Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Tuesday, 19 May 2015

EKOLOGI TANAMAN PERBEDAAN PANJANG AKAR TANAMAN TERHADAP SYARAT PERTUMBUHAN TANAMAN



Akar : 0cm – 30cm

1. TANAMAN KACANG PANJANG Spesies vigna sinensis L


Description: C:\Users\wahyu\Documents\budidaya-kacang-panjang.jpg
Klasifikasi ;

Ordo                : Rosales
Familia             : Leguminoceae
Subfamilia        : Papilionaceae
Genus (marga)   : Vigna
Spesie (jenis)     : Vigna sinensis L.
1.      Pendahuluan
Spesies vigna sinensis L. memiliki banyak varietas yang kini sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat Deskripsi dan morfologi tanaman kacang panjang Tanaman kacang panjang (vigna sinensis L.) termasuk ke dalam jenis sayuran buah semusim (berumur pendek) seperti hal nya terung, labu, tomat, buncis, pare, kacang tunggak, cabai, mentimun, dan sebagainya.  Tanaman kacang panjang berbentuk semak atau perdu yang bersifat membelit  atau merambat . Tinggi tanaman kacang panjang dapat mencapai 2 meter atau lebih.
Budidaya dapat dilakukan baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Waktu tanam terbaik adalah awal/ akhir musim hujan atau pada musim kemarau asalkan dapat di-beri air secukupnya (disiram atau digenang). Tanah yang baik untuk pertumbuhan kacang panjang yaitu yang mengandung humus dan banyak terkena sinar matahari, dan tanahnva gembur. Derajat keasaman tanah (pH) yang diinginkan ialah antara 5,5 - 6,5. Potensi wilayah penanaman kacang panjang hampir merata di-seluruh areal pertanian tanaman pangan, karena syarat tumbuhnya yang relatif mudah.



2.      Morfologi
Description: C:\Users\wahyu\Documents\akartunggang.gif
a.       Akar tanaman
Tanaman akar panjang berakar tunggang dan berakar serabut. Akar tunggangnya tumbuh lurus ke dalam hingga mencapai kedalaman 30 cm, sedangakan akar serabutnya tumbuh menyebar kea rah samping (horizontal) dan tidak dalam. Panjang akar serabut mencapai 26 cm.
b.      Batang
Batang tanaman kacang panjang memiliki cirri-ciri liat, tidak berambut, berbentuk bulat, panjang, bersifat keras, dan berkuran kecil dengan diameter sekitar 0,6 cm-1 cm. Tanaman yang pertumbuhannya bagus, diameter batangnya dapat mencapai 1,2 cm lebih.
c.       Daun
Daun kacang panjang merupakan daun majemuk yang bersusun tiga helaian. Daun berbentuk lonjong dengn ujung daun runcing (hampir segitiga). Tepi daun rata, tidak berbentuk, dan memiliki tulang-tulang daun yang menyirip. Kedudukan daun tegak agak mendatar dan memiliki tangkai utama.  Daun panjangnya antara 9 cm-13 cm dan panjang tangkai daun 0,6 cm. permukaan daun kasar, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna lebih muda. Ukuran daun kacang panjang sangat bervariasi, yakni panjang daun antara 9 cm-15 cm dan lebar daun antara 5 cm-8 cm.


d.      Bunga
Bunga tanaman kacang panjang tergolong bunga sempurna, yakni dalam sau bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari). Bunga memiliki tipe zygomorphus (bilateral simetri) dan memiliki bentuk menyerupai kupu-kupu (papilona cues). Bunga terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga (daun mahkota), benang sari, dan kepala putik. Bunga tanaman kacang panjang memiliki dua tangkai,  yakni tangkai utama dan tangkai bunga. Tangkai utama berbentuk panjang dan tidak bercabang, serta panjang antara 9 cm-13cm dengan diameter 2 mm. sedangakan tangkai bunga sangat pendek, dan panjangnya sekitar 3 mm.
e.       Buah atau polong
Buah tanaman kacang panjang berbentuk bulat panjang dan ramping. Buah kacang panjang ini biasa disebut polong. Polong kacang panjang memiliki ukuran panjang bervariasi antara 30 cm-100 cm, bergantung pada jenis dan varietasnya. Demikian pula warna polongnya juga bervariasi,  antara putih dan putih kekuning-kuningan (polong tua), hijau, hijau muda, dan hijau keputih-putihan (polong muda), bergantung pada jenis dan varietasnya.
f.        Biji 
Biji kacang panjang berbentuk bulat panjang dan agak pipih, tetapi kadang-kadang juga terdapat sedikit melengkung. Biji yang telah tua memiliki warna yang beragam, yaitu kuning, cokelat, kuning kemerah-merahan, putih, hitam, merah, dan putih, bebercak merah (merah putih), bergantung pada jenis dan varietasnya. Biji memiliki ukuran besar (panjang x lebar), yaitu 8-9 mm x 5-6 mm.

3. Syarat-syarat agroklimatnya
Kacang panjang dapat tumbuh baik di daratan rendah maupun di daratan tinggi (dari 10 sampai 1200 meter dari permukaan laut). Pada umumnya orang menanam ditanah lading, pekarangan, di pematangan-pematangan sawah, dan di tanah sawah bekas tanaman padi.
Kacang panjang termasuk tanaman sayurun yang tahan terhadap hujan, sehingga kapan saja kita dapat menanam-nya. Pada umumnya orang akan menanam kacang panjang pada permulaan musim penghujan di ladang dan di peka-rangan. Sedangkan yang menanam di sawah dapat melakukannya setiap saat bersamaan dengan tanaman padi ataupun pada awal musim kernarau. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan kacang panjang adalah 18°- 32°C, dan pH (derajat keasaman tanah) 5,5-6,5. Namun, kacang panjang toleran terhadap tanah masam.
4.      Benih
Perbanyakan kacang panjang dilakukan secara generatif yaitu dengan biji. Untuk memperoleh benih yang baik dan sehat diperlukan pohon yang sehat yaitu yang berbuah le-bat, pertumbuhannya subur, serta bebas dari hama dan penyakit. Pohon yang hendak digunakan sebagai penghasil benih sebaiknya berjauhan dengan tanaman kacang pan-jang lain yang jenisnya berlainan sehingga tidak memungkinkan terjadinya perkawinan silang dan benih yang diha-silkan akan benar-benar murni sesuai dengan induknya.
5.      Pengolahan tanah
Kacang panjang ditanam langsung di kebun yang telan disiapkan. Mula-mula tanah dicangkul dengan tidak terlalu dalam (± 28 - 30 cm), setelah dicangkul diratakan kembali. Pada tanah yang tandus perlu diberi pupuk kandang atau kompos sebagai pupuk dasar. Akan tetapi pada lahan-lahan yang subur atau pada tanah-tanah bekas ta-naman sayuran, pupuk kandang itu tidak perlu diberikan. Kemudian dibuatkan lobang-lobang kecil dengan tugal (tongkat) untuk bertanam yang jaraknyan 20 - 25 cm.
6.      Penanaman
Kacang panjang dapat langsung kita tanam di kebun tanpa adanya persemaian. Setelah tanah dicangkul dan di-ratakan, dibuat lubang, kemudian pada tiap-tiap lubang ditanamkan 2 (dua) biji kacang panjang, dan lantas ditutup dengan tanah tipis. Biji-biji dapat tumbuh setelah kurang lebih 5 hari kemudian.
7.      Pemeliharaan
a.       Pemupukan dan penyiangan
Pemupukan tanaman kacang panjang dilakukan dengan memberikan baik pupuk organik pada 1 - 2 hari sebelum benih ditanam dengan dosis 1,5-2 kg/m2. Pemberian pupuk berikutnya dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 14 dan 28 hari. Selanjutnya pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan ialah merambatkan (membelitkan) tanaman-tanaman tersebut pada ajir-ajir (turus). Untuk menjaga supaya ajir-ajir itu tidak roboh, maka tiap-tiap dua ajir yang berhadap-an itu ujung-ujungnya diikat menjadi satu dengan tali me-nurut sepanjang barisan tanaman.
Penyiangan dilakukan 2-3 kali sambil setiap kali me-ninggikan guludan. Peninggian guludan terakhir dibuat le-bih kurang 30 hari setelah tanam, tinggi lebih kurang 25 cm dari dasar garitan. Penyiraman perlu dilakukan apabila keadaan cuaca menjadi sangat panas, sehingga tanah menjadi kering dan dapat mematikan tanaman.
b.      Hama dan Penyakit Tanaman
Hama :
1.      Ulat penggerek polong (Maruca testulalis), menyerang polong dalam semua stadia: Aphid dan trips, tungau merah, menyerang daun hingga pertumbuhannya terhambat.
2.      Lalat kacang (Agromyza phaseoli), menyerang biji yang baru ditanam atau berkecambah. Pencegahannya, benih diberi bubur Bourdeux dicampur merata.
Penyakit :
1.      Penyakit bercak daun (Cercospora vignae). Dumping off (disebabkan oleh Rhizoctonia solani), dapat menyerang pangkal batang pada persemaian sehingga rebah dan mati, penyakit layu (Fusarium oxysporum phaseoli).
2.      Penyakit mosaik, gejalanya pada daun muda terdapat gambaran mosaik, bagian daun klorotik berwama hijau muda sampai kuning bahkan sampai putih. Dapat diberantas dengan cara mencabut tanaman sakit seawal mungkin dan tidak mengambil biji dari tanaman yang menunjukkan gejala mosaik.
3.      Penyakit sapu (Witches broom/penyakit keriting), disebabkan oleh virus sapu yang ditularkan oleh Aphis cracivora (kutu daun).



Akar : 30cm – 60cm
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF7fkpV2iPRbNRWuL2Z6sqhJwUH-L9fOPWMnfFO_PuOSORURmpXwqjqee5NiZflK7NyEVJlIUmWA7l8-XrlZniTaLJ-LXJGq3GMMtOVWZg9tf3eCmGZGDPolt5atsuZYKtGaTZ2uTOOYQ/s1600/mentimuntimunketimun.jpg2. Tanaman Mentimun Cucumis sativus L.
Klasifikasi :
Kingdom          : Plantae
     Divisio             : Spermatophyta
     Sub division     : Angiospermae
     Class                : Dicotyledonae
     Ordo                : Cucurbitales
     Family             : Cucurbitaceae
     Genus              : Cucumis
     Species            : Cucumis sativus L

1.      Pendahuluan
Mentimun (Cucumissativus L.; suku labu-labuanatau Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan. Buahnya biasanya dipanen ketika belum masak benar untuk dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air yang cukup banyak di dalamnya sehingga berfungsi menyejukkan. Potongan buah mentimun juga digunakan untuk membantu melembabkan wajah serta banyak dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Habitus mentimun berupa herba lemah melata atau setengah merambat dan merupakan tanaman semusim: setelah berbunga dan berbuah tanaman mati. Perbungaannya berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga jantan dan bunga hermafrodit (banci). Bunga pertama yang dihasilkan, biasanya padausia 4-5 minggu, adalah bunga jantan. Bunga-bunga selanjutnya adalah bunga banci apabila pertumbuhannya baik. Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah, namun dalam budidaya biasanya jumlah buah dibatasi untuk menghasilkan ukuran buah yang baik. Buah berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan. Semakin buah masak warna luar buah berubah menjadi hijau pucat sampai putih. Bentuk buah memanjang seperti  torpedo. Daging buahnya perkembangan dari bagian mesokarp, berwarna kuning pucat sampai jingga terang. Buah dipanen ketika masih setengah masakdan biji belum masak fisiologi. Buah yang masak biasanya mengering dan biji dipanen, warnanya hitam.
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral. Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah buahnya. Biasanya buah mentimun dimakan mentah sebagai lalap dalam hidangan makanan dan juga di sajikan dalam bentuk buah segar (Sugito, 1992).
Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 g protein, 0,1 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg
fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, 14 mg asam, 0,45 vitamin A, 0,3 vitamin B1, dan 0,2 vitamin B2 (Sumpena, 2001).

2. Botani Mentimun
2.1. Klasifikasi Mentimun
            Menurut klasifikasi tanaman, mentimun dimasukkan ke dalam bangsa Cucurbitales, keluarga Cucurbitaceae, dan marga Cucumis. Marga Cucumis terdiri atas beberapa spesies yang mempunyai arti ekonomi penting, di antaranya Cucumis sativus L. mempunyai 7 genom, Cucumis angurial L. (pare) mempunyai 12 genom dan Cucumis melo L. (melon) mempunyai 12 genom (Sumpena, 2001).

2.2. Morfologi Mentimun
Menurut Rukmana (1994), perakaran mentimun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya tembus akar relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30-60 cm. Oleh sebab itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air.
Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan  umumnya batang mentimun mengandung air dan lunak. Mentimun mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur mentimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah/ajir (Sunarjono, 2007).
Daun mentimun lebar berlekuk menjari dan dangkal, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daunnya beraroma kurang sedap dan langu, serta berbulu tetapi tidak tajam. Dan berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung yang meruncing berbentuk jantung, kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling antara satu daun dengan daun diatasnya (Sumpena, 2001).
Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet, tanaman ini berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betinah terpisah, tetapi masih dalam satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk lonjong yang membengkak, sedangkan bunga jantan tidak. Letak bakal buah tersebut di bawah mahkota bunga (Sunarjono, 2007).  
Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, hijau keputihan sampai putih, tergantung kultivar yang diusahakan. Sementara buah mentimun yang sudah tua (untuk produksi benih) berwarna cokelat, cokelat tua bersisik, kuning tua, dan putih bersisik. Panjang dan diameter buah mentimun antara 12-25 cm dengan diameter antara 2-5 cm atau tergantung kultivar yang diusahakan (Sumpena, 2001).

2.3. Jenis-Jenis Mentimun
            Menurut Sugito (1992), jenis mentimun yang banyak dibudidayakan dan diminati masyarakat yakni: 1) jenis mentimun Jepang (Japanese varietas), timun ini berasal dari Jepang dengan ciri buah panjang antara 18-20 cm dengan berat buah 80-120 g, diameter 1,5-2,5 cm, memiliki buah berasa manis, dan kandungan air lebih sedikit. 2) jenis mentimun hibrida yang disilangkan dengan dua jenis induk yang mempunyai sifat-sifat unggul dan keturunannya memiliki sifat yang lebih baik dari induknya. Salah satu mentimun hibrida yakni varietas Hercules 56 yang memiliki ciri buah berwarna hijau, panjang 20 cm, diameter 4 cm, umur panen 35 hari dan memiliki percabang yang banyak dan tahan terhadap penyakit downy mildew. 3) jenis varietas mentimun lokal berasal dari petani setempat dengan ciri tanaman memiliki umur berbunga 20-30 hst dan umur panen 30-35 hst, warna buah muda sangat beragam, yaitu putih, hijau, atau hijau keputihan, sedangkan warna buah tua kuning atau coklat, panjang buah antara 12-19 cm  (Sumpena, 2002).

3. Syarat Tumbuh
            Mentimun cocok ditanam di lahan yang jenis tanahnya lempung sampai lempung berpasir yang gembur dan mengandung bahan organik. Mentimun membutuhkan pH tanah di kisaran 5,5-6,8 dengan ketinggian tempat 100-900 m dpl. Mentimun juga membutuhkan sinar matahari terbuka, drainase air lancar dan bukan bekas penanaman mentimun dan familinya seperti melon, semangka, dan waluh. Aspek agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas sayuran komersil lainnya, seperti kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim yang sesuai meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan curah hujan (Wahyudi, 2011).
Untuk pertumbuhan yang optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari yang cukup dengan temperatur optimal antara 21 0 C – 30 0 C. sementara untuk suhu perkecambahan biji optimal yang dibutuhkan antara 25 0 C – 35 0 C Kelembapan udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun agar hidup dengan baik adalah antara 80-85%. Sementara curah hujan optimal untuk budidaya mentimun adalah 200-400 mm/bln, curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan apalagi pada saat berbunga karena akan mengakibatkan menggugurkan bunga (Sumpena, 2001).
Hasil penelitian Rachmat dan Gerard (1995), mengatakan syarat tumbuh tanaman mentimun pada ketinggian ≥ 1000 m dpl, harus menggunakan mulsa plastik perak hitam karena di ketinggian tersebut suhu tanah ≤ 18o C dan suhu udara ≤ 25o C. sehingga penggunaan mulsa akan meningkatkan suhu tanah dan di sekitar tanaman.


4. Budidaya Mentimun
4.1. Benih
            Dalam konteks budidaya mentimun, benih dituntut memiliki mutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum. Benih dijamin kwalitasnya dan memiliki mutu tinggi yakni benih yang bersertifikat. Benih bersertifikat pada dasarnya telah lolos tes mutu benih yang meliputi. 1) mutu genetik, 2) mutu fisiologik, dan 3) mutu fisik (Sadjad, 1977).
Mutu benih mencangkup  pengertian sebagai berikut: 1) Mutu genetik yang merupakan penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang menunjukan genetik dari tanaman induknya. Dengan ciri mutu  benih dan tanaman menyerupai sifat induknya. 2) Mutu fisiologik yang mencakup kemampuan  daya hidup atau viabilitas benih seperti daya kecambah dan kekuatan benih. Dengan ciri mutu fisiologik benih yakni, kemampuan benih dalam memecah kulit benih dalam proses perkecambahan dengan munculnya radikel dan memanjangnya hipokotil serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. 3) Mutu fisik merupakan penampilan benih bila dilihat kasat mata, antara lain ukurannya homogen, bernas, bersih dari campuran benih lain maupun dari gulma dan bebas dari kontaminasi (Sutopo, 2002).

4.2. Penyemaian
Benih umumnya akan berkecambah segera pada keadaan lingkungan yang mendukung. Syarat umum yang dibutuhkan untuk  pertumbuhan benih adalah; 1) adanya air yang cukup untuk melembabkan biji, 2) suhu yang sesuia, 3) cukup oksigen, dan 4) adanya cahaya. Selain itu juga, dalam proses perkecambahan benih tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi seperti faktor dalam (internal) dan faktor luar (external). 1) Faktor dalam (internal) meliputi tingkat kematangan benih, ukuran benih, dormansi benih, dan penghambat perkecambahan. Sementara itu, 2) Faktor luar (external) meliputi cahaya, air, temperatur, oksigen, dan medium tumbuh (Sutopo, 2002).
Benih mentimun yang akan ditanam sebaiknya dipersiapkan media tanam/semai terlebih dahulu. Media semai itu berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 7:3. Sebagai tempat media dapat menggunakan polybag atau plastik transparan dengan dilubangi untuk drainase air. Untuk menghindari tanaman terserang hama media  harus diberi Curater  (Sugito, 1992).

4.3. Pembuatan Bedengan
            Dalam pembuatan bedeng dengan cara pencangkulan akan mempengaruhi sifat fisik tanah yang berfungsi memperbaiki ruang pori-pori tanah yang terbentuk diantara partikel-partikel  tanah (tekstur dan stuktur). Kerapatan dan rongga-rongga akibat pencangkulan akan memudahkan air dan udara bersirkulasi di dalamnya (drainase dan aerasi). Selain tempat untuk bersirkulasi, pori-pori tanah olahan akan memudahkan pergerakan akar tanaman dalam penyerapan unsur hara lebih mudah dan memungkinkan tanaman tumbuh subur (Hanafiah, 2005).
4.4. Pemupukan
Tanah gambut di Indonesia tidak hanya bermasalah dengan kemasaman dan kelarutan Al yang tinggi, tetapi juga miskin hara, terutama hara makro seperti  N, P, K, dan Mg. Oleh karena itu, pengapuran bukannya satu-satunya upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan yang ditempati tanah bersifat asam. Pengapuran yang tidak disertai dengan pemupukan akan sama buruknya dengan pemupukan yang tidak didahului pengapuran (Hakim, 2006).
Pemberian pupuk bertujuan untuk mengembalikan unsur hara yang telah hilang akibat pencucian air tanah, sehingga kebutuhan akan unsur hara tanaman dapat terpenuhi. Dalam pengaplikasiaan pupuk meliputi beberapa cara seperti penaburan, penugalan, pembenaman, penyemprotan dan penyiraman (Suteja, 1997).
Peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukan manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil, dan kualitas mentimun. Jenis pupuk yang dapat digunakan pupuk organik berupa pupuk kandang ayam 10 ton/ha, dan pupuk anorganik berupa Urea 225 kg/ha TSP 120 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan curater. Pemupukan dilakukan 2 kali yakni pemberian awal dan pemberian susulan. Pemberian pupuk susulan terhadap budidaya mentimun dengan mulsa dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dengan menggunakan pupuk NPK yang dicairkan. Cara pemberiannya dengan penyiraman dengan dosis 50 g/10 liter air lalu disiramkan disekitar tanaman. Larutan sebanyak itu digunakan untuk 50 tanaman (Sumpena, 2002).
Hasil penelitian Yetti dan Evawani (2008), mengatakan bahwa pemberian pupuk organik kandang ayam dengan dosis KCL 25 g/plot berpengaruh nyata pada parameter pengamatan jumlah  umbi per rumpun, tinggi tanaman, berat basa dan berat kering perplot. Secara keseluruan perlakuan KCL 25 g/plot menunjukan perlakuan terbaik dari semua pengamatan.
4.5. Penanaman
            Penanaman benih dapat dilakukan jika benih telah memiliki daun 2-3 daun utama dan benih mentimun yang sudah dikecambahkan ditanam langsung dilubang tanam yang dibuat dengan cara penugalan sedalam 5 cm. Benih ditanam sebanyak 1 tanaman perlubang tugal dan selanjutnya lubang tanam  ditutup tanah setinggi 1 cm jarak lubang tanam 30 cm x 60 cm (Sumpena, 2002).
4.6. Pemasangan Ajir
            Mentimun merupakan tanaman yang bersifat memanjat (Indeterminate), sehingga dalam pertumbuhannya mentimun membutuhkan tiang penyangga atau ajir sebagai tempat tegak dan pembentukan buah tanaman tidak terhalang atau terhambat. Dengan kondisi pertumbuhan seperti ini maka persentase terbentuknya buah yang normal (lurus) akan lebih banyak dibandingkan dengan buah-buah yang terbentuk abnormal.  Ajir berfungsi untuk 1) tempat tegak tanaman, 2) mengurangi pembentukan buah abnormal, 3) mengurangi terserang hama, dan 4) memudahkan cara pemanenan (Sumpena, 2001).
4.7. Pengendalihan Hama dan Penyakit
            Hama dan penyakit pada mentimun sebenarnya tidak terlalu banyak. Pemberantasan dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara pemberatasannya antara lain dengan cara mekanis (eradiksi/pemotongan daun) maupun dengan cara kimia (penyemprotan pestisida). Hama yang sering mengganggu yakni Thrips dan Imago thripis yang merusak tanaman dengan cara menghisap cairan sel. Tanda awal dari kerusakan ini bila daun dihadapkan ke sinar matahari akan kelihatan bintik berwarna putih. Pengendalian serangan hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida (Khotimah, 2007).
Menurut Sugito (1992), penyakit yang sering menyerang yakni Downy mildew (Pseudomonas cubensis Berk dan Curt) di awali dengan adanya bintik hitam pada permukaan daun yang kemudian berubah menjadi kuning, kemudian meluas menjadi bercak. Pemberantasan penyakit ini dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida seperti Benlate dan Dithane. Penyakit layu sering menyerang pada musim hujan ketika tanah tergenang dan terlalu basah. Penyebab penyakit layu diakibatkan oleh Fusarium wilt F, dengan cara pengendalian membuat drainase atau saluran air yang baik dan pembuatan bedeng tanaman yang tinggi ± 50 cm (Sumpena, 2001). 

5. Panen
            Buah mentimun dapat dipanen pada umur 30-50 hst, ciri-ciri buah yang dapat dipanen, yaitu buah masih berduri, panjang buah antara 10-30 cm atau tergantung jenis yang diusahakan interval panen dilakukan antara 1-2 hari sekali. Panen dilakukan dengan cara memotong tangkainya dengan pisau atau gunting. Tangkai buah yang bekas dipotong sebaiknya dicelupkan kedalam larutan lilin untuk mempertahankan laju penguapan dan kelayuan sehingga kesegaran buah mentimun dapat terjaga relatif lama (Sumpena, 2001).





BAB II
MORFOLOGI TANAMAN JATI

Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30 – 45 m. Dengan pemangkasan, batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15 – 20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu kasar, berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Percabanganjauh dari batang utama. Pangkal batang berakar papan pendek dan bercabang sekitar empat.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ6R_L590SQmhPKDNjSJA2lWNqBIivB2eUc79tOmjiZE2S4_i6w6TCowV9GZIawcWMYL0l84ZzAGBEKMR9N0m2_NWdBYQWvXJXhsiDu0wEZdoYlAVuxltZyQSbDmr-s3jeauHjOEcmWxVB/s1600/jpp-stek-pucuk.jpg

Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Jati
Kerajaan     : Plantae
Divisi           : Magnoliophyta
Kelas            : Magnoliopsida
Ordo             : Lamiales
Famili           : Lamiaceae
Genus           : Tectona
Spesies          : Tectona grandis

Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang. Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter. Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun. Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya. Bunga majemuk terletak dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting; jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6-7 buah, keputih-putihan, 8 mm. Berumah satu. Buah berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil.
Tata daun berbentuk opposite dengan bentuk daun besar membulat seperti jantung, berukuran panjang 20-50 cm dan tebal 15-40 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul dan tepi daun bergelombang. Permukaan atas daun kasar sedangkan permukaan bawah daun berbulu. Pertulangan daun menyirip. Tangkai daun pendek dan mudah patah serta tidak memiliki daun penumpu (Stipule). Tajuk tidak beraturan. Daun muda (Petiola) berwarna hijau kecoklatn, sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu abuan.
Bunga jati bersifat majemukyang terbentuk dalam malai bunga (inflorence) yang tumbuh terminal diujung atau tepi cabang. Panjang malai antara 60-90 cm dan lebar antara 10-30 cm. Bunga jantan (Benang sari) dan betina (Putik) berada dalam 1 (satu) Bunga (monoceus). Bunga bersifat actinomorfic , berwarna putih, berukuran 4-5 mm (lebar)dan 6-8 mm (Panjang). Kelopak bunga (calyx) berjumlah 5-7 dan berukuran 3-5 mm. Mahkota bunga (corolla) tersusun melingkar berukuran sekitar 10 mm. Tangkai putik (Stamen) berjumlah 5-6 buah dengan filamen berukuran 3 mm, antara memanjang berukuran 1-5 mm, ovarium membulat berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang terbuahi akan menghasilkan buah berukuran 1-1,5 mm. Tanaman jati akan mulai berbunga pada saat musim hujan.
Kondisi Ekologi yang Diperlukan Untuk penanaman jati dalam areal yang luas, maka sebagaimana tanaman perkebunan lainnya persyaratan ekologis mutlak diperlukan. Ini lebih pada tingkat keberhasilan penanaman jati yang kita laksanakan. Sebenarnya tanaman jati tidak memerlukan kondisi tanah dengan topografi yang terlalu menuntut, tetapi akan lebih baik apabila tanah pada kisaran kemiringan lereng dari datar sampai maksimum 20%. Ini juga dalam kaitan mencegah terjadinya erosi besar-besaran saat tanah diolah untuk penanaman, sehingga tanah yang memiliki kemiringan curam tidak dibenarkan untuk dibuka. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jati adalah tanah yang memiliki tekstur lempung, lempung berpasir atau liat berpasir, meskipun untuk beberapa jenis tanah tanaman jati masih dapat tumbuh dengan baik. Tanaman jati ini sangat menyenangi tanah dengan prorositas dan drainase yang baik, dan sebaliknya akan tumbuh tidak baik pada tanah-tanah yang tergenang.
Tanaman jati memerlukan curah hujan pada kisaran 750 – 2500 mm/tahun, meskipun untuk curah hujan > 3000 mm/tahun masih dapat tumbuh meskipun kekuatan kayu yang dihasilkan tidak terlampau baik. Saat ini saya sudah menanam jati berumur pendek ini dalam areal sekitar 10 hektar di Sukabumi yang memiliki curah hujan > 1500 mm/tahun. Suhu yang paling optimum untuk tanaman jati adalah sekitar 32 – 42 °C dengan kelembaban 60-80%.
Pohon , tinggi sampai 40 m. Batang jauh di atas tanah baru bercabang. Bagian yang muda dan bagian sisi bawah daun berbulu vilt rapat, berbentuk bintang. Daun bertangkai pendek, kadang- kadang duduk, elips atau sedikit banyak bulat telur , dengan ujung yang berbentuk baji dan bagian pangkal yang menyempit, pada cabang yang berbunga, 23-40 kali 11-21 cm. Daun yang muda sering coklat kemerah- merahan. Karangan bunga tersusun dari anak payung menggarpu, di ujung, berambut serupa tepung ditutupi dengan kelenjar. Bunga ltak 1 cm garis tengahnya,  jarang berbilangan 5, biasanya berbilangan  6-7. Kelopak berbentuk lonceng, pada waktu menjadi buah membesar dan melembung. Mahkota bentuk jantera corong, dengan  tabung pendek, putih, kadang- kadang agak ros, leher tidak berambut. Benang sari sebanyak tajumahkota, menjulang jauh. Bakal buah beruang 4, bakal biji 4. Tangkai putik dengan ujung yang terbelah dua pendek. Buah berambut kasar, inti tebal, berbiji 2-4. Mungkin dari India Belakang, ditanam dan liar, terutama di daerah kering secara berkala, sampai 650 m. Musim berbunga kebanyakan dalam permulaan musim penghujan.
1.    SYARAT TUMBUH TANAMAN JATI
Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati di Indonesia menurut dinas pertanian adalah ditempat yang beriklim tropis, kalau di Indonesia seperti seluruh pulau jawa, sebagian pulau sumatra, sulawesi selatan, sulawesi tenggara, NTB dan maluku dengan Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati sebagai berikut:

1. Curah hujan 1500-2500mm/tahun.
2. Bulan kering 2-4 bulan.
3. Tinggi lokasi penanaman 10-1000 m dari permukaan laut.
4. Intensitas cahaya 75-100%.
5. Ph tanah 4-8.
6. Jenis tanah lempung berpasir, hindari tanah becek/rawa dan cadas.

Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati untuk wilayah Lampung masih dalam area yang disebutkan diatas. Selain yang disebutkan diatas Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati yang saya lihat bagus adalah ditanah pegunungan batu kapur dimana banyak tumbuh  tanaman Pohon Jati. Indikasi yang jelas dapat kita temukan apakah cocok suatu tanaman pepohonan didaerah itu itu adalah dengan melihat sekelliling daerah tersebut biasanya banyak terdapat pepohonan yang kita maksud tumbuh secara liar.
Ditanah pegunungan yang terkenal subur Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati jelas terpenuhi, pohon jati bisa tumbuh lebih cepat itu sudah terbukti dengan melihat umur pohon jati ditanah yang datar atau ladang biasa diameter batangnya berbeda dengan yang tumbuh dilereng gunung. Pohon jati yang saya tanam berasal dari bibit alami, dan pola tanam yang sangat tradisional hanya jarak saja yang teratur membuat terlihat seperti profesional. Untuk mendapatkan batang yang bagus dan lurus kita harus mengatur jarak barisan antara 6 meter – 8 meter sedangkan larikan antara 4 m – 6 m sebagai Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati yang baik.

0 comments: