BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Kabupaten
Tabanan merupakan sentra produksi sayuran untuk wilayah Bali, dan yang terbesar
dibandingkan beberapa daerah lain.tabanan merupakan pusat pasar pengumpul
hortikultura sayuran sebelum kemudian didistribusikan ke Denpasar dan kota-kota
kabupaten lain. Gambaran ini sama dengan di kecamatan Selupu Rejang, yang
bersama beberapa kecamatan lain di sekitar kota Curup, merupakan salah satu
dari delapan sentra produksi sayuran di pulau Sumatera.(Saptana,
dkk. 2001)
Suatu
sistem budiadaya tanaman dimulai dari pertumbuhan hingga perkembangan suatu
tanaman yang berasal dari benih, pembibitan hingga sampai pemanenan takkan
pernah lepas dari yang namanya hama. Dalam suatu ekosistem yang alamiah hama
memang tidk pernah terpsahkan dari hasil produksi namun jumlahnyalah yang dapat
kita kendalikan. Hama secara umum adalah organisme yang merusak tanaman secara
ekonomi dapat merugikan manusia yang membudidayakan tanaman tersebut
(petani). Umumnya organisme yang paling
umum untuk menjadi hama adalah serangga. Sekitar 1% dari spesies serangga
bersifat sebagai hama. Upaya pengelolaan/pengendalian hama di antaranya
memerlukan pemahaman tentang peri kehidupan serangga hama ( siklus hidup dan
siklus musiman ), kaitannya dengan tanaman, kerusakan yang ditimbulkan, serta
perkembangan populasi hama ( Hidayat, 2003 ).
Suatu
kenyataan bahwa manusia dan serangga secara tetap menginginkan hal yang serupa
dalam waktu yang sama. Perang terjadi, akan tetapi tidak satupun dari keduanya
ada yang menang. Manusia selalu berfikir untuk menaklukan atau mengalahkan alam
tetapi tidak ingat bahwa serangga merupakan salah satu mahluk hidup berusaha
pula untuk menguasai dunia. Keinginan serangga untuk mengambil makanan dari
tanaman tidak bisa dicegah begitu saja. Delnikian pula jika menghendaki darah
ternak atau manusia, stiletnya yang tajam dengan mudah menembus kulit untuk
kemudian memompa darah sebagai kebutuhan makanannya. Sering ditemui serangga
yang memilih tempat tinggalnya bersama manusia, yang sulit diusir. Manusia
selalu menemui, berbagai kendala untuk bisa melindungi dini dari gangguan
serangga. Manusia tidak pernah dapat mengalakannya.
Serangga merupakan musuh yang serius selama
hidup tanpa pernah manusia menyadarinya. Manusia yang akan menciptakan semua
keinginannya perlu dipikirkan adanya mahluk perusak khususnya serangga dan
mahluk hidup lainnya, yang akan menjadi rival beratnya dalam usaha memenuhi
keinginan tersebut. Jika ada yang menyatakan tidak pernah diganggu atau
dirugikan oleh serangga, pernyataan itu serasa aneh kedengarannya. Setiap orang
telah belajar untuk menilai persentase kehancuran oleh beberapa jenis serangga.
Dapat dilihat bagaimana kebun jagung dihabiskan oleh belalang atau ulat grayak,
tanaman padi sawah hancur karena serangga wereng atau penggerek batang,
biji-bijian yang disimpan dalam gudang tidak bisa dimanfaatkan lagi karena
kumbang hama ataiu serangga hama gudang lainnya. Apabila pengertian hama itu
hewan yang merugikan, maka serangga hama didefinisikan sebagai serangga yang
mengganggu dan atau merusak tanaman haik secara ekonomis atuu estetis. Definisi
hama itu tidak harus dihubungkan dengan pengendaliannya. Pada populasi serangga
yang rendah sehingga kerugian yang diderita tanaman kecil, tetap serangga itu
dikatakan serangga hama tetapi bukan memerlukan strategi pengendalian
1.2 Tujuan
Untuk
mengetahui secara langsung serangan hama di beberapa tanaman dan gejalanya secara
langsung dengan cara langsung mengamati apa yang ada dilapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hama
pada tanaman Padi
a. Wereng
coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng
coklat salah hama pada tanaman padi yang menyerang pada saat tanaman padi dari
pembibitan hinga fase tanaman padui mencapai fase generativenya, tepatnya pada
saat malai mencapai masak susu. Hama ini dapat menyebabkan tanaman padi
mengalami kematian keroing seperti terbakar ataupun teriram air panas. Tanaman
padi yang rentan terserang hama wereng coklat ini adalah tanaman padi yang
dipupuk N dengan jumlah yang tinggi sehingga batang menjadi lunak dan mudah diserang, selain itu
juga karena jarak tanam yang raapat sehingga dapat menjadi tempat yang
berkembang biak yang bagus untuk wereng coklat tersebut. Gejala serangannya
pada tanaman yaitu tanaman menjadi mengunig dan mengering, terdapat wereng pada
pangkal batang dan terdapat juga imago dari wereng coklat tersebut dilapangan.
b. Penggerek
Batang (Tryporiza sp)
Penggerek
Batang (Tryporiza sp) Adalah hama
yang menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan
yang terjadi pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman mati karena
titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan
berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep). Apabila
serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang akan memakan
pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna
abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal batang
terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
c. Tikus
Sawah
Tikus
merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan
besar apabila tikus menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik
tumbuh atau memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah. Tikus menyerang
pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul
irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau gulma. Penegendalian hama tikus
dapat dilakukan secara terorganisir dalam skala luas oleh kelompok tani dengan
pengelolaan lahan sampai menjelang panen dengan cara gropyokan.
d. Keong
Mas (Pomacea canaliculata)
Keong
mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya,
menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk
mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah
sebar benih (benih basah). Bila di sawah diketahui terdapat telur
berwarna merah muda dan keong mas dengan berbagai ukuran serta warna, perlu
dilakukan pengaturan air, keong mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi
air. Jika petani petani menanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15
hari setelah tanam pindah, perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara
bergantian (flash flood = intermitten irrigation). Bila petani
menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari
setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara
bergantian.
e. Walang
Sangit (Leptocorixa acuta)
Walang
sangit merupakan hama yang menghisap cairan bulir pada fase masak susu.
Kerusakan yang ditimbulkan walang sangit menyebabkan beras berubah warna,mengapur
serta hampa. Hal ini dikarenakan walang sangit menghisap cairan dalam bulir
padi.Fase tanaman padi yang rentan terserang hama walang sangit adalah saat
tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak susu.Pengendalian dianjurkan
dilakukan pada saat gabah masak susu pada umur 70-80 hari setelah tanam.
2.2 Hama pada
tanaman kubis
a. Ulat
Grayak (Spodoptera litura &
Spodoptera exigua)
Spodoptera
litura berwarna hijau tua kecokelatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas
buku badanya. Ulat ini berukuran sekitar 15-25 mm. Sementara itu, Spodoptera
exigua berukuran sama dengan S. Litura, tetapi warna tubuhnya hijau sampai
hijau muda tanpa totol-totol hitam di ruas buku badanya. Kedua jenis ulat
ini sering menyarang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun
berlubang-lubag, terutama di daun muda. Pencegahan dengan cara melakukan
senitasi lahan dengan baik dan memasang perangkap kupu-kupu di beberapa tempat.
Perangkap ini dapat dibuat dari botol-botol bekas air mineral yang diolesi
dengan semacam lem dengan merk dagang Charry Glue. Lem ini mengandung hormon
seks kupu-kupu.
b. Ulat
Perusak Daun (Plutella xylostella)
Ulat kecil ini berwarna hijau
muda, panjang tubuhnya sekitar 7-10 mm. Ulat ini suka bergerombol saat
menyerang tanaman dan lebih menyukai pucuk tanaman. Akibatnya, daun muda dan
pucuk tanaman berlubang-lubang. Jika serngan sudah sampai ke titik tumbuh
tunas, proses pembungaan akan sangat terganggu. Lebih parah lagi, bunga gagal
berkembang. Pencegahannya yaitu dengan cara melakukan sanitasi (penyiangan)
lahan dengan baik.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat
3.2 Alat dan bahan
- Alat
-
Kamera
-
Buku tulis
-
Pulpen
- Bahan
-
Tanaman kacang panjang
-
Tanaman padi
-
Tanamn Kubis
-
Tanaman bunga kubis
-
Tanamnan brokoli
3.3 Cara kerja
a.
Menyiapkan alat yang akan digunakan dan bahan
yang akan diamati
b.
Mengamati hama yang menyerang tanaman kacang
panjang, padi, kubis, bunga kubis dan brokoli secara langsung dengan terjun
lanngsung kelapangan
c.
Hama yang ditemukan tersebut dicatat dan
difoto
Dari
hasil diatas dapat dibahas suatu hama yang menyerang didaerah tabanan yang
khususnya menyerang tanaman padi dan kubis.
1. Wereng
coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng
Coklat merupakan serangga hama tanaman padi yang penting sejak awal tahun
1970-an. Serangga dewasa berwarna coklat, berukuran 4-5 mm. Semua stadia wereng
coklat dari nimfa sampai imago menghisap cairan jaringan tanaman. Namun yang
sangat ganas adalah nimfa instar 1-3. Gejala kerusakan, pangkal batang berwarna
kuning dan pangkal batang berwarna kehitaman. Bila parah, tanaman mengering
seperti terbakar (hopperburm) Gagal panen (puso) dapat terjadi bila jumlah
serangga lebih dari 20 ekor/rumpun. Oleh karena itu, upaya pengendalian perlu
segera dilakukan jika wereng coklat telah mencapai ampang ekonomi (4
ekor/rumpun pada fase vegetatif dan 7 ekor/rumpun pada fase generatif). Peningkatan populasi wereng coklat didorong
oleh : (1) penanaman varietas padi rentan, (2) penanaman padi tidak serempak,
(3) penggunaan insektisida tidak tepat (jenis, dosis, waktu, dan cara), dan (4)
pemupukan tidak sesuai kebutuhan tanaman. Selain sebagai hama, wereng coklat
juga berpereran sebagai penular penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa. Setiap
ekor wereng coklat berpotensi menularkan penyakit virus kerdil rumput dan
kerdil tanaman sakit ketanaman sehat.
Pengendalian
wereng coklat dapat dilakukan dengan mencegah penyebaran dan perkembangbiakan
hama tersebut. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan hama ini adalah :
Pertama yaitu melakukan pemantauan secara rutin dan terjadwal yang dilakukan dengan cara mengamati areal tanaman padi dalam interval waktu tertentu (misalnya seminggu sekali), sejak awal persemaian, penanaman sampai panen. Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan populasi wereng coklat di tiap lokasi sehingga dapat dijadikan pedoman apakah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau tidak. Semakin tinggi kepadatan populasi wereng coklat, semakin cepat kita harus melakukan tindakan pengendalian. Adapun pedoman untuk menetapkan gejala serangan wereng dengan menggunakan 3 kunci pendugaan. Yaitu tipe A, B dan C. Pendugaan tipe A ini terjadi pada saat persemaian. Kerusakan dianggap berat bila pada saat umur 30 hari terdapat 50 ekor betina makrop per 25 kali ayunan jaring. Pada tipe B, fase ini terjadi saat padi berumur 20 – 30 HST. Tingkat serangan dianggap merugikan bila ditemukan 2 – 5 ekor betina dalam satu rumpun. Tipe C yaitu pada saat padi berumur 20 – 30 HST dan 50 – 60 HST. Kerusakan dianggap berat bila ditemukan 2 – 5 ekor betina berakhip dalam 1 rumpun padi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan bersamasama dalam satu kelompok tani dan hasilnya dibahas untuk menentukan langkah pengendaliannya.
Kedua adalah memusnahkan singgang (sisa tanaman) yang terserang virus kerdil rumput dan kerdil hampa dengan cara mengolah tanah sesegera mungkin setelah tanaman padi dipanen. Dengan kita membiarkan lahan tersebut, maka kemungkinann timbulnya serangan virus akan lebih besar saat kita memulai penanaman kembali.
Ketiga adalah menanam padi varietas unggul tahan hama. Penanaman varietas tahan hama terbukti mampu dan efektif mengurangi serangan wereng coklat. Penggunaan bibit padi yang merupakan keturunan dari benih asli/bersertifikat akan membuat tanaman menjadi lebih peka/rentan terhadap serangan hama, sehingga disarankan untuk selalu menggunakan benih F-1-nya. Tanaman varietas tahan seperti Inpari-1 sampai 13, terutama Inpari 2, 3, 6, dan 13
Keempat yaitu melakukan pemusnahan selektif terhadap tanaman padi yang terserang ringan. Artinya memilih tanaman padi yang terserang dengan cara mengambilnya untuk kemudian dibuang/dibakar di tempat lain. Bila terjadi serangan berat, maka perlu dilakukan pemusnahan (eradikasi) total.
Kelima yaitu
melakukan penyemprotan dengan insktisida anjuran seperti Winder 25WP atau
insektisida dengan bahan aktif yang sesuai seperti bupofresin, fipronil,
amidaklorid, kabofuran, atau teametoksan bila populasi wereng coklat telah
mencapai batas-batas : populasi wereng mencapai lebih dari 10 ekor per rumpun
saat padi berumur kurang dari 40 HST dan populasi wereng mencapai lebih dari 40
ekor per rumpun saat tanaman padi berumur lebih dari 40 HST. Atau dengan Agen
hayati dan musuh alami perlu dikembangkan karena dapat mengurangi potensi
bahaya wereng coklat dengan biaya lebih murah, Beauveria bassiana 6,2x1010
cfu/ml, Ekstra nimba (Azadirachta indica).
Keenam yaitu ada
saat melakukan penyemprotan sebaiknya dimulai dengan membuka (“membiak”) antara
barisan tanaman, kemudian menyemprot tanaman dengan mengarahkan semprotan ke
bagian batang bawah. Hal ini dilakukan karena biasanya wereng coklat
berada di bagian batang bawah.
2. Keong
Mas (Pomacea canaliculata)
Hama keong mas adalah salah satu hama yang mengakibatkan
tingginya risiko gagal panen pada tanaman padi. Hama ini, sebagian orang
menyebutnya dengan siput murbei, memakan batang dan daun padi berumur 15 hari.
Serangan hama ini cukup membuat pusing para petani akibat populasinya di areal
pertanaman sedemikian cepat perkembangbiakannya.
Tanaman padi yang terserang bisa habis dari pucuk daun
hingga ke batang padi muda. Akibatnya tanaman menjadi merana bahkan mengalami
gagal panen. Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas
hanya butuh waktu 7 – 4 hari. Disamping itu, satu ekor keong mas betina mampu
menghasilkan 15 kelompok telur selama satu siklus hidup (60 – 80 hari), dan
masing – masing kelompok telur berisi 300 – 500 butir. Seekor keong mas dewasa
mampu menghasilkan 1000 – 1200 telur per bulan. Padi yang baru ditanam sampai
15 hari setelah tanam mudah dirusak keong mas, keong mas bahkan dapat mengkonsumsi
seluruh tanaman muda dalam satu malam. Tanda spesifik lain pada pertanaman padi
yang terserang hama ini adalah adanya rumpun yang hilang serta adanya potongan
daun yang mengambang dipermukaan air.
PENGENDALIAN
KEONG MAS SECARA AMAN
Dalam
mengendalikan hama keong mas, umumnya para petani memilih menggunakan
moluskisida sintesis yang berharga mahal, berspektrum luas, dan mengganggu
organisme nontarget dan juga manusia untuk mengendalikan hama keong mas. Dalam
kaitannya dengan pengendalian keong mas, cara-cara yang lebih aman,
seperti halnya secara fisik (penggunaan saringan), mekanis (pengambilan
langsung) maupun secara biologis (pemberian tanaman yang tidak disukai di
saluran-saluran, penggembalaan itik, penanaman bibit yang cukup kuat/tua, dll)
lebih direkomendasikan. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk
mengendalikan keong mas.
3.
Pengambilan
keong mas secara langsung dengan tangan dari sawah pada pagi dan sore hari
ketika keong dalam keadaan aktif dan mudah diambil.
4.
Menggunakan
tumbuhan yang mengandung racun bagi keong mas. Misalnya daun sembung (Blumea
balsamifera), daun/akar tuba, daun eceng gondok (Monochoria vaginalis), daun
tembakau (Nicotiana tabacum), daun calamansi atau jeruk (Citrus microcarpa),
daun mabuhay (Tinospora rumphii), dan cabai merah. Selain itu, beberapa tanaman
lain yang juga dapat digunakan untuk memberantas keong mas adalah starflower
(Calotropis gigantis), nimba (Azadirachtha indica), dan asyang (Mikania
cordata) yang mengandung bahan yang dapat membunuh keong mas. Berbagai tumbuhan
tersebut dianjurkan diaplikasikan sebelum penanam padi. Saluran kecil dibuat
agar keong mas berada di dalam saluran tersebut dan selanjutnya di atas saluran
tersebut tempatkan tumbuhan yang disebutkan di atas.
5.
Menggunakan
atraktan seperti daun talas (Cococasia esculenta), daun pisang (Musa
paradisiaca), daun pepaya (Carica papaya), bunga terompet, dan koran bekas,
supaya mudah mengumpulkan keong tersebut. Daun sebagai atraktan diletakkan
dalam petakan sawah secara berjejer, berjarak 1-2 meter antar umpan, yang
dilakukan sebelum panen sampai 5 minggu setelah tanam. Jumlah atraktan sebagai
umpan yang diperlukan sekitar 40 kilogram per hektare. Tinggi air di sawah
disarankan sekitar 5-10 centimeter (BP2TP NAD, 2004)
6.
Dibuatkan
saluran kecil (sedikitnya lebar 25 centimeter, dan dalamnya 5 centimeter)
sepanjang tepi sawah.Saluran berfungsi untuk penjebakan terhadap keong mas, di
mana keong mas akan pindah ke dalam saluran tersebut, jika permukaan air
berkurang dan dapat dilakukan pengumpulan.
7.
Meletakkan
kawat kasa atau anyaman bambu pada pemasukan dan pengeluaran air utama, untuk
mencegah masuknya keong mas kecil dan dewasa. Cara ini juga untuk mengambil
keong mas yang terperangkap.
8.
Pagar
plastik dapat digunakan untuk mencegah masuknya keong mas ke dalam areal
persawahan.
9.
Menancapkan
ajir bambu sebagai perangkap telur di sawah yang selalu tergenang atau pada
saluran pengairan untuk menarik keong mas dewasa bertelur.
10.
Mempertahankan
air agar tidak terlalu tinggi (2-3 centimeter) mulai 3 hari tanam
11.
Mengeringkan
sawah berkali-kali untuk mengurangi aktivitas perpindahan dan perusakan.
12.
Mempergunakan
varietas yang beranak banyak dan kurang disukai keong mas seperti PSB, Rc36,
Rc38, Rc40, dan Rc 68.
13.
Penggunaan
bahan kimia yang tidak merusak lingkungan dapat juga direkomendasikan. Asam
anakardat yang diekstrak dari minyak kulit jambu mete, telah diuji-cobakan dan
dapat membunuh keong mas (Rudyanto dan Mercellino, 2006). Teaseed meal
merupakan obat yang umum di pasaran, selain itu, dapat juga digunakan saponin,
tembakau, dan bibit pinang sebagai bahan pengendalin/pemberantasan keong mas.
14.
Beberapa
predator keong mas adalah burung dan itik, kura-kura, ikan serta insekta.
Penggembalaan itik di lahan persawahan, merupakan pengendalian yang efektif,
dengan tanpa merusak padi yang telah ditanam. Sistem ini dikenal oleh
masyarakat dengan sebutan ISG (itik sistem gembala). Penebaran jenis ikan
tertentu yang dapat memakan keong mas (dan juga telurnya) akan memberikan
keuntungan dalam pengendalian populasi keong tersebut. Jenis ikan-ikan yang
mampu memakan keong mas ataupun juga telur keong mas tersebut antara lain Botia
sp; Tetraodon sp; Bunocephalus sp., dan Leiocassis sp (sejenis lele-lelean);
kelompok Cichlidae , kelompok gurami (gurami, sepat), beta, dan lain-lain. Sistem
ini telah lama dikenal masyarakat Indonesia dengan nama mina-padi. Pada sistem
ini, manajemen air untuk memberi kemungkinan dapat memakan telur juga mesti
dilakukan, sehingga peluang menetas dan berkembang biak keong dapat diputuskan.
3. Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella)
Hama ulat daun kubis Plutella xylostella L.
(Lepidoptera: Plutellidae) merupakan salah satu jenis hama utama di pertanaman
kubis. Apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan kubis oleh hama
tersebut dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik jumlah maupun
kualitasnya. Adapun klasifikasi dari P. xylostella yaitu Kingdom :
Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Lepidoptera, Family :
Yponomeutidae, Genus : Plutella, Spesies : P. xylostella.
Bioekologi
Hama
ulat daun kubis dilaporkan berasal dari daerah Mediterranean di Eropa Selatan,
yang merupakan sumber berbagai jenis brasika. Hama ini tersebar luas di areal
yang ditanami brasika, mulai dari daerah Amerika Utara dan Selatan, Afrika,
China, India, Jepang, Asia Tenggara termasuk Indonesia, Selandia Baru, dan
Australia. Telur kecil bulat atau oval ukuran
0,6 x 0,3 mm, berwarna kuning, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di
bawah daun kubis. Namun, di laboratorium bila ngengat (dewasa) betina dihadapkan
pada tanaman muda maka mereka bertelur pada bagian batang. Stadium telur antara
3-6 hari.
Larva
(ulat) terdiri dari 4 instar, berwarna hijau, lincah, dan bila tersentuh larva
akan menjatuhkan diri.. Larva instar pertama setelah keluar dari telur segera
menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari daun
dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan, perkembangan larva
dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai
pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm. Prepupa
berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki stadium pupa.
Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari.
Serangga dewasa berupa ngengat (kupu-kupu) berukuran kecil, berbentuk ramping, berwarna coklat-kelabu, panjangnya ±1,25 cm, sayap depan bagian dorsal memiliki corak khas yaitu tiga titik kuning seperti berlian, sehingga hama ini terkenal dengan nama ngengat punggung berlian (diamondback moth). Nama lain dari serangga tersebut adalah ngengat tritip dan ngengat kubis (cabbage moth). Aktif pada malam hari (nocturnal), dapat berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain dengan bantuan hembusan angin. Siklus hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu mulai dari telur hingga menjadi dewasa.
Gejala Serangan Stadium yang membahayakan adalah larva (ulat) karena menyerang permukaan daun dan melubangi daging daun (epidermis). Gejala serangan yang khas adalah daun berlubang-lubang seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja. Akibat serangan hama ini, kehilangan hasil dapat mencapai 58%-100%, terutama di musim kemarau.
Tanaman
Inang
Selain
menyerang tanaman kubis, hama P. xylostella juga ditemukan menyerang
berbagai jenis tanaman yang masih termasuk famili Brassicaceae (Cruciferae)
seperti : lobak, lobak cina, petai, brokoli, kembang kol, dan mustard. Tanaman
brassica liar seperti misalnya B. elongata, B. fruticulosa, Roripa
sp. dan lainnya juga menjadi inang ulat kubis.
Pengendalian
Kultur Teknik Melakukan pergiliran tanaman yang bukan famili brassicaceae,
tumpang sari tanaman kubis dengan tomat, daun bawang
dan jagung, serta penanaman tanaman perangkap seperti Rape di sekeliling kebun.
Musim tanam. Lebih baik untuk menanam kubis dan brassica lain pada musim hujan,
karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan.
Pengendalian Hayati
Melepaskan musuh alami berupa predator (Paederus sp, Harpalus
sp.) atau parasitoid (Cotesia plutella, Diadegma eucerophaga, dan
D. semiclausum), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat
menekan populasi dan serangannya.
Mekanis
Membuat
perangkap ngengat berupa sex feromon sintesis yang disebut ugratus Ungu yang
dipasang di sekitar kebun kubis.
Kimiawi
Aplikasi
ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang ekonomi,
dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai
seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC, atau penyemprotan insektisida
biologi berbahan aktif Bacillus thuringiensis.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pemaparan dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan sebgai berikut
:
1. Banyaknnya
hama yang menyerang tanaman padi dan kubis didaerah tabanan sehingga dapat
menyebabkan gagal panen dan sangat merugika petani akibat hama tersebut.
2. Dari
hama yang menyerang tanaman padi yang paling banyak menyerang yaitu hama wereng
coklat.dan hama yang paling banyak merusak tanaman kubis yaitu hama Plutella xylostella.
3. Jadi
dari pemparan dari kedua kesimpulan ditas bahwa hama selalu berevolusi sehingga
semakin lama dan banyak berkembang hama semakin kebal terhadap pengaruh
pestistisida nabati maupun kimia yang menyebabkan petani gagal panen.
5.2 Saran
Praktikum yang dilakukan kelapangan
yang dilakukan sangat penting untuk nantinya di dalam pengambinlan konsep
pengendalian yang tepat, dengan adanya
praktikum ke lapangan kita dapat
mengenal jenis-jenis hama yang menyerang tanaman secara langsung, melihat
sekaligus mengetahui predator apa saja yang masih tersedia dialam sehingga juga
dapat mengetahui input dan output yang diperlukan jika kita ingin mengendalikan
suatu hama dan mendapatkan hasil dan keuntungan yang maksimal.
0 comments:
Post a Comment