Akar : 0cm – 30cm
1. TANAMAN KACANG PANJANG Spesies vigna sinensis L
Klasifikasi ;
Ordo : Rosales
Familia : Leguminoceae
Subfamilia : Papilionaceae
Genus
(marga) : Vigna
Spesie (jenis) : Vigna
sinensis L.
1.
Pendahuluan
Spesies vigna sinensis L. memiliki banyak varietas yang kini
sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat Deskripsi dan morfologi tanaman
kacang panjang Tanaman kacang panjang (vigna sinensis L.) termasuk ke dalam
jenis sayuran buah semusim (berumur pendek) seperti hal nya terung, labu,
tomat, buncis, pare, kacang tunggak, cabai, mentimun, dan sebagainya.
Tanaman kacang panjang berbentuk semak atau perdu yang bersifat membelit
atau merambat . Tinggi tanaman kacang panjang dapat mencapai 2 meter atau
lebih.
Budidaya dapat
dilakukan baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Waktu tanam terbaik
adalah awal/ akhir musim hujan atau pada musim kemarau asalkan dapat di-beri
air secukupnya (disiram atau digenang). Tanah yang baik untuk pertumbuhan
kacang panjang yaitu yang mengandung humus dan banyak terkena sinar matahari,
dan tanahnva gembur. Derajat keasaman tanah (pH) yang diinginkan ialah antara
5,5 - 6,5. Potensi wilayah penanaman kacang panjang hampir merata di-seluruh
areal pertanian tanaman pangan, karena syarat tumbuhnya yang relatif mudah.
2.
Morfologi
a.
Akar tanaman
Tanaman akar panjang berakar tunggang dan berakar serabut.
Akar tunggangnya tumbuh lurus ke dalam hingga mencapai kedalaman 30 cm, sedangakan akar serabutnya
tumbuh menyebar kea rah samping (horizontal) dan tidak dalam. Panjang akar
serabut mencapai 26 cm.
b.
Batang
Batang tanaman kacang panjang memiliki cirri-ciri liat,
tidak berambut, berbentuk bulat, panjang, bersifat keras, dan berkuran kecil
dengan diameter sekitar 0,6 cm-1 cm. Tanaman yang pertumbuhannya bagus,
diameter batangnya dapat mencapai 1,2 cm lebih.
c.
Daun
Daun kacang panjang merupakan daun majemuk yang bersusun
tiga helaian. Daun berbentuk lonjong dengn ujung daun runcing (hampir
segitiga). Tepi daun rata, tidak berbentuk, dan memiliki tulang-tulang daun
yang menyirip. Kedudukan daun tegak agak mendatar dan memiliki tangkai
utama. Daun panjangnya antara 9 cm-13 cm dan panjang tangkai daun 0,6 cm.
permukaan daun kasar, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan
permukaan daun bagian bawah berwarna lebih muda. Ukuran daun kacang panjang
sangat bervariasi, yakni panjang daun antara 9 cm-15 cm dan lebar daun antara 5
cm-8 cm.
d.
Bunga
Bunga
tanaman kacang panjang tergolong bunga sempurna, yakni dalam sau bunga terdapat
alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari). Bunga
memiliki tipe zygomorphus (bilateral simetri) dan memiliki bentuk menyerupai
kupu-kupu (papilona cues). Bunga terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga,
mahkota bunga (daun mahkota), benang sari, dan kepala putik. Bunga tanaman
kacang panjang memiliki dua tangkai, yakni tangkai utama dan tangkai
bunga. Tangkai utama berbentuk panjang dan tidak bercabang, serta panjang
antara 9 cm-13cm dengan diameter 2 mm. sedangakan tangkai bunga sangat pendek,
dan panjangnya sekitar 3 mm.
e.
Buah atau polong
Buah
tanaman kacang panjang berbentuk bulat panjang dan ramping. Buah kacang panjang
ini biasa disebut polong. Polong kacang panjang memiliki ukuran panjang
bervariasi antara 30 cm-100 cm, bergantung pada jenis dan varietasnya. Demikian
pula warna polongnya juga bervariasi, antara putih dan putih
kekuning-kuningan (polong tua), hijau, hijau muda, dan hijau keputih-putihan
(polong muda), bergantung pada jenis dan varietasnya.
f.
Biji
Biji
kacang panjang berbentuk bulat panjang dan agak pipih, tetapi kadang-kadang
juga terdapat sedikit melengkung. Biji yang telah tua memiliki warna yang
beragam, yaitu kuning, cokelat, kuning kemerah-merahan, putih, hitam, merah,
dan putih, bebercak merah (merah putih), bergantung pada jenis dan varietasnya.
Biji memiliki ukuran besar (panjang x lebar), yaitu 8-9 mm x 5-6 mm.
3. Syarat-syarat agroklimatnya
Kacang
panjang dapat tumbuh baik di daratan rendah maupun di daratan tinggi (dari 10
sampai 1200 meter dari permukaan laut). Pada umumnya orang menanam ditanah
lading, pekarangan, di pematangan-pematangan sawah, dan di tanah sawah bekas
tanaman padi.
Kacang panjang termasuk tanaman sayurun yang tahan terhadap hujan, sehingga kapan saja kita dapat menanam-nya. Pada umumnya orang akan menanam kacang panjang pada permulaan musim penghujan di ladang dan di peka-rangan. Sedangkan yang menanam di sawah dapat melakukannya setiap saat bersamaan dengan tanaman padi ataupun pada awal musim kernarau. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan kacang panjang adalah 18°- 32°C, dan pH (derajat keasaman tanah) 5,5-6,5. Namun, kacang panjang toleran terhadap tanah masam.
Kacang panjang termasuk tanaman sayurun yang tahan terhadap hujan, sehingga kapan saja kita dapat menanam-nya. Pada umumnya orang akan menanam kacang panjang pada permulaan musim penghujan di ladang dan di peka-rangan. Sedangkan yang menanam di sawah dapat melakukannya setiap saat bersamaan dengan tanaman padi ataupun pada awal musim kernarau. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan kacang panjang adalah 18°- 32°C, dan pH (derajat keasaman tanah) 5,5-6,5. Namun, kacang panjang toleran terhadap tanah masam.
4.
Benih
Perbanyakan
kacang panjang dilakukan secara generatif yaitu dengan biji. Untuk memperoleh
benih yang baik dan sehat diperlukan pohon yang sehat yaitu yang berbuah
le-bat, pertumbuhannya subur, serta bebas dari hama dan penyakit. Pohon yang
hendak digunakan sebagai penghasil benih sebaiknya berjauhan dengan tanaman
kacang pan-jang lain yang jenisnya berlainan sehingga tidak memungkinkan
terjadinya perkawinan silang dan benih yang diha-silkan akan benar-benar murni
sesuai dengan induknya.
5.
Pengolahan
tanah
Kacang
panjang ditanam langsung di kebun yang telan disiapkan. Mula-mula tanah
dicangkul dengan tidak terlalu dalam (± 28 - 30 cm), setelah dicangkul
diratakan kembali. Pada tanah yang tandus perlu diberi pupuk kandang atau
kompos sebagai pupuk dasar. Akan tetapi pada lahan-lahan yang subur atau pada
tanah-tanah bekas ta-naman sayuran, pupuk kandang itu tidak perlu diberikan.
Kemudian dibuatkan lobang-lobang kecil dengan tugal (tongkat) untuk bertanam
yang jaraknyan 20 - 25 cm.
6.
Penanaman
Kacang
panjang dapat langsung kita tanam di kebun tanpa adanya persemaian. Setelah
tanah dicangkul dan di-ratakan, dibuat lubang, kemudian pada tiap-tiap lubang
ditanamkan 2 (dua) biji kacang panjang, dan lantas ditutup dengan tanah tipis.
Biji-biji dapat tumbuh setelah kurang lebih 5 hari kemudian.
7.
Pemeliharaan
a.
Pemupukan dan penyiangan
Pemupukan
tanaman kacang panjang dilakukan dengan memberikan baik pupuk organik pada 1 -
2 hari sebelum benih ditanam dengan dosis 1,5-2 kg/m2. Pemberian pupuk
berikutnya dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 14 dan 28 hari. Selanjutnya
pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan ialah merambatkan (membelitkan)
tanaman-tanaman tersebut pada ajir-ajir (turus). Untuk menjaga supaya ajir-ajir
itu tidak roboh, maka tiap-tiap dua ajir yang berhadap-an itu ujung-ujungnya
diikat menjadi satu dengan tali me-nurut sepanjang barisan tanaman.
Penyiangan
dilakukan 2-3 kali sambil setiap kali me-ninggikan guludan. Peninggian guludan
terakhir dibuat le-bih kurang 30 hari setelah tanam, tinggi lebih kurang 25 cm
dari dasar garitan. Penyiraman perlu dilakukan apabila keadaan cuaca menjadi
sangat panas, sehingga tanah menjadi kering dan dapat mematikan tanaman.
b. Hama
dan Penyakit Tanaman
Hama :
1. Ulat
penggerek polong (Maruca testulalis), menyerang polong dalam semua stadia:
Aphid dan trips, tungau merah, menyerang daun hingga pertumbuhannya terhambat.
2. Lalat
kacang (Agromyza phaseoli), menyerang biji yang baru ditanam atau berkecambah. Pencegahannya,
benih diberi bubur Bourdeux dicampur merata.
Penyakit :
1. Penyakit
bercak daun (Cercospora vignae). Dumping off (disebabkan oleh Rhizoctonia
solani), dapat menyerang pangkal batang pada persemaian sehingga rebah dan
mati, penyakit layu (Fusarium oxysporum phaseoli).
2. Penyakit
mosaik, gejalanya pada daun muda terdapat gambaran mosaik, bagian daun klorotik
berwama hijau muda sampai kuning bahkan sampai putih. Dapat diberantas dengan
cara mencabut tanaman sakit seawal mungkin dan tidak mengambil biji dari
tanaman yang menunjukkan gejala mosaik.
3. Penyakit
sapu (Witches broom/penyakit keriting), disebabkan oleh virus sapu yang
ditularkan oleh Aphis cracivora (kutu daun).
Akar : 30cm – 60cm
Klasifikasi
:
Kingdom : Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Family
: Cucurbitaceae
Genus
: Cucumis
Species : Cucumis
sativus L
1.
Pendahuluan
Mentimun (Cucumissativus L.; suku labu-labuanatau
Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan.
Buahnya biasanya dipanen ketika belum masak benar untuk dijadikan sayuran atau
penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan
dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air yang cukup banyak di dalamnya
sehingga berfungsi menyejukkan. Potongan buah mentimun juga digunakan untuk membantu
melembabkan wajah serta banyak dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Habitus mentimun berupa herba lemah melata atau setengah
merambat dan merupakan tanaman semusim: setelah berbunga dan berbuah tanaman
mati. Perbungaannya berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga jantan dan
bunga hermafrodit (banci). Bunga pertama yang dihasilkan, biasanya padausia 4-5
minggu, adalah bunga jantan. Bunga-bunga selanjutnya adalah bunga banci apabila
pertumbuhannya baik. Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah, namun dalam
budidaya biasanya jumlah buah dibatasi untuk menghasilkan ukuran buah yang
baik. Buah berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan.
Semakin buah masak warna luar buah berubah menjadi hijau pucat sampai putih.
Bentuk buah memanjang seperti torpedo. Daging buahnya perkembangan dari
bagian mesokarp, berwarna kuning pucat sampai jingga terang. Buah dipanen
ketika masih setengah masakdan biji belum masak fisiologi. Buah yang masak
biasanya mengering dan biji dipanen, warnanya hitam.
Mentimun (Cucumis
sativus L.) merupakan tanaman
semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang
berbentuk pilin atau spiral. Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah
buahnya. Biasanya buah mentimun dimakan mentah sebagai lalap dalam hidangan
makanan dan juga di sajikan dalam bentuk buah segar (Sugito, 1992).
Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini
merupakan sumber mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun
terdiri dari 15 kalori, 0,8 g protein, 0,1 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg
fosfor,
0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, 14 mg asam, 0,45 vitamin A, 0,3
vitamin B1, dan 0,2 vitamin B2 (Sumpena, 2001).
2. Botani Mentimun
2.1. Klasifikasi Mentimun
Menurut klasifikasi tanaman, mentimun dimasukkan ke dalam bangsa Cucurbitales, keluarga Cucurbitaceae, dan marga Cucumis. Marga Cucumis terdiri atas
beberapa spesies yang mempunyai arti ekonomi penting, di antaranya Cucumis sativus L. mempunyai 7 genom, Cucumis
angurial L. (pare) mempunyai 12 genom dan Cucumis melo L. (melon) mempunyai 12 genom (Sumpena, 2001).
2.2. Morfologi Mentimun
Menurut Rukmana (1994), perakaran mentimun memiliki akar
tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya tembus akar relatif dangkal, pada
kedalaman sekitar 30-60 cm. Oleh
sebab itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan
air.
Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau,
berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan umumnya batang
mentimun mengandung air dan lunak. Mentimun mempunyai sulur dahan berbentuk
spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur mentimun adalah batang yang
termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah sulur akan mulai
melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah/ajir
(Sunarjono, 2007).
Daun mentimun lebar berlekuk menjari dan dangkal, berwarna
hijau muda sampai hijau tua. Daunnya beraroma kurang sedap dan langu, serta
berbulu tetapi tidak tajam. Dan berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung yang
meruncing berbentuk jantung, kedudukan daun pada batang tanaman berselang
seling antara satu daun dengan daun diatasnya (Sumpena, 2001).
Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet,
tanaman ini berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betinah terpisah,
tetapi masih dalam satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk
lonjong yang membengkak, sedangkan bunga jantan tidak. Letak bakal buah
tersebut di bawah mahkota bunga (Sunarjono, 2007).
Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau
muda, hijau keputihan sampai putih, tergantung kultivar yang diusahakan.
Sementara buah mentimun yang sudah tua (untuk produksi benih) berwarna cokelat,
cokelat tua bersisik, kuning tua, dan putih bersisik. Panjang dan diameter buah
mentimun antara 12-25 cm dengan diameter antara 2-5 cm atau tergantung kultivar
yang diusahakan (Sumpena, 2001).
2.3.
Jenis-Jenis Mentimun
Menurut Sugito (1992), jenis mentimun yang banyak dibudidayakan dan diminati
masyarakat yakni: 1) jenis mentimun Jepang (Japanese
varietas), timun ini berasal dari Jepang dengan ciri buah panjang antara
18-20 cm dengan berat buah 80-120 g, diameter 1,5-2,5 cm, memiliki buah berasa
manis, dan kandungan air lebih sedikit. 2) jenis mentimun hibrida yang
disilangkan dengan dua jenis induk yang mempunyai sifat-sifat unggul dan
keturunannya memiliki sifat yang lebih baik dari induknya. Salah satu mentimun
hibrida yakni varietas Hercules 56 yang memiliki ciri buah berwarna hijau, panjang
20 cm, diameter 4 cm, umur panen 35 hari dan memiliki percabang yang banyak dan
tahan terhadap penyakit downy mildew. 3)
jenis varietas mentimun lokal berasal dari petani setempat dengan ciri tanaman
memiliki umur berbunga 20-30 hst dan umur panen 30-35 hst, warna buah muda
sangat beragam, yaitu putih, hijau, atau hijau keputihan, sedangkan warna buah
tua kuning atau coklat, panjang buah antara 12-19 cm (Sumpena, 2002).
3. Syarat Tumbuh
Mentimun cocok ditanam di lahan yang jenis tanahnya lempung sampai lempung
berpasir yang gembur dan mengandung bahan organik. Mentimun membutuhkan pH
tanah di kisaran 5,5-6,8 dengan ketinggian tempat 100-900 m dpl. Mentimun juga
membutuhkan sinar matahari terbuka, drainase air lancar dan bukan bekas
penanaman mentimun dan familinya seperti melon, semangka, dan waluh. Aspek
agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas sayuran komersil
lainnya, seperti kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim yang sesuai
meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan curah hujan (Wahyudi, 2011).
Untuk pertumbuhan yang optimum diperlukan iklim kering,
sinar matahari yang cukup dengan temperatur optimal antara 21 0 C –
30 0 C. sementara untuk suhu perkecambahan biji optimal yang
dibutuhkan antara 25 0 C – 35 0 C Kelembapan
udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun agar hidup dengan baik adalah
antara 80-85%. Sementara curah hujan optimal untuk budidaya mentimun adalah
200-400 mm/bln, curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan
apalagi pada saat berbunga karena akan mengakibatkan menggugurkan bunga
(Sumpena, 2001).
Hasil penelitian Rachmat dan Gerard (1995), mengatakan
syarat tumbuh tanaman mentimun pada ketinggian ≥ 1000 m dpl, harus menggunakan
mulsa plastik perak hitam karena di ketinggian tersebut suhu tanah ≤ 18o C
dan suhu udara ≤ 25o C. sehingga penggunaan mulsa akan meningkatkan
suhu tanah dan di sekitar tanaman.
4. Budidaya Mentimun
4.1.
Benih
Dalam konteks budidaya mentimun, benih dituntut memiliki mutu tinggi sebab
benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum. Benih dijamin
kwalitasnya dan memiliki mutu tinggi yakni benih yang bersertifikat. Benih
bersertifikat pada dasarnya telah lolos tes mutu benih yang meliputi. 1) mutu
genetik, 2) mutu fisiologik, dan 3) mutu fisik (Sadjad, 1977).
Mutu benih mencangkup pengertian sebagai berikut: 1)
Mutu genetik yang merupakan penampilan benih murni dari spesies atau varietas
tertentu yang menunjukan genetik dari tanaman induknya. Dengan ciri mutu
benih dan tanaman menyerupai sifat induknya. 2) Mutu fisiologik yang mencakup kemampuan daya
hidup atau viabilitas benih seperti daya kecambah dan kekuatan benih. Dengan
ciri mutu fisiologik benih yakni, kemampuan benih dalam memecah kulit benih
dalam proses perkecambahan dengan munculnya radikel dan memanjangnya hipokotil
serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. 3) Mutu fisik merupakan
penampilan benih bila dilihat kasat mata, antara lain ukurannya homogen,
bernas, bersih dari campuran benih lain maupun dari gulma dan bebas dari
kontaminasi (Sutopo, 2002).
4.2.
Penyemaian
Benih umumnya akan berkecambah segera pada keadaan
lingkungan yang mendukung. Syarat umum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
benih adalah; 1) adanya air yang cukup untuk melembabkan biji, 2) suhu yang
sesuia, 3) cukup oksigen, dan 4) adanya cahaya. Selain itu juga, dalam proses
perkecambahan benih tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi seperti
faktor dalam (internal) dan faktor
luar (external). 1) Faktor dalam (internal) meliputi tingkat kematangan
benih, ukuran benih, dormansi benih, dan penghambat perkecambahan. Sementara
itu, 2) Faktor luar (external) meliputi
cahaya, air, temperatur, oksigen, dan medium tumbuh (Sutopo, 2002).
Benih mentimun yang akan ditanam sebaiknya dipersiapkan
media tanam/semai terlebih dahulu. Media semai itu berupa campuran tanah dan
pupuk kandang dengan perbandingan 7:3. Sebagai tempat media dapat menggunakan
polybag atau plastik transparan dengan dilubangi untuk drainase air. Untuk
menghindari tanaman terserang hama media harus diberi Curater
(Sugito, 1992).
4.3.
Pembuatan Bedengan
Dalam pembuatan bedeng dengan cara pencangkulan akan mempengaruhi sifat fisik
tanah yang berfungsi memperbaiki ruang pori-pori tanah yang terbentuk diantara
partikel-partikel tanah (tekstur dan stuktur). Kerapatan dan rongga-rongga
akibat pencangkulan akan memudahkan air dan udara bersirkulasi di dalamnya
(drainase dan aerasi). Selain tempat untuk bersirkulasi, pori-pori tanah olahan
akan memudahkan pergerakan akar tanaman dalam penyerapan unsur hara lebih mudah
dan memungkinkan tanaman tumbuh subur (Hanafiah, 2005).
4.4.
Pemupukan
Tanah gambut di Indonesia tidak hanya bermasalah dengan
kemasaman dan kelarutan Al yang tinggi, tetapi juga miskin hara, terutama hara
makro seperti N, P, K, dan Mg. Oleh karena itu, pengapuran bukannya
satu-satunya upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan yang
ditempati tanah bersifat asam. Pengapuran yang tidak disertai dengan pemupukan
akan sama buruknya dengan pemupukan yang tidak didahului pengapuran (Hakim,
2006).
Pemberian pupuk bertujuan untuk mengembalikan unsur hara
yang telah hilang akibat pencucian air tanah, sehingga kebutuhan akan unsur
hara tanaman dapat terpenuhi. Dalam pengaplikasiaan pupuk meliputi beberapa
cara seperti penaburan, penugalan, pembenaman, penyemprotan dan penyiraman
(Suteja, 1997).
Peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukan manfaat
yang sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil, dan kualitas mentimun.
Jenis pupuk yang dapat digunakan pupuk organik berupa pupuk kandang ayam 10
ton/ha, dan pupuk anorganik berupa Urea 225 kg/ha TSP 120 kg/ha, KCL 100 kg/ha
dan curater. Pemupukan dilakukan 2 kali yakni pemberian awal dan pemberian
susulan. Pemberian pupuk susulan terhadap budidaya mentimun dengan mulsa
dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dengan menggunakan pupuk NPK yang
dicairkan. Cara pemberiannya dengan penyiraman dengan dosis 50 g/10 liter air
lalu disiramkan disekitar tanaman. Larutan sebanyak itu digunakan untuk 50
tanaman (Sumpena, 2002).
Hasil penelitian Yetti dan Evawani (2008), mengatakan bahwa
pemberian pupuk organik kandang ayam dengan dosis KCL 25 g/plot berpengaruh
nyata pada parameter pengamatan jumlah umbi per rumpun, tinggi tanaman,
berat basa dan berat kering perplot. Secara keseluruan perlakuan KCL 25 g/plot menunjukan
perlakuan terbaik dari semua pengamatan.
4.5.
Penanaman
Penanaman benih dapat dilakukan jika benih telah memiliki daun 2-3 daun utama
dan benih mentimun yang sudah dikecambahkan ditanam langsung dilubang tanam
yang dibuat dengan cara penugalan sedalam 5 cm. Benih ditanam sebanyak 1
tanaman perlubang tugal dan selanjutnya lubang tanam ditutup tanah
setinggi 1 cm jarak lubang tanam 30 cm x 60 cm (Sumpena, 2002).
4.6.
Pemasangan Ajir
Mentimun merupakan tanaman yang bersifat memanjat (Indeterminate), sehingga dalam pertumbuhannya mentimun membutuhkan
tiang penyangga atau ajir sebagai tempat tegak dan pembentukan buah tanaman
tidak terhalang atau terhambat. Dengan kondisi pertumbuhan seperti ini maka
persentase terbentuknya buah yang normal (lurus) akan lebih banyak dibandingkan
dengan buah-buah yang terbentuk abnormal. Ajir berfungsi untuk 1) tempat
tegak tanaman, 2) mengurangi pembentukan buah abnormal, 3) mengurangi terserang
hama, dan 4) memudahkan cara pemanenan (Sumpena, 2001).
4.7.
Pengendalihan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit pada mentimun sebenarnya tidak terlalu banyak. Pemberantasan
dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara pemberatasannya antara
lain dengan cara mekanis (eradiksi/pemotongan daun) maupun dengan cara kimia
(penyemprotan pestisida). Hama yang sering mengganggu yakni Thrips dan Imago thripis yang
merusak tanaman dengan cara menghisap cairan sel. Tanda awal dari kerusakan ini
bila daun dihadapkan ke sinar matahari akan kelihatan bintik berwarna putih.
Pengendalian serangan hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
(Khotimah, 2007).
Menurut Sugito (1992), penyakit yang sering menyerang yakni Downy mildew (Pseudomonas cubensis Berk
dan Curt) di awali dengan adanya bintik hitam pada permukaan daun yang kemudian
berubah menjadi kuning, kemudian meluas menjadi bercak. Pemberantasan penyakit
ini dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida seperti Benlate dan Dithane.
Penyakit layu sering menyerang pada musim hujan ketika tanah tergenang dan
terlalu basah. Penyebab penyakit layu diakibatkan oleh Fusarium wilt F, dengan cara pengendalian membuat drainase atau
saluran air yang baik dan pembuatan bedeng tanaman yang tinggi ± 50 cm
(Sumpena, 2001).
5. Panen
Buah mentimun dapat dipanen pada umur 30-50 hst, ciri-ciri buah yang dapat
dipanen, yaitu buah masih berduri, panjang buah antara 10-30 cm atau tergantung
jenis yang diusahakan interval panen dilakukan antara 1-2 hari sekali. Panen
dilakukan dengan cara memotong tangkainya dengan pisau atau gunting. Tangkai
buah yang bekas dipotong sebaiknya dicelupkan kedalam larutan lilin untuk
mempertahankan laju penguapan dan kelayuan sehingga kesegaran buah mentimun
dapat terjaga relatif lama (Sumpena, 2001).
BAB II
MORFOLOGI TANAMAN JATI
Secara morfologis, tanaman jati
memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30 – 45 m. Dengan pemangkasan,
batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15 – 20 cm. Diameter batang
dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu kasar, berwarna kecoklatan atau abu-abu yang
mudah terkelupas. Percabanganjauh dari batang utama. Pangkal batang berakar
papan pendek dan bercabang sekitar empat.
Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Jati
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
Genus
: Tectona
Spesies
: Tectona grandis
Pohon besar
dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang
(clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola
ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati
blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw.,
bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning
keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang. Pohon jati
(Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan
ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata
mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter. Pohon jati yang
dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan
sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur
lebih daripada 80 tahun. Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan,
dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar,
sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar
15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya.
Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila
diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di
buku-bukunya. Bunga majemuk terletak dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau
lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung menggarpu
dan terletak di ujung ranting; jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6-7
buah, keputih-putihan, 8 mm. Berumah satu. Buah berbentuk bulat agak gepeng,
0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya
hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang
melembung menyerupai balon kecil.
Tata daun berbentuk opposite dengan
bentuk daun besar membulat seperti jantung, berukuran panjang 20-50 cm dan
tebal 15-40 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul dan tepi daun
bergelombang. Permukaan atas daun kasar sedangkan permukaan bawah daun berbulu.
Pertulangan daun menyirip. Tangkai daun pendek dan mudah patah serta tidak
memiliki daun penumpu (Stipule). Tajuk tidak beraturan. Daun muda (Petiola)
berwarna hijau kecoklatn, sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu abuan.
Bunga jati bersifat majemukyang
terbentuk dalam malai bunga (inflorence) yang tumbuh terminal diujung atau tepi
cabang. Panjang malai antara 60-90 cm dan lebar antara 10-30 cm. Bunga jantan
(Benang sari) dan betina (Putik) berada dalam 1 (satu) Bunga (monoceus). Bunga
bersifat actinomorfic , berwarna putih, berukuran 4-5 mm (lebar)dan 6-8 mm
(Panjang). Kelopak bunga (calyx) berjumlah 5-7 dan berukuran 3-5 mm. Mahkota
bunga (corolla) tersusun melingkar berukuran sekitar 10 mm. Tangkai putik
(Stamen) berjumlah 5-6 buah dengan filamen berukuran 3 mm, antara memanjang
berukuran 1-5 mm, ovarium membulat berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang terbuahi
akan menghasilkan buah berukuran 1-1,5 mm. Tanaman jati akan mulai berbunga
pada saat musim hujan.
Kondisi Ekologi yang Diperlukan
Untuk penanaman jati dalam areal yang luas, maka sebagaimana tanaman perkebunan
lainnya persyaratan ekologis mutlak diperlukan. Ini lebih pada tingkat
keberhasilan penanaman jati yang kita laksanakan. Sebenarnya tanaman jati tidak
memerlukan kondisi tanah dengan topografi yang terlalu menuntut, tetapi akan
lebih baik apabila tanah pada kisaran kemiringan lereng dari datar sampai
maksimum 20%. Ini juga dalam kaitan mencegah terjadinya erosi besar-besaran
saat tanah diolah untuk penanaman, sehingga tanah yang memiliki kemiringan
curam tidak dibenarkan untuk dibuka. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman jati adalah tanah yang memiliki tekstur lempung, lempung berpasir atau
liat berpasir, meskipun untuk beberapa jenis tanah tanaman jati masih dapat
tumbuh dengan baik. Tanaman jati ini sangat menyenangi tanah dengan prorositas
dan drainase yang baik, dan sebaliknya akan tumbuh tidak baik pada tanah-tanah
yang tergenang.
Tanaman jati memerlukan curah hujan pada kisaran 750 – 2500 mm/tahun, meskipun untuk curah hujan > 3000 mm/tahun masih dapat tumbuh meskipun kekuatan kayu yang dihasilkan tidak terlampau baik. Saat ini saya sudah menanam jati berumur pendek ini dalam areal sekitar 10 hektar di Sukabumi yang memiliki curah hujan > 1500 mm/tahun. Suhu yang paling optimum untuk tanaman jati adalah sekitar 32 – 42 °C dengan kelembaban 60-80%.
Tanaman jati memerlukan curah hujan pada kisaran 750 – 2500 mm/tahun, meskipun untuk curah hujan > 3000 mm/tahun masih dapat tumbuh meskipun kekuatan kayu yang dihasilkan tidak terlampau baik. Saat ini saya sudah menanam jati berumur pendek ini dalam areal sekitar 10 hektar di Sukabumi yang memiliki curah hujan > 1500 mm/tahun. Suhu yang paling optimum untuk tanaman jati adalah sekitar 32 – 42 °C dengan kelembaban 60-80%.
Pohon , tinggi sampai 40 m. Batang
jauh di atas tanah baru bercabang. Bagian yang muda dan bagian sisi bawah daun
berbulu vilt rapat, berbentuk bintang. Daun bertangkai pendek, kadang- kadang
duduk, elips atau sedikit banyak bulat telur , dengan ujung yang berbentuk baji
dan bagian pangkal yang menyempit, pada cabang yang berbunga, 23-40 kali 11-21
cm. Daun yang muda sering coklat kemerah- merahan. Karangan bunga tersusun dari
anak payung menggarpu, di ujung, berambut serupa tepung ditutupi dengan
kelenjar. Bunga ltak 1 cm garis tengahnya, jarang berbilangan 5, biasanya
berbilangan 6-7. Kelopak berbentuk lonceng, pada waktu menjadi buah
membesar dan melembung. Mahkota bentuk jantera corong, dengan tabung
pendek, putih, kadang- kadang agak ros, leher tidak berambut. Benang sari
sebanyak tajumahkota, menjulang jauh. Bakal buah beruang 4, bakal biji 4.
Tangkai putik dengan ujung yang terbelah dua pendek. Buah berambut kasar, inti
tebal, berbiji 2-4. Mungkin dari India Belakang, ditanam dan liar, terutama di
daerah kering secara berkala, sampai 650 m. Musim berbunga kebanyakan dalam
permulaan musim penghujan.
1.
SYARAT
TUMBUH TANAMAN JATI
Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati di Indonesia menurut dinas pertanian adalah ditempat
yang beriklim tropis, kalau di Indonesia seperti seluruh pulau jawa,
sebagian pulau sumatra, sulawesi selatan, sulawesi tenggara, NTB dan maluku
dengan Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati sebagai berikut:
1. Curah hujan 1500-2500mm/tahun.
2. Bulan kering 2-4 bulan.
3. Tinggi lokasi penanaman 10-1000 m dari permukaan laut.
4. Intensitas cahaya 75-100%.
5. Ph tanah 4-8.
6. Jenis tanah lempung berpasir, hindari tanah becek/rawa
dan cadas.
Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati
untuk wilayah Lampung masih dalam area yang disebutkan diatas. Selain yang
disebutkan diatas Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati yang saya lihat bagus
adalah ditanah pegunungan batu kapur dimana banyak tumbuh tanaman Pohon
Jati. Indikasi yang jelas dapat kita temukan apakah cocok suatu tanaman
pepohonan didaerah itu itu adalah dengan melihat sekelliling daerah tersebut
biasanya banyak terdapat pepohonan yang kita maksud tumbuh secara liar.
Ditanah pegunungan yang terkenal
subur Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati jelas terpenuhi, pohon jati bisa tumbuh
lebih cepat itu sudah terbukti dengan melihat umur pohon jati ditanah yang
datar atau ladang biasa diameter batangnya berbeda dengan yang tumbuh dilereng
gunung. Pohon jati yang saya tanam berasal dari bibit alami, dan pola tanam
yang sangat tradisional hanya jarak saja yang teratur membuat terlihat seperti
profesional. Untuk mendapatkan batang yang bagus dan lurus kita harus mengatur
jarak barisan antara 6 meter – 8 meter sedangkan larikan antara 4 m – 6 m
sebagai Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati yang baik.
0 comments:
Post a Comment