BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Dalam
meningkatkan produksi pertanian banyak kendala yang kita hadapi diantaranya
adalah gangguan organisme pengganggu Tanaman (OPT). Serangan OPT mengakibatkan
kerusakan tanaman dan penurunan hasil mulai dipertanaman hingga kepenyimpanan.
Akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT tersebut akan mengakibatkan
penurunan hasil baik secara kwantitas atau kwalitas. Hama terjadi karena adanya
ketidakseimbangnya ekologi yang disebabkan oleh kontrol manusia terhadap
penggunaan bahan kimia-kimia secara berlebihan, tidak terukur dan berkelanjutan
Berbagai jenis hama mempunyai peran penting terhadap penurunan produksi
pertanian. Pada tanaman padi saja tercatat 100 jenis hama dan 40 jenis
penyakit. Pada kedelai tercatat 50 jenis hama dan 30 jenis penyakit
(Soejitno,1988, Tjoa,1953). Masih banyak lagi jenis hama dan penyakit yang
menyerang tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan lainnya. Pada awalnya dan
sampai saat ini petani masih menggunakan pestisida untuk mengendalikan gangguan
organisme pengganggu tanaman. Namun para pakar telah menyadari sejak lama
adanya pengaruh buruk terhadap penggunaan pestisida yang tidak terkendali.
Masalah-masalah yang timbul antara lain tertinggalnya residu pada tanaman,
tanah, air dan makanan. Timbulnya kasus resistensi hama dan resurgensi pada
hama dan banyak kasus-kasus keracunan lain yang tidak langsung dapat
dibuktikan.
Ketergantungan petani terhadap
insektisida umumnya karena dibayangi oleh risiko kegagalan panen. Untuk
mengurangi ketergantungan petani terhadap insektisida, teknologi pengelolaan
ekosistem yang telah tersedia perlu diinformasikan ke petani. Petani harus
diberi penyuluhan tentang manfaat musuh alami sebagai komponen pengendali hama.
Apabila ekosistem dapat terkelola dengan baik,Maka musuh alami diharapkan mampu
mengendalikan dan mengatur populasi hama pada tingkat yang tidak merugikan
secara ekonomis. Parrella et al. (1992) mengemukakan bahwa pemanfaatan
musuh alami dengan manipulasi lingkungan mencakup berbagai teknik, antara lain:
menambahkan sejumlah individu hama sebagai inang alternatif, menggunakan
senyawa penarik (attractant) atau pakan tambahan, dan memodifikasi
teknik budi daya yang menguntungkan musuh alami.
1.2 TUJUAN
1.
Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi perkembangan
populasi hama.
2.
Untuk mengetahui komponen
pengendali
kepadatan populasi hama di alam.
3.
Untuk mengetahui dinamika kepadatan
populasi hama di alam.
4.
Untuk mengetahui laju kepadatan populasi hama di alam.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Populasi
Populasi adalah
sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah
yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk
suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara. Ahli ekologi memastikan
dan menganalisa jumlah dan pertumbuhan dari populasi serta hubungan antara
masing-masing spesies dan kondisi-kondisi lingkungan.
2.2
Karakteristik
Populasi
Populasi memiliki sifat-sifat
(karakteristik) yang dapat diukur secara statistik dan bukan sifat
daripada individu-individu penyusunnya, di antara sifat-sifat tersebut adalah
kepadatan, laju perkembangan populasi,
natalitas dan mortalitas, distribusi umur, potensi biotik, penyebaran dan bentuk
pertumbuhan.
2.3
Dinamika Populasi
Dinamika populasi (dp) adalah naik turunnya jumlah serangga
dalam suatu populasi. Penyebab naik turunnya jumlah populasi serangga
dipengaruhi oleh natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan imigrasi
(perpindahan).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Faktor Dalam Yang Mempengaruhi Populasi
Faktor dalam yang mempengaruhi
perkembangan hama tanaman antara lain
A.
Kemampuan berkembang biak
Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan
berkembang biak dan perbandingan kelamin. Semakin tinggi kemampuan berkembang
biaknya maka hama tersebut semakin cepat berkembang biak. Kecepatan berkembang
biak dipengaruhi oleh keperidian dan jangka waktu perkembangan. Keperidian
adalah besarnya kemampuan jenis hama untuk melahirkan keturunan baru. Sedangkan
jangka waktu perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan untuk berkembang sejak
telur dikeluarkan sampai masak kelamin. Perbandingan kelamin yang dimiliki hama
umumnya 1:1 namun pada keadaan tertentu perbandingan tersebut dapat berubah.
Misalnya pada keadaan jumlah makanan banyak tersedia perbandingan antara jantan
dan betina menjadi 1:3 sedangkan pada keadaan jumlah makanan sedikit jumlah
jantan dapat mencapai 90% sehingga populasi berikutnya menurun.
B.
Sifat mempertahankan diri
Hama tanaman mempunyai alat dan kemampuan untuk mempertahankan diri
terhadap gangguan organisme lain di sekitarnya. Misalnya ulat kantong (Metisa
plana Wlk.) membuat kantong sebagai tempat tinggal. Bila diganngu, ia akan
segera menutup pintu kantong dan sembunyi di dalamnya. Walang sangit
(Leptocorixa acuta Thumb.) mengeluarkan bau kurang sedap. Ulat api (darna trima
Mr.,) memiliki bulu beracun sehingga bila terkena kulit akan terasa panas.
Wereng hijau (Nephotettix spp.) berwarna hijau mirip daun padi.
C.
Umur imago
Umur imago mempengaruhi peningkatan populasi hama. Semakin lama umur
betina, semakin banyak pula kesempatan untuk bertelur.
3.2 Faktor
Luar Yang Mmpengaruhi Populasi
Faktor luar adalah keadaan
lingkungan yang dapat mempengaruhi kahidupan hama tanaman. Populasi hama
sifatnya dinamis. Jumlah tersebut bisa naik, bisa turun atau tetap seimbang
tergantung keadaan lingkungan. Bila kondisi lingkungan cocok populasi hama
berkembang pesat.
A.
Iklim
Unsur iklim yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan hama adalah :
1) Suhu
Suhu
lingkungan sangat mempengaruhi suhu tubuh serangga dimana setiap serangga
memiliki kisaran suhu tertentu. Apabila serangga berada di luar suhu ideal
serangga akan mati dan apabila mendekati titik maksimum atau minimum serangga
tersebut akan tidur. Sedangkan apabila serangga berada pada suhu efektif maka
serangga akan mampu beraktivitas secara maksimal. Umunya suhu optimal serangga
adalah 26oC, suhu minimumnya adalah 15oC dan suhu maksimumnya antara
38oC-45oC.
2) Kelembaban
Kelembaban
akan mempengaruhi perkembangan biakan dan aktivitas hidupnya. Misalnya hama
gudang baru bisa menyerang apabila kadar air beras atau jagung di atas
14%.
3) Curah
hujan
Curah hujan
yang tinggi dapat rnempengaruhi perkembangan populasi serangga secara langsung
yaitu dengan pengaruh fisiknya akibat turunnya hujan terutama untuk
serangga-serangga berukuran kecil dan mempengaruhi secara tidak langsung yaitu
dengan mernbuat kondisi yang baik bagi perkernbangan penyakit yang dapat
menjadikan serangga sakit hingga mengalarni kernatian,
4) Cahaya
Beberapa
aktivitas serangga dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga
terdapat serangga yang aktif pagi, siang, sore atau malam hari. Cahaya matahari
dapat mempengarui aktifitas dan penyebarannya. Habitat serangga dewasa (imago)
dan serangga pradewasa (larva dan pupa) ada yang sama dan ada yang berbeda.
Pada Ordo Lepidoptera, larva aktif makan dan biasanya menjadi hama, sedangkan
serangga dewasanya hanya menghisap nektar atau madu bunga. Pada Ordo
Coleoptera, umumnya larva dan imago aktif makan dengan habitat yang sama,
sehingga keduanya menjadi hama (Jumar, 2000). Cahaya mempunyai peranan penting
dalam pertumbuhan, perkembangannya dan daya tahan kehidupan serangga baik
secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas serangga,
cahaya membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang lebih sesuai. Setiap
jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya.
Berdasarkan pernyataan diatas serangga dapat digolongkan :
1.
Serangga diurnal merupakan serangga yang membutuhkan
intensitas cahaya tinggi, sehingga aktif pada siang hari, sementara dimalam
hari tidur.
2.
Serangga nokturnal merupakan kebalikan dari perilaku
diurnal, yaitu serangga yang membutuhkan intensitas cahaya rendah, sehingga
aktif pada malam hari, sementara disiang hari tidur.
3.
Serangga krepskular adalah serangga yang membutuhkan
intensitas cahaya sedang atau saat remang-remang selama peralihan hari yakni
waktu senja dan fajar. Serangga ini juga aktif pada malam terang bulan
5) Angin
Angin akan
berpengaruh terhadap proses penyebaran hama. Pergerakan udara merupakan salah
satu faktor yang penting dalam penyebaran serangga. Arah dari penyebaran
serangga terkadang mengikuti arah angin. Angin berpengaruh terhadap
perkembangan hama, terutama dalam proses penyebaran hama tanaman. Misalnya kutu
daun dapat terbang terbawa angin sejauh 1.300 km, seperti penyebaran kutu
loncat (Heteropsylla cubana). Seperti pada tahun 1986, kutu loncat lamtoro
mengalami ledakan (Outbreak atau Explosive) pada daerah yang luas dalam waktu
relatif singkat. Belalang kayu (Valanga nigricornis Zehntneri Krauss), bila
terdapat angin dapat terbang sejauh 3-4 km. Selain mendukung penyebaran hama,
angin kencang dapat menghambat kupu-kupu untuk bertelur, bahkan dapat
mematikannya (Tarumingkeng, 1994).
B.
Tanah
Struktur dan kelembaban tanah
berpengaruh besar terhadap kehidupan tanah. Tanah berstruktur gembur, dengan
kandungan bahan organik tinggi, dan kelembaban yang cukup dapat mendukung
perkembangan hama yang seluruh atau sebagian hidupnya di dalam tanah. Misalnya
lalat buah untuk meletakkan kepompong, kumbang badak yang hidup di dalam
tanah.
C.
Tanaman inang
Tanaman inang adalah tanaman yang
menjadi makanan dan tempat tinggal organisme hama. Makanan merupakan faktor
lainnya yang sangat menentukan perkembangan populasi serangga hama. Faktor
kualitas dan kuantitas makanan akan memberikan pengaruh pada tinggi rendahnya
perkernbangan populasi. Makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh
serangga untuk hidup dan berkembang biak. Jika makanan tersedia dengan kualitas
yang sesuai, maka populasinya akan cepat meningkat. Sebaliknya, jika makan
kurang, maka populasinya akan menurun. Pengaruh jenis makanan, kandungan air
dalam makanan dan besarnya butiran material juga berpengaruh terhadap perkembangan
suatu jenis serangga. Dalam hubungannya dengan makanan, masing-masing jenis
serangga memiliki kisaran inang yang berbeda yaitu Monofag (hidup dan makan
hanya pada satu atau beberapa spesies dalam satu famili tertentu), Polifag
(hidup dan makan pada berbagai spesies pada berbagai famili), dan Oligofag
(hidup dan makan pada berapa spesies dalam satu famili) (Jumar, 2000).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi
oleh kecepatan berkembang biak dan perbandingan kelamin. Semakin tinggi
kemampuan berkembang biaknya maka hama tersebut semakin cepat berkembang biak.
Kecepatan berkembang selain perkembang biakan yang menyebabkan pedatan populasi
hama dialam ada juga beberapa faktor yang menyebabkan populasi hama dia lam
pada seperti : imago yang cepat pertumbuhannya , makanan yang banyak tersedia ,
jumlah predator , parasitoid yang sedikit sehingga menyebabkan populasi hama
dialam padat.
4.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dari
paper yang saya buat hanyalah bagaimana cara kita menjaga lingkungan agar alam
tetap seimbang dan lestari agar tidak terjadi ketidak sirnegian di alam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alexandrkaka / populasi hama/ diakses 10 oktober 2015
(http://blogalexanderkakaspt.blogspot.co.id)
2. Amarida/pengertian populasi komunitas
ekosistem/diakses 11 oktober 2015(http://amrida-akkas.blogspot.co.id)
3. The world agriculture/dinamika populasi/diakses 11
oktober 2015( http://theworldagriculture.blogspot.co.id)
0 comments:
Post a Comment