Pengertian Rhizobium
sp.
Rhizobium adalah basil yang gram negatif yang merupakan
penghuni biasa didalam tanah. Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob,
bentuk batang, koloninya berwarna putih berbentuk sirkular, merupakan penambat
nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar
legume leguminoceae atau disebut juga facebeae merupakan tanaman berbunga yang
dikenal sebagai keluarga kacang kacangan. Bakteri ini masuk melalui bulu-bulu
akar tanaman berbuah polongan dan menyebabkan jaraingan agar tumbuh
berlebih-lebihan hingga menjadi kutil-kutil. Bakteri ini hidup dalam sel-sel
akar dan memperoleh makanannya dari sel-sel tersebut. Biasanya beberapa
spesies Actinomycetes kedapatan bersama-sama dengan Rhizobium sp.
dalam satu sel.
Morfologi
Rhizobium dikenal sebagai bakteroid.
Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar
yang tidak berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis
selulose. Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil
nitrogen langsung dari udara dengan aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri,
nitrogen itu disusun menjadi senyawaan nitrogen seperti asam-asam amino dan
polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan, bakteri dan tanak disekitarnya.
Baik bakteri maupun legum tidak dapat menambat nitrogen secara mandiri, bila
Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak terdapat dalam tanah legum tersebut akan
mati. Bakteri Rhizobium hidup dengan menginfeksi akar tanaman legum dan
berasosiasi dengan tanaman tersebut, dengan menambat nitrogen.
Bakteri
nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium
leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.
Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara
dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan. Berkat
kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri tersebut berpengaruh
terhadap nilai ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri ini ada yang hidup
bebas maupun simbiosis. Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum, Clostridium
pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Tumbuhan yang bersimbiosis dengan
Rhizobiumbanyak digunakan sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia,
dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat
dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar.
Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat
nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali.
Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat
tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat
menambah kesuburan tanah.
B. Bakteri Rhizobium sp dan Daur Hidupnya
Sumber
utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) yang terdapat di atmosfir, yang
takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya yang ada di kulit bumi dan
perairan. Nitrogen juga terdapat dalam bentuk yang kompleks, tetapi hal ini tidak
begitu besar sebab sifatnya yang mudah larut dalam air.
Pada
umumnya derivat nitrogen sangat penting bagi kebutuhan dasar nutrisi, tetapi
dalam kenyataannya substansi nitrogen adalah hal yang menarik sebagai polutan
di lingkungan. Terjadinya perubahan global di lingkungan oleh adanya interaksi
antara nitrogen oksida dengan ozon di zona atmosfir. Juga adanya perlakuan
pemupukan (fertilization treatment) yang berlebihan dapat mempengaruhi air
tanah (soil water), sehingga dapat mempengaruhi kondisi air minum bagi manusia.
Bentuk
atau komponen N di atmosfir dapat berbentuk ammonia (NH3), molekul nitrogen
(N2), dinitrit oksida (N2O), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2),
asam nitrit (HNO2), asam nitrat (HNO3), basa amino (R3-N) dan lain-lain dalam
bentuk proksisilnitri. Dalam telaah kesuburan tanah proses pengubahan nitrogen
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu mineralisasi senyawa nitrogen
komplek, amonifikasi, nitrifikasi, denitrifikasi, dan volatilisasi ammonium.
Sejumlah
organisme mampu melakukan fiksasi N dan N-bebas akan berasosiasi dengan
tumbuhan. Senyawa N-amonium dan N-nitrat yang dimanfaatkan oleh tumbuhan akan
diteruskan ke hewan dan manusia dan kembali memasuki sistem lingkungan melalui
sisa-sisa jasad renik. Proses fiksasi memerlukan energi yang besar, dan enzim
(nitrogenase) bekerja dan didukung oleh oksigen yang cukup. Kedua faktor ini
sangat penting dalam memindahkan N-bebas dan sedikit simbiosis oleh organisme.
Nitrogenase
mengandung protein besi-belerang dan besi-molibdenum, dan mereduksi nitrogen
dengan koordinasi dan transfer elektron dan proton secara kooperatif, dengan
menggunakan MgATP sebagai sumber energi. Karena pentingnya reaksi ini,
usaha-usaha untuk mengklarifikasi struktur nitrogenase dan mengembangkan
katalis artifisial untuk fiksasi nitrogen telah dilakukan secara kontinyu
selama beberapa tahun. Baru-baru ini, struktur pusat aktif nitrogenase yang
disebut dengan kofaktor besi-molibdenum telah ditentukan dengan analisis
kristal tunggal dengan sinar-X. Nitrogen organic diubah menjadi mineral
N-amonium oleh mikroorganisasi dan beberapa hewan yang dapat memproduksi
mineral tersebut seperti : protozoa, nematoda, dan cacing tanah. Serangga
tanah, cacing tanah, jamur, bakteri dan aktinbimesetes merupakan biang penting
tahap pertama penguraian senyawa N-organik dalam bahan organic dan senyawa
N-kompleks lainnya. Semua mikroorganisme mampu melakukan fiksasi nitrogen, dan
berasosiasi dengan N-bebas yang berasal dari tumbuhan. Nitrogen dari proses
fiksasi merupakan sesuatu yang penting dan ekonomis yang dilakukan oleh bakteri
genus Rhizobium dengan tumbuhan Leguminosa termasuk Trifollum spp, Gylicene max
(soybean), Viciafaba (brand bean), Vigna sinensis (cow-pea), Piscera sativam
(chick-pea), dan Medicago sativa (lucerna).
Bakteri
dalam genus Rhizobium merupakan bakteri gram negatif, berbentuk bulat
memanjang, yang secara normal mampu memfiksasi nitrogen dari atmosfer. Umumnya
bakteri ini ditemukan pada nodul akar tanaman leguminosae.
Rhizobium berasal dari
dua kata yaitu Rhizo yang artinya akar dan bios yang berarti hidup.Rhizobium
adalah bakteri yang bersifat aerob, bentuk batang, koloninya berwarna putih
berbentuk sirkulasi, merupakan penghambat nitrogen yang hidup di dalam tanah
dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume, bersifat host spesifik satu
spesies Rhizobium cenderung membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman
legume saja. Bakteri Rhizobium adalah organotrof, aerob, tidak berspora,
pleomorf, gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri rhizobium mudah tumbuh dalam
medium pembiakan organik khususnya yang mengandung ragi atau kentang. Pada suhu
kamar dan pH 7,0 – 7,2.
Genus-genus
bakteri yang dapat mengikat nitrogen di udara ialah Azotobacter, Clostridium
dan Rhodospirilium. Juga alga biru Nostoc dan Anabaena dikenal sebagai pengikat
nitrogen. Dan adanya genus bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas, akan
tetapi hanya dalam dalam hidup simbiosis dengan tanaman suku Legminosae. Genus
bakteri tersebut ialah Rhizobium, yang akan dibahas pada makalah ini. Rhizobium(yang
terkenal ialah Rhizobium leguminosorum) adalah basil Gram negatif yang
merupakan penghuni biasa di dalam tanah. Bakteri ini masuk melalui bulu-bulu
akar tanaman berbuah polongan dan menyebabkan jaringan tumbuh berlebihan hingga
terjadi bintil-bintil. Bakteri ini hidup didalam sel akar dan memperoleh
makanannya dari sel tersebut. Biasanya beberapa spesies Actinomycetes terdapat
bersama-sama denganRhizobium dalam satu sel.
Senyawa nitrogen yang
dibentuk oleh Rhizoium cuku untuk memenuhi kebutuhan hospes, bahkan ada
kelebihan yang dapat dimanfaatkan tanaman lain. Taman tampak lebih segar jika
sekitarnya ada tanaman dari suku Leguminosae.
Legum berbintil menyumbang cukup
banyak dalam hal jumlah nitrogen terfiksasi ke dalam biosfer. Tumbuhan legum
diklasifikasikan menadi 3 subfamili
besar dari famili Leguminoseae: Caesalinodiae, Mimosoideae dan Papilionoideae.
Tidak semua legum memilki bintil dalam sistem perakarannya dan diketahui pula
bahwa beberapa bentuk pohon tidak memiliki bintil sama sekali. Hampir 10-12%
Leguminoseae telah dieriksa hingga saat
ini mengenai bintil akarnya, dari jumlah
itu diketahui bahwa 10% dari Mimosoidaeae, 65% dari Caesalpinoideae dan 6% dari
Papilinoideae tidak memiliki bintil akar.. Bakteri-bakteri yang termasuk dalam
genus Rhizobium hidup bebas dalam tanah dan dalam perakaran tumbuh-tumbuhan
legum maupun bukan legum. Walaupun demikian, bakteri Rhizobium dapat
bersimbiosis hanya dengan tumbuh-tumbuhan bukan legum, dengan menginfeksi
akarnya dan membentuk bintil akar didalamnya. Pada simbiosis dalam bintil akar
legum, legumnya merupakan mitra yang lebih besar sedangkan Rhizobium adalah
partner yang lebih kecil, sering disebut “mikrosimbion”.
Apabila
bintil menua setelah suatu periode fiksasi nitrogen, mulai terjadi pembususkan
jaringan dengan membebaskan bentuk aktif Rhizobium ke dalam tanah yang biasanya
berfungsi sebagai sumber inokulum bagi tumbuh-tumbuhan budi daya berikutnya
dari spesies legum tertetu. Bakteri pembentuk bintil terdapat dalam tanah dan
dalam perakaran legum dan bukan legum. Tidak ada medium pilihan yang telah
diramu untuk memisahkan rhizobium dari tanah. Metode yang dipakai untuk
menaksir rhizobium dalam tanah dengan metode jumlah yang palng mungkin, ialah
kecambah yang ditumuhkan secara aseptik diinokulasi dengan suspensi encer
sampel tanah dan kemudian dilanjutkan dengan pengamatan pembentukan bintil
diikuti dengan analisis hasil secara statistik. Tanpa leum, populasi rhizobium
dalam tanah akan meurun. Walaupun demikian, diketahui bahwa rhizobium dapat
lestari selama 19 sampai 45 tahun walaupun rhizobium tidak dapat membentuk
spora (Subba, 1994:153).
Rhizobium
lipii dan R. japonicum diketahui secara koparatif resisten tehadap temperatur
tanah yang tinggi tidak seperti R. trifolii dan R. meliloti. Meskipun
temperaturnya tinggi, rhizobium tropis dapat membentuk bintil pada Acacia,
Lotus, dan Psorales dengan beradaptasi ada rentangan temperaturnya. Rhizobium
lebih mudah terangsang dalam rizosfer legum daripada dalam rizosfer bukan legum. Suatu legum tertentu
cenderung untuk menggalakkan perkembangbiakan bakteri yang mampu menginfeksinya
lebih banyak daripada bakteri-bakteri lainnya. Legum mengekskresikan sejumlah
besar substansi ke dalam rizosfer, terutama gula, asam amino dan vitamin
seperti misanya biotin da asam pantotenat walaupun jarang juga tiamin.
Biji-biji legum menghasilkan antibiotik yang dapat berdifusi secara aktif
terhadap bakteri bintil.
Mikroorganisme
tanah seperti bakteri, fungi, actinomycetes juga berpengaruh merangsang atau
menghambat aktivitas rhizobium, misalnya kegagalan membentuk bintil di bagian
tertentu akibat adanya mikroorganisme antagonistik terhadap rhizobium di dalam
tanah. Keasaman tanah dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
berkrangnya populasi rhizobium dalam tanah. Penetralan tanah dengan kalsium
hidroksida atau kalsium karonat mengembalikan kondisi menjadi menguntungkan
bagi pekembangbiakan rhizobium. Temperatur mempempengaruhi pertumbuhan maupun
kelestarian rhizobium. Fungisida, herbisida dan pelindung tanaman yang lain
mungkin terbukti beracun bagi rhizobium dan mengurangi inokulum dalam tanah.
Kerentanan rhizobium terhadap bahan-bahan kimia ini berbeda antar spesies yang
berbeda.
C. Aplikasi Rhizobium sp. dalam Peningkatan
Produktivitas Pertanian
1. Mikrobiologi Pertanian
Mikrobiologi
pertanian adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan mikroba dalam bidang
pertanian. Mikrobiologi Pertanian merupakan penggunaan Mikrobiologi untuk
tujuan memecahkan masalah-masalah praktis di bidang pertanian. Dengan demikian
dapat dirumuskan tugas dari Mikrobiologi Pertanian adalah mempelajari dan
memanfaatkan mikrobia sebaik mungkin guna meningkatkan produksi pertanian baik
kuantitas maupun kualitas dan menekan kemungkinan kehilangan produksi karena
berbagai sebab.
Bidang pertanian juga mempunyai peran
dalam penambatan nitrogen, mikororganisme tersebut adalah (baktero
fotosintesis, Azotobacter, Clostridium dan Rhizobium). Proses penambahan utama
terdiri atas dua reaksi yang terpisah, yaitu
1) pembentukan reduktan,
2) pengikatan gas
nitrogen.
ATP diperlukan untuk reaksi pertama
yang elektronnya diteruskandari feredoksin terduksi ke reduktan yang hinggga
kini belum diketahui paada reaksi kedua nitrogen ditambatkan pada protein
(nitrogenase) yang mengandung molibdenum, besi dan sulfur, diperlukan untuk
pemanfaatan kembali senyawa-senyawa sulfur untuk pertumbuhan tanaman.
Pembentukan H2S dari penguraian protein dapat diselesaikan oleh berbagai
bakteri heterotrof. Dikarenakan pada dasarnya semua protein mengandung sistein
dan metionin – asam amino yang mengandung sulfur – penguraian protein yang
lengkap melepaskan sulfur sebagai sulfied. Beberapa kelompok mikroorganisme
yang melaksanakan daun sulfur adalah kelompok bakteri yang berbentuk benang
yang melayang.
Bakteri nitrifikasi
adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu menyusun senyawa nitrat dari amoniak
yang berlangsung secara aerob di dalam tanah. Nitrifikasi terdiri atas dua
tahap yaitu:
· Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh
bakteri nitrit. Proses ini dinamakan nitritasi.
http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/01/picture5.jpg?w=247&h=39
Reaksi nitritasi
· Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat
oleh bakteri nitrat. Prosesnya dinamakan nitratasi.
http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/01/picture6.jpg?w=183&h=26
Reaksi nitratasi
Dalam bidang pertanian, nitrifikasi
sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman
yaitu nitrat. Tetapi sebaliknya di dalam air yang disediakan untuk sumber air
minum, nitrat yang berlebihan tidak baik karena akan menyebabkan pertumbuhan
ganggang di permukaan air menjadi berlimpah.
Pemanfaatan Mikrobia
dalam Produksi Pertanian dilakukan Melalui:
1. Pemeliharaan dan peningkatan kesuburan
tanah dengan memanfaatkan mikrobia yang berperan dalam siklus Nitrogen
(mikrobia penambat nitrogen, mikrobia amonifikasi, nitrifikasi, dan
denitrifikasi), Fosfor (mikrobia pelarut fosfat), Sulfur (Mikrobia pengoksidasi
sulfur), dan Logam-logam (Fe, Cu, Mn, dan Al),
2. Pemeliharaan kesehatan tanah dengan
memanfaatkan mikrobia penekan organisma pengganggu tanaman (OPT),
3. Pemulihan kesehatan tanah dengan
memanfaatkan mikrobia pendekomposisi / penyerap senyawa-senyawa toksik terhadap
mahluk hidup (Bioremediasi),
4. Pemacuan pertumbuhan tanaman dengan
memanfaatkan mikrobia penghasil fitohormon.
2. Pengaruh dan Penerapan Bakteri Rhizobium sp.
terhadap Mikrobiologi Pertanian
Pada
dunia pertanian bakteri rhizobium sp mengikat unsur nitrogen dari lingkungan sekitar
dan menularkan ke tumbuhan, tetapi bagian akar dan juga pada bagian tanah pada suatu tanaman. Kebanyakan rhizobium sp menularkan pada tanaman yang
berbiji : contohnya saja akar pada tanaman kedelai. Pada tanaman kedelai
tersebut, bakteri rhizobium sp menempel pada bintil akar. Dan itu membuat
tanaman tersebut tumbuh subur dan untuk melangsungkan hidupnya karena tanaman
tersebut telah terinfeksi oleh bakteri Rhizobium sp.
Tumbuhan
yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau seperti
Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut
menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya
mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka
tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen
sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam
tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen
yang dapat menambah kesuburan tanah.
D. Penambatan Nitrogen
oleh Rhizobium
Kurang lebih 80% dari udara di
atmosfer adalah gas nitrogen (N2). Namun N2 tidak dapat digunakan secara
langsung oleh sebagian besar organisme. Kebanyakan organisme menggunakan
nitrogen dalam bentuk NH3 sebagai penyusun asam amino, protein, dan asam
nukleat. Fiksasi nitrogen merupakan proses yang mengubah N2 menjadi NH3 yang
kemudian akan digunakan secara biologi. Proses ini dapat terjadi secara alamiah
oleh mikroba (Lindemann & Glover, 1998). Mikroba yang fungsi utamanya
sebagai penyedia unsur nitrogen melalui penambatan nitrogen atmosfer dapat
dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu mikroba yang hidup bebas (free-living
microbes), artinya bekerja secara non-simbiotik atau tidak memiliki asosiasi
spesifik dengan tanaman tertentu, dan mikroba yang melakukan hubungan simbiotik
dengan tanaman tertentu (Yuwono, 2006). Salah satu contoh yang saat ini sudah
banyak diteliti adalah hubungan simbiotik Rhizobium dengan tanaman legum.
Rhizobium merupakan bakteri gram negatif, bersifat aerob, tidak membentuk
spora, berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,5-0,9 μm. Bakteri ini termasuk
famili Rhizobiaceae. Bakteri ini banyak terdapat di daerah perakaran (rizosfer)
tanaman legum dan membentuk hubungan simbiotik dengan inang khusus (Yuwono,
2006).
Rhizobium merupakan simbion
fakultatif, dapat hidup sebagai komponen normal dari mikroflora tanah dalam
keadaan tidak ada tanaman inang, tetapi tetap hidup bebas sebagai heterotrof
tergantung kehadiran akar tanaman inang. Populasi Rhizobium pada rhizosfer
tanaman legum biasa mencapai 106 sel/gram atau lebih (Richards, 1987). Di
tanah, bakteri ini hidup bebas dan motil, memperoleh nutrisi dari sisa
organisme yang telah mati. Rhizobium yang hidup bebas tidak dapat memfiksasi
nitrogen dan punya bentuk yang berbeda dari bakteri lain yang ditemukan pada
bintil akar tanaman (Burdas, 2002). Menurut Suprapto (1999), ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Rhizobium, antara lain: pH tanah, suhu,
sinar matahari, dan unsur hara tanah. Menurut Martani & Margino (2005),
kebanyakan Rhizobium tumbuh optimum pada pH netral. Reaksi optimum bagi
pertumbuhan dan perkembangan Rhizobium pada pH 5,5-7,0 dengan batas kecepatan
reaksi pada pH 3,2-5,0 pada keadaan asam, dan 9,0-10,0 pada keadaan alkali.
Meskipun begitu ada beberapa strain Rhizobium yang toleran masam. Pada strain
ini pertumbuhannya terlihat lebih luas dan mempunyai lendir yang lebih banyak
(Elfiati et al., 2006). Suhu tanah
juga sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri ini. Zahran (1999), menyatakan
bahwa sebagian besar Rhizobium memiliki temperatur optimum antara 28-31oC dan
umumnya tidak dapat tumbuh pada 37oC. Temperatur pembatas bagi pertumbuhan
bakteri adalah 0-50oC dan temperatur titik kematian pada 60oC-62oC (Sutedjo et
al., 1991). Rhizobium yang efektif pada bintil akar mampu memenuhi seluruh atau
sebagian kebutuhan N bagi tanaman. Berdasarkan kemampuan tersebut Rhizobium
memiliki andil yang cukup besar dalam peningkatan produktivitas pertanian
terutama kacang-kacangan (Arimurti et al., 2000). Dalam jaringan bintil akar
bakteri tersebut memfiksasi nitrogen dan mengubahnya menjadi ammonium yang
selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman. Hal ini menyebabkan kondisi pertumbuhan
tanaman berbintil akar lebih baik dibandingkan tanpa bintil akar (Martani &
Margino, 2005).
Spesifisitas Nodulasi
Rhizobium
Bakteri Rhizobium hanya dapat
bersimbiosis dengan tumbuhan legum dengan menginfeksi akarnya dan membentuk
bintil akar di dalamnya (Rao, 1994). Dalam banyak kasus pemberian inokulan
Rhizobium indigenous terkadang tidak efektif pada tanaman yang diperkenalkan
(Richards, 1987). Prinsip pengelompokan inokulasi silang didasarkan pada
kemampuan isolat Rhizobium untuk membentuk bintil akar pada genus terbatas dari
spesies legum yang satu sama lain berkerabat dekat. Semua Rhizobium yang dapat
membentuk bintil akar pada perakaran tipe legum tertentu secara kolektif
dimasukkan dalam satu spesies (Rao, 1994).
Beberapa tingkat spesifisitas dalam
nodulasi dan legum dapat disusun dalam beberapa kelompok, anggota dari salah
satu grup biasanya membentuk nodul dengan legum yang diberikan tetapi
kemampuannya untuk memfiksasi N adalah suatu fungsi dari keduanya yaitu tanaman
inang dan bakteri itu sendiri (Richards, 1987). Tidak semua jenis tanaman
kacangan yang diuji sejauh ini telah membentuk nodul, kira-kira sekitar 10%
dari jenisnya telah diperiksa. Genus Rhizobium yang termasuk famili
Rhizobiaceae terdiri dari beberapa spesies legum tapi tidak dengan yang lain. R.
leguminosarum misalnya, mampu membentuk nodul yang efektif pada akar Pisum
sativum, Vicia dan Lithyrus, tapi tidak pada Trifolium, Medicago sativa dan
banyak legum lainnya. R. trifolii membentuk nodul pada berbagai jenis clover
tapi tidak pada Pisum sativum, bean dan lainnya (Tabel 2.1). Kelompok dari
jenis tanaman yang berbeda yang mungkin nodul dengan jenis Rhizobium yang sama
disebut cross-inoculation groups (Mulder & Woldendorp, 1969).
Mekanisme Pembentukan
Bintil Akar
Simbiosis Rhizobium dengan tanaman
legum dicirikan oleh pembentukan bintil akar pada tanaman inang (Gambar 2.2) .
Pembentukan bintil akar diawali dengan sekresi produk metabolisme tanaman ke
daerah perakaran (nod factors) yang menstimulasi pertumbuhan bakteri, berupa
liposakarida (Burdas, 2002). Eksudat akar yang dihasilkan tanaman legum
tersebut memberikan efek yang menguntungkan untuk pembelahan Rhizobium di tanah
(Mulder & Woldendorp, 1969).
Gambar 2.2 Bintil akar
P. javanica
Nodulasi dan fiksasi nitrogen tergantung
pada kerjasama dari faktor-faktor yang berbeda yaitu kehadiran strain Rhizobium
yang efektif pada sel akar, peningkatan jumlah sel Rhizobium di rizosfer,
infeksi akar oleh bakteri, pertumbuhan, dan aktivitas Rhizobium itu sendiri
(Mulder & Woldendorp, 1969). Pelekatan Rhizobium pada rambut akar juga
dapat terjadi karena pada permukaan sel Rhizobium terdapat suatu protein
pelekat yang disebut rikodesin. Senyawa ini adalah suatu protein pengikat
kalsium yang berfungsi dalam pengikatan kompleks kalsium pada permukaan rambut
akar (Yuwono, 2006). Menurut Yuwono (2006), secara umum pembentukan bintil akar
pada tanaman legum terjadi melalui beberapa tahapan:
1. Pengenalan pasangan
sesuai antara tanaman dengan bakteri yang diikuti oleh pelekatan bakteri Rhizobium
pada permukaan rambut akar tanaman.
2. Invasi rambut akar
oleh bakteri melalui pembentukan benang-benang infeksi (infection thread).
3. Perjalanan bakteri
ke akar utama melalui benang-benang infeksi.
4. Pembentukan sel-sel
bakteri yang mengalami deformasi, yang disebut sebagai bakteroid, di dalam sel
akar tanaman.
5. Pembelahan sel
tanaman dan bakteri sehingga terbentuk bintil akar.
Mekanisme Penambatan
Nitrogen pada Bintil Akar
Peran utama Rhizobium adalah
memfiksasi nitrogen dengan adanya aktivitas nitrogenase. Tinggi rendahnya
aktivitas nitrogenase menentukan banyak sedikitnya pasokan ammonium yang
diberikan Rhizobium kepada tanaman (Martani & Margino, 2005). Aktivitas
nitrogenase Rhizobium ditentukan oleh 2 jenis enzim yaitu enzim dinitrogenase
reduktase dan dinitrogenase. Dinitrogenase reduktase dengan kofaktor protein Fe
berperan sebagai penerima elektron untuk selanjutnya diteruskan ke protein
MoFe, sedangkan enzim dinitrogenase yang memiliki protein MoFe berperan dalam
pengikatan N2(Hughes, 1996 dalam Martani & Margino, 2005). Richards (1964)
menyederhanakan reaksi penambatan nitrogen pada bintil akar legum dalam
persamaan sebagai berikut:
N2 + 8 H+ + 8 e- + 16
Mg-ATP 2NH3 + H2 +16 Mg-ADP + 16 Pi
Menurut Arimurti (2000), kemampuan
Rhizobium dalam menambat nitrogen dari udara dipengaruhi oleh besarnya bintil
akar dan jumlah bintil akar. Semakin besar bintil akar atau semakin banyak
bintil akar yang terbentuk, semakin besar nitrogen yang ditambat. Semakin aktif
nitrogenase semakin banyak pasokan nitrogen bagi tanaman, sehingga dapat
memperbaiki pertumbuhan tanaman (Martani & Margino, 2005). Jumlah N 2yang
dapat difiksasi oleh tanaman legum sangat bervariasi, tergantung pada jenis
tanaman legum, kultivar, jenis bakteri dan tempat tumbuh bakteri tersebut dan
terutama pH tanah (Islami & Utomo, 1995).
Efisiensi dan efektivitas dari
suatu strain Rhizobium pada bintil akar dapat diamati dari warna kemerahan yang
tampak pada bintil akar (Richards, 1987). meninggalkan sejumlah nitrogen untuk
tanaman berikutnya. Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman
legum dan meningkatkan produksi antara 10-25%. Tanggapan tanaman untuk
memfiksasi nitrogen dari udara tergantung pada kondisi medium tumbuh dan
efektivitas populasi asli (Sutanto, 2002 dalam Rahmawati, 2005).
Pemanfaatan Rhizobium
sebagai Biofertilizer
Lahan yang ditanami dengan tanaman
legum terkadang masih membutuhkan inokulasi tambahan Rhizobium. Bagaimanapun
juga, inokulasi pada tanaman tidak selalu dapat berkompetisi dengan baik dengan
mikroba alami tanah atau terhadap kondisi tanah yang kurang mendukung
pertumbuhan dari strain yang ditambahkan (Ladha et al., 1988). Kehadiran
mikroba alami yang yang tidak efektif dalam jumlah yang besar dapat mengganggu
keberhasilan praktek inokulasi. Pada kondisi yang kurang menguntungkan seperti
yang terjadi di daerah bertanah masam di Sumatera jumlah dari Rhizobium alami
lebih rendah atau tidak ada sama sekali (Waluyo et al., 2005). Secara umum
inokulasi dilakukan dengan memberikan biakan Rhizobium ke dalam tanah agar
bakteri berasosiasi dengan tanaman mengikat N2 bebas dari udara. Seringkali
tanah-tanah bekas tanaman legum baik yang diberi inokulasi maupun tanpa
tambahan inokulasi dapat digunakan sebagai sumber inokulan (Suharjo,
2001). Praktik pemberian kultur
Rhizobium yang disiapkan secara artifisial ke biji legum sebelum menyebarkannya
dapat juga dianggap sebagai inokulasi legum (Rao, 1994). Inokulan padat dari material
seperti kompos, arang dan vermiculite sudah banyak digunakan sebagai medium
pembawa dalam inokulasi legum. Beberapa medium pembawa memiliki kapasitas
memegang kelembaban yang tinggi, menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan
Rhizobium dan mendukung daya tahan Rhizobium selama pendistribusian inokulan
kepada petani dan setelah inokulasi pada biji (Materon & Weaver, 1984).
Dalam penyiapan inokulasi legum,
umumnya digunakan tanah gambut yang digiling halus dan dinetralkan sebagai
medium pembawa. Gambut dapat diartikan sebagai tanah organik yang tertimbun
secara alami dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat dan atau
hanya sedikit mengalami perombakan (Noortasiah, 2001). Tanah gambut sebagai
pembawa memiliki keuntungan-keuntungan dibandingkan agar atau tanah. Selain
memiliki kapasitas memegang kelembaban yang tinggi dan kandungan materi organik
yang tinggi yang sangat penting untuk kehidupan naungan kultur bakteri yang
lebih baik, tanah gambut meningkatkan kelestarian sel-sel Rhizobium pada kulit
biji, terutama di dalam kondisi tanah yang kering (Rao, 1994). Kompos Tandan
Kosong Sawit (TKS) merupakan kompos yang terbuat dari tandan kosong kelapa
sawit yang dicacah kemudian disiram dengan limbah kelapa sawit cair dan
dibiarkan untuk beberapa waktu.
Proses pengomposannya sendiri
bersifat aerobik dan tanpa memerlukan mikroorganisme tambahan dari luar
(Ispandi & Munip, 2005). Kompos masak memiliki perbandingan C/N sebesar 15
(Tabel 2.2) dengan standar rasio C/N yang efektif berkisar antara 30: 1 hingga
40:1. Kandungan hara kompos juga dapat diperkaya dengan unsur-unsur tertentu
sesuai dengan kebutuhan tanaman dan diharapkan dapat meningkatkan daya hidup
Rhizobium.
Daftar Pustaka
Anonymous, 2010.
bakteri-menguntungkan. http://www.anneahira.com/. Diakses 10 desember 2010
Anonymous,2009.
klasifikasi-mikroba-klasifikasi-dan-peranan-mikroba-dalam-kehidupan. http://zaifbio.wordpress.com Diakses 10
desember 2010
Anonymous, 2008.
probiotik-pengganti-antibiotik-dalam.html http://yudij.blogspot.com. Diakses 9
desember 2010
Sumber:
http://desainwebsite.net/pendidikan/aktivitas-rhizobium-pada-leguminoceae#ixzz1od0PsvM
0 comments:
Post a Comment