·         Pengetahuan Moral : Nilai-nilai mora hanya dinyatakan kepada orang yanbg mengalami urgensi atau keharusanya.
·         Pengetahuan Religius : Persoalan tentang kemungkinan adanya pengetahuan religious sedikit berbeda dari persoalan tentang kemungkinan adanya pengetahuan moral.
4.      Ada beberapa pendapat tentang, Sumber Pengetahuan diantaranya :
1)      Empiris ; menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman  (emperiokos=pengalaman). Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu : menetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara mengetahui (pengalaman) tokoh yang terkenal John Locke (1632 – 1704) , George Barkeley (1685 – 1753) dan David Hume.
2)      Rasionalisme ; Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1598 – 1650), Baruch Spinoza (1632 – 1677) dan Gottried Leibniz (1646 - 1716)
3)      Intuisi ; Dengan intuisi manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui proses penalaran tertentu. Henry Bergson menanggap intuisi merupakan hasil dari revolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia intuisi merupakan kemampuan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari
4)      Wahyu ; Pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui Hamba-Nya yang terpilih untuk menyampaikan (Nabi atau Rosul). Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia.
5.      Batasan Pengetahuan
Ilmu adalah Pengetahuan yang hanya bisa dijuangkau oleh akal manusia dan bahkan yang bisa diuji kebenaranya secara empiris. Sebuah ilmu harus memenuhi standar metodologis dan bisa diuji dengan menggunakan metode-metode ilmiah, jika suatu ilmu berada di luar jangkauan pengalaman manusia bagaimana kita bisa menguji dengan standar metodelogis.

0 comments: