Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Wednesday, 11 November 2015

KOMPONEN UTAMA PENGENDALI KEPADATAN POPULASI HAMA DI ALAM



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  latar belakang
Dalam meningkatkan produksi pertanian banyak kendala yang kita hadapi diantaranya adalah gangguan organisme pengganggu Tanaman (OPT). Serangan OPT mengakibatkan kerusakan tanaman dan penurunan hasil mulai dipertanaman hingga kepenyimpanan. Akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT tersebut akan mengakibatkan penurunan hasil baik secara kwantitas atau kwalitas. Hama terjadi karena adanya ketidakseimbangnya ekologi yang disebabkan oleh kontrol manusia terhadap penggunaan bahan kimia-kimia secara berlebihan, tidak terukur dan berkelanjutan Berbagai jenis hama mempunyai peran penting terhadap penurunan produksi pertanian. Pada tanaman padi saja tercatat 100 jenis hama dan 40 jenis penyakit. Pada kedelai tercatat 50 jenis hama dan 30 jenis penyakit (Soejitno,1988, Tjoa,1953). Masih banyak lagi jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan lainnya. Pada awalnya dan sampai saat ini petani masih menggunakan pestisida untuk mengendalikan gangguan organisme pengganggu tanaman. Namun para pakar telah menyadari sejak lama adanya pengaruh buruk terhadap penggunaan pestisida yang tidak terkendali. Masalah-masalah yang timbul antara lain tertinggalnya residu pada tanaman, tanah, air dan makanan. Timbulnya kasus resistensi hama dan resurgensi pada hama dan banyak kasus-kasus keracunan lain yang tidak langsung dapat dibuktikan.
Ketergantungan petani terhadap insektisida umumnya karena dibayangi oleh risiko kegagalan panen. Untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap insektisida, teknologi pengelolaan ekosistem yang telah tersedia perlu diinformasikan ke petani. Petani harus diberi penyuluhan tentang manfaat musuh alami sebagai komponen pengendali hama. Apabila ekosistem dapat terkelola dengan baik,Maka musuh alami diharapkan mampu mengendalikan dan mengatur populasi hama pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis. Parrella et al. (1992) mengemukakan bahwa pemanfaatan musuh alami dengan manipulasi lingkungan mencakup berbagai teknik, antara lain: menambahkan sejumlah individu hama sebagai inang alternatif, menggunakan senyawa penarik (attractant) atau pakan tambahan, dan memodifikasi teknik budi daya yang menguntungkan musuh alami.

1.2  TUJUAN
1.      Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi perkembangan populasi hama.
2.      Untuk mengetahui komponen pengendali kepadatan populasi hama di alam.
3.      Untuk mengetahui dinamika kepadatan populasi hama di alam.
4.      Untuk mengetahui laju kepadatan populasi hama di alam.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Populasi
     Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara. Ahli ekologi memastikan dan menganalisa jumlah dan pertumbuhan dari populasi serta hubungan antara masing-masing spesies dan kondisi-kondisi lingkungan.
2.2 Karakteristik Populasi
Populasi memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang dapat diukur secara statistik dan bukan sifat daripada individu-individu penyusunnya, di antara sifat-sifat tersebut adalah kepadatan, laju perkembangan populasi, natalitas dan mortalitas, distribusi umur, potensi biotik, penyebaran dan bentuk pertumbuhan.
2.3 Dinamika Populasi
Dinamika populasi  (dp) adalah naik turunnya jumlah serangga dalam suatu populasi. Penyebab naik turunnya jumlah populasi serangga dipengaruhi oleh natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan imigrasi (perpindahan).


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor  Dalam Yang Mempengaruhi Populasi
Faktor dalam yang mempengaruhi perkembangan hama tanaman antara lain
A.    Kemampuan berkembang biak 
Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak dan perbandingan kelamin. Semakin tinggi kemampuan berkembang biaknya maka hama tersebut semakin cepat berkembang biak. Kecepatan berkembang biak dipengaruhi oleh keperidian dan jangka waktu perkembangan. Keperidian adalah besarnya kemampuan jenis hama untuk melahirkan keturunan baru. Sedangkan jangka waktu perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan untuk berkembang sejak telur dikeluarkan sampai masak kelamin. Perbandingan kelamin yang dimiliki hama umumnya 1:1 namun pada keadaan tertentu perbandingan tersebut dapat berubah. Misalnya pada keadaan jumlah makanan banyak tersedia perbandingan antara jantan dan betina menjadi 1:3 sedangkan pada keadaan jumlah makanan sedikit jumlah jantan dapat mencapai 90% sehingga populasi berikutnya menurun. 
B.     Sifat mempertahankan diri 
Hama tanaman mempunyai alat dan kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap gangguan organisme lain di sekitarnya. Misalnya ulat kantong (Metisa plana Wlk.) membuat kantong sebagai tempat tinggal. Bila diganngu, ia akan segera menutup pintu kantong dan sembunyi di dalamnya. Walang sangit (Leptocorixa acuta Thumb.) mengeluarkan bau kurang sedap. Ulat api (darna trima Mr.,) memiliki bulu beracun sehingga bila terkena kulit akan terasa panas. Wereng hijau (Nephotettix spp.) berwarna hijau mirip daun padi. 
C.     Umur imago 
Umur imago mempengaruhi peningkatan populasi hama. Semakin lama umur betina, semakin banyak pula kesempatan untuk bertelur.

3.2 Faktor Luar Yang Mmpengaruhi Populasi
Faktor luar adalah keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi kahidupan hama tanaman. Populasi hama sifatnya dinamis. Jumlah tersebut bisa naik, bisa turun atau tetap seimbang tergantung keadaan lingkungan. Bila kondisi lingkungan cocok populasi hama berkembang pesat. 

A.    Iklim 

Unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan hama adalah : 

1)      Suhu 
Suhu lingkungan sangat mempengaruhi suhu tubuh serangga dimana setiap serangga memiliki kisaran suhu tertentu. Apabila serangga berada di luar suhu ideal serangga akan mati dan apabila mendekati titik maksimum atau minimum serangga tersebut akan tidur. Sedangkan apabila serangga berada pada suhu efektif maka serangga akan mampu beraktivitas secara maksimal. Umunya suhu optimal serangga adalah 26oC, suhu minimumnya adalah 15oC dan suhu maksimumnya antara 38oC-45oC. 
2)      Kelembaban 
Kelembaban akan mempengaruhi perkembangan biakan dan aktivitas hidupnya. Misalnya hama gudang baru bisa menyerang apabila kadar air beras atau jagung di atas 14%. 
3)      Curah hujan 
Curah hujan yang tinggi dapat rnempengaruhi perkembangan populasi serangga secara langsung yaitu dengan pengaruh fisiknya akibat turunnya hujan terutama untuk serangga-serangga berukuran kecil dan mempengaruhi secara tidak langsung yaitu dengan mernbuat kondisi yang baik bagi perkernbangan penyakit yang dapat menjadikan serangga sakit hingga mengalarni kernatian, 
4)      Cahaya 
Beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga terdapat serangga yang aktif pagi, siang, sore atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengarui aktifitas dan penyebarannya. Habitat serangga dewasa (imago) dan serangga pradewasa (larva dan pupa) ada yang sama dan ada yang berbeda. Pada Ordo Lepidoptera, larva aktif makan dan biasanya menjadi hama, sedangkan serangga dewasanya hanya menghisap nektar atau madu bunga. Pada Ordo Coleoptera, umumnya larva dan imago aktif makan dengan habitat yang sama, sehingga keduanya menjadi hama (Jumar, 2000). Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangannya dan daya tahan kehidupan serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang lebih sesuai. Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya. Berdasarkan pernyataan diatas serangga dapat digolongkan : 
1.      Serangga diurnal merupakan serangga yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi, sehingga aktif pada siang hari, sementara dimalam hari tidur. 
2.      Serangga nokturnal merupakan kebalikan dari perilaku diurnal, yaitu serangga yang membutuhkan intensitas cahaya rendah, sehingga aktif pada malam hari, sementara disiang hari tidur. 
3.      Serangga krepskular adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya sedang atau saat remang-remang selama peralihan hari yakni waktu senja dan fajar. Serangga ini juga aktif pada malam terang bulan 
5)      Angin 
Angin akan berpengaruh terhadap proses penyebaran hama. Pergerakan udara merupakan salah satu faktor yang penting dalam penyebaran serangga. Arah dari penyebaran serangga terkadang mengikuti arah angin. Angin berpengaruh terhadap perkembangan hama, terutama dalam proses penyebaran hama tanaman. Misalnya kutu daun dapat terbang terbawa angin sejauh 1.300 km, seperti penyebaran kutu loncat (Heteropsylla cubana). Seperti pada tahun 1986, kutu loncat lamtoro mengalami ledakan (Outbreak atau Explosive) pada daerah yang luas dalam waktu relatif singkat. Belalang kayu (Valanga nigricornis Zehntneri Krauss), bila terdapat angin dapat terbang sejauh 3-4 km. Selain mendukung penyebaran hama, angin kencang dapat menghambat kupu-kupu untuk bertelur, bahkan dapat mematikannya (Tarumingkeng, 1994). 

B.     Tanah 
Struktur dan kelembaban tanah berpengaruh besar terhadap kehidupan tanah. Tanah berstruktur gembur, dengan kandungan bahan organik tinggi, dan kelembaban yang cukup dapat mendukung perkembangan hama yang seluruh atau sebagian hidupnya di dalam tanah. Misalnya lalat buah untuk meletakkan kepompong, kumbang badak yang hidup di dalam tanah. 
C.     Tanaman inang 
Tanaman inang adalah tanaman yang menjadi makanan dan tempat tinggal organisme hama. Makanan merupakan faktor lainnya yang sangat menentukan perkembangan populasi serangga hama. Faktor kualitas dan kuantitas makanan akan memberikan pengaruh pada tinggi rendahnya perkernbangan populasi. Makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang biak. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang sesuai, maka populasinya akan cepat meningkat. Sebaliknya, jika makan kurang, maka populasinya akan menurun. Pengaruh jenis makanan, kandungan air dalam makanan dan besarnya butiran material juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu jenis serangga. Dalam hubungannya dengan makanan, masing-masing jenis serangga memiliki kisaran inang yang berbeda yaitu Monofag (hidup dan makan hanya pada satu atau beberapa spesies dalam satu famili tertentu), Polifag (hidup dan makan pada berbagai spesies pada berbagai famili), dan Oligofag (hidup dan makan pada berapa spesies dalam satu famili) (Jumar, 2000).


BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak dan perbandingan kelamin. Semakin tinggi kemampuan berkembang biaknya maka hama tersebut semakin cepat berkembang biak. Kecepatan berkembang selain perkembang biakan yang menyebabkan pedatan populasi hama dialam ada juga beberapa faktor yang menyebabkan populasi hama dia lam pada seperti : imago yang cepat pertumbuhannya , makanan yang banyak tersedia , jumlah predator , parasitoid yang sedikit sehingga menyebabkan populasi hama dialam padat.
4.2  Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dari paper yang saya buat hanyalah bagaimana cara kita menjaga lingkungan agar alam tetap seimbang dan lestari agar tidak terjadi ketidak sirnegian di alam.






DAFTAR PUSTAKA
1.      Alexandrkaka / populasi hama/ diakses 10 oktober 2015 (http://blogalexanderkakaspt.blogspot.co.id)
2.      Amarida/pengertian populasi komunitas ekosistem/diakses 11 oktober 2015(http://amrida-akkas.blogspot.co.id)
3.      The world agriculture/dinamika populasi/diakses 11 oktober 2015( http://theworldagriculture.blogspot.co.id)





0 comments: