1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memungkinkan
dikembangkannya tanaman sayur-sayuran yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Sayuran sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi
karena mengandung sumber vitamin, serat dan mineral yang dibutuhkan manusia.
Namun tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah standar. Aswaldi et
al. (2005) menyatakan bahwa konsumsi sayuran di Indonesia diprediksikan
akan mengalami peningkatan sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian dan
meningkatnya taraf pendidikan masyarakat. Peluang meningkatnya permintaan
tersebut perlu diantisipasi dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas produk
sayuran yang dihasilkan petani Indonesia. Untuk memenuhi permintaan sayuran tersebut,
diharapkan sayuran yang diproduksi petani bebas dari penggunaan bahan-bahan
sintetik yang dapat membahayakan tubuh manusia, menyebabkan pencemaran dan
kerusakan lingkungan sehingga sayuran tersebut aman dan sehat jika dikonsumsi
dengan menerapkan pertanian organik
Menurut Harjadi (1989)
pertanian organik merupakan salah satu sistem pertanian yang ramah lingkungan
dengan menggunakan bahan organik dan mengusahakan keseimbangan alami antara
tanah, hewan, dan mikroorganisme serta waktu tanam pun disesuaikan dengan
kondisi bulan. Komoditi ini dipilih karena memiliki persentase penanaman
terbesar serta nilai ekonomi yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
sayuran yang aman bagi kesehatan masyarakat, produksi wortel terus ditingkatkan
melalui penggunaan berbagai teknik budidaya, khususnya penerapan pertanian
organik. Pengusahaan sayuran organik memerlukan pengetahuan dan keterampilan,
baik dalam teknik budidaya di lapangan, penanganan pasca panen, manajerial dan
pemasaran.
1.2 Tujuan
Mengetahui teknologi budidaya tanaman
wortel secara organik dan menerapkan system pertanian ramah lingkungan di dalam
pengendalian hama dan penyakit.
2.1 Pertanian Organik
Sistem pertanian organik berpijak pada kesuburan tanah
sebagai kunci keberhasilan produksi dengan memperhatikan kemampuan alami dari
tanah, tanaman dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi pertanian
dan lingkungan (Winangun, 2005).
Menurut Winarno (2002) pertanian organik merupakan
suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga
mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Pertanian organik merupakan
sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk melindungi
keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan sintetik
dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan
hasil yang optimal. Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan
atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya
konvensional.
Strategi pertanian organik adalah
memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang
menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi
akan menjadi hara dalam larutan tanah. Hal ini berbeda dengan pertanian
konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk
larutan sehingga diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman (Sutanto, 2002). Pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang
berpengaruh baik terhadap struktur tanah namun pupuk ini mengalami reaksi yang
lambat (Sabiham et al., 1990).
2.2 Deskripsi Wortel (Daucus
carota L.)
Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carrota L.
Tanaman wortel banyak ragamnya,
tetapi bila dilihat bentuk umbinya dapat dipilih menjadi 3 golongan, yakni :
a) Tipe Chantenay, berbentuk bulat
panjang dengan ujung yang tumpul.
b) Tipe Imperator, berbentuk bulat
panjang dengan ujung runcing.
c) Tipe Nantes, merupakan tipe
gabungan antara imperator dan chantenay.
Wortel (Daucus carota L.)
adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna jingga atau putih
dengan tekstur seperti kayu. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah
bagian umbi atau akarnya. Wortel adalah tumbuhan biennial (siklus hidup 12 - 24
bulan) yang menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar untuk berbunga pada tahun
kedua. Batang bunga tumbuh hingga 1 m, dengan bunga berwarna putih.
Wortel dapat dimakan dengan berbagai cara. Hanya 3% dari
β-carotene pada wortel mentah dilepaskan selama proses pencernaan berlangsung.
Hal ini dapat ditingkatkan menjadi 39% melalui pulping, memasaknya dan
menambahkan minyak sawit.
Bagi petani, wortel sangat berguna sebagai tumbuhan
pendamping. Wortel dapat menaikkan jumlah produksi tomat jika ditanam secara
bersamaan. Jika dibiarkan berbunga, wortel akan mengeluarkan aroma herbal yang
menarik tawon predator untuk datang dan membunuh hama kebun.
2.3 Syarat Tumbuh
2.3.1. Iklim
Suhu udara
optimal antara 15,6o C - 21,1o C (dingin dan lembab).
Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi kecil-kecil
(abnormal) dan berwarna pucat/kusam apabila suhu udara terlalu rendah
(sangat dingin), umbi yang terbentuk menjadi panjang kecil. Keasaman tanah (pH)
antara 5,5 - 6,5 dan untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0 - 6,8. Pada tanah
yang pH-nya kurang dari 5,0, tanaman wortel akan sulit membentuk umbi.
2.3.2. Media Tanam
Keadaan
tanah yang cocok untuk tanaman wortel adalah subur, gembur, banyak mengandung
bahan organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak
menggenang). Jenis tanah yang paling baik adalah andosol. Tanah yang mudah
becek atau mendapat perlakuan pupuk kandang yang berlebihan, sering menyebabkan
umbi wortel berserat, bercabang dan berambut. Tanah berat akan mengakibatkan
kematian akar karena kekurangan oksigen yang menyebabkan cacat bentuk,
percabangan dan wortel terbelah
2.3.3. Ketinggian Tempat
Di
Indonesia wortel umumnya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1.000-1.200
m dpl dapat pula ditanam di dataran medium (ketinggian lebih dari 500 m dpl)
namun produksi dan kualitas kurang memuaskan.
2.3.4. Sentra Penanaman
Wortel
berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia
Timur dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu.
Rintisan budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah,
menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian
dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya.
Di Indonesia
budidaya wortel pada mulanya hanya terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu daerah
Lembang dan Cipanas. Namun dalam perkembangannya menyebar luas ke daerah-daerah
sentra sayuran di Jawa dan Luar Jawa. Berdasarkan hasil survei pertanian
produksi tanaman sayuran di Indonesia (BPS, 1991) luas areal panen wortel
nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.
2.3.5. Kandungan Gizi Wortel
Nilai
Kandungan gizi Wortel per 100 g (3.5 oz)
|
Energi
|
173
kJ (41 kcal)
|
Karbohidrat
|
9
g
|
Gula
|
5
g
|
Diet Serat
|
3
g
|
Lemak
|
0,2
g
|
Protein
|
1
g
|
Vitamin A equiv
|
835
mg (93%)
|
Beta-karoten
|
8285
mg (77%)
|
Thiamine (Vit. B1)
|
0.04
mg (3%)
|
Riboflavin (Vit. B2)
|
0,05
mg (3%)
|
Niacin (Vit. B3)
|
1.2
mg (8%)
|
Vitamin B6
|
0,1
mg (8%)
|
Folat (Vit. B9)
|
19
mg (5%)
|
Vitamin C 7
|
7
mg (12%)
|
Kalsium
|
33
mg (3%)
|
Besi
|
0,66
mg (5%)
|
Magnesium
|
18
mg (5%)
|
Fosfor
|
35
mg (5%)
|
Kalium
|
240
mg (5%)
|
Sodium
|
2,4
mg (0%)
|
2.3.6. Manfaat Tanaman Wortel
Wortel
segar mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, nutrisi anti
kanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dektrosa, laktosa, dan maltosa),
pektin, glutanion, mineral (kalsium, fosfor, besi, kalium, natrium, magnesium,
kromium), vitamin (beta karoten, B1, dan C) serta asparagine. Mengkonsumsi
wortel sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi masalah kekurangan vitamin
A. Dalam setiap 100 gram bahan mengandung 12.000 S.I vitamin A. Selain sebagai
"gudang vitamin A serta nutrisi", juga berkhasiat untuk penyakit dan
memelihara kecantikan, bermanfaat untuk menghilangkan bercak hitam akibat pigmentasi.
Wortel
mengandung enzim pencernaan dan berfungsi diuretik. Meminum segelas sari daun
wortel segar ditambah garam dan sesendok teh sari jeruk nipis dapat
mengantisipasi pembentukan endapan dalam saluran kencing, memperkuat mata,
paru-paru, jantung dan hati. Wortel mengandung beta-karoten yang dapat
dikonversi di dalam tubuh menjadi vitamin A. Oleh karena itu beta-karoten
juga disebut pro-vitamin A. Vitamin A diperlukan dalam menjalankan fungsi
mata, terutama untuk menyesuaikan diri dengan kegelapan. Beta Karoten mempunyai
manfaat sebagai anti oksidan yang menjaga kesehatan dan menghambat proses
penuaan. Selain itu Beta Karoten dapat mencegah dan menekan pertumbuhan sel
kanker serta melindungi asam lemak tidak jenuh ganda dari proses oksidasi.
Kandungan falcarinol yang merupakan salah satu senyawa anti kanker. Wortel
dapat mengurangi kadar kolesterol yaitu dengan cara mengikat dan menghilangkan
asam empedu.
Daun
wortel mengandung porphyrins. Zat ini bermanfaat dapat merangsang kelenjar
pituary dan meningkatkan hormon seks. Daun wortel dapat menyembuhkan luka-luka
dalam mulut/nafas bau, gusi berdarah dan sariawan. Pada buah mengandung
bisabolene, tiglic acid dan geraniol. Biji wortel liar mengandung flavonoid,
minyak menguap termasuk asarone, carotol, pinene, dan limonene.
3.1 BUDIDAYA WORTEL
3.1.1.Persiapan
Bahan Tanam
a. Pembenihan
Ruangan untuk menyimpan benih yang memiliki suhu ruang
sekitar 19-21°C (Gambar 1). Benih wortel dapat diproduksi sendiri, jenis
sayuran kacang-kacangan dan pupuk hijau. Benih wortel yang diproduksi oleh memanfaatkan
indukan wortel yang baik untuk ditanam kembali selama 3 bulan sehingga
menghasilkan bunga (Gambar 2). Bunga wortel menghasilkan sekitar 10-15 g benih
wortel tiap bunganya. Benih wortel berbentuk elips berwarna coklat keabu-abuan.
b. Pembibitan
Pembibitan dilakukan dengan
menggunakan media tanah subur : kompos : pupuk kandang dengan perbandingan 1:
1: 1. Media yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 12 cm x 7
cm ataupun alat soil block. Pada media tanam dengan polybag perlu dibuat
lubang tanam kecil sebesar ibu jari untuk menanam benih. Namun, media tanam
dengan soil block tidak perlu dibuat lubang tanam karena pada alat soil
block telah otomatis terbentuk lubang tanam yang kecil untuk menanam benih.
Bibit wortel dalam polybag maupun soil block perlu disiram terlebih
dahulu sebelum ditanam di lapangan. Bibit yang ditanam dalam soil block langsung
ditanam ke lapangan namun bibit yang ditanam dalam polybag harus
dikeluarkan secara hati-hati agar tidak merusak polybag dan akar tidak tercabut
dari media yang akan menyebabkan risiko kegagalan tumbuh. Penyakit yang sering
menyerang tanaman wortel pada stadia pembibitan yaitu : batang kawat yang
diakibatkan oleh jamur yang menyebabkan kulit batang terkelupas, damping off
yang menyebabkan busuk batang pada tanaman, serta embun tepung (mildew)
yang diakibatkan oleh jamur berwarna putih yang muncul di bawah daun sehingga
daun layu dan mati.
Budidaya wortel yang diterapkan oleh
petani YBSB, Mendawai dan Mitra memiliki beberapa teknik yang berbeda dan dapat
mempengaruhi produksi yang dihasilkan.
c.
Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan oleh
ketiga kelompok petani untuk memulai tahapan penanaman. Keadaan lahan di ketiga
kelompok petani tersebut merupakan lahan yang telah berbentuk bedengan berukuran
1 m x 10 m, tinggi bedengan 15-20 cm dan jarak antar bedengan 40-50 cm. Jarak
tersebut telah dipertimbangkan untuk memudahkan saat penanaman, perawatan dan
panen. Pengolahan tanah yang dilakukan kelompok petani menggunakan garpu karena
tekstur tanah di kebun remah sehingga mudah untuk diolah. Tujuan menghindari
kerusakan struktur tanah dan mempermudah pengendalian gulma. Penggarpuan
dilakukan dengan kedalaman sekitar 30 cm. Setelah proses penggarpuan, tanah diremahkan
untuk mengurangi gumpalan tanah agar lebih gembur dan remah (halus). Petani
Mendawai dan Mitra menggunakan cangkul karena tanah yang diolah masih berbentuk
gumpalan sehingga perlu dilakukan pembalikan tanah agar tanah menjadi gembur.
d. Penanaman
Penanaman wortel menggunakan metode
tanam langsung, yaitu suatu metode dengan mengolah tanah terlebih dahulu lalu
dibuat alur ataupun lubang tanam kemudian benih dimasukkan ke dalam alur maupun
lubang tanam yang telah ditentukan. Pola penanaman yang diterapkan petani yaitu
pola tanam tumpangsari. Pola penanaman wortel mayoritas ditumpangsarikan dengan
satu baris bawang daun di tengah untuk mengurangi hama akibat aroma bawang daun
sebagai pengusir hama pada tanaman wortel. Cara penanaman yang dilakukan petani
Mendawai dan Mitra dapat menyebabkan pertumbuhan wortel menjadi terhambat
karena jarak antara satu tanaman dengan tanaman lain saling berhimpitan
sehingga umbi yang dihasilkan kecil.
Petani Mendawai dan petani Mitra
masih menggunakan pupuk kandang (yang telah dimatangkan) saat menanam wortel
yang diaplikasikan sebelum tanam ataupun diberikan setelah tanam sebagai
penutup alur karena kondisi tanah yang kurang mengandung bahan organik. Petani
Mendawai dan petani Mitra menggunakan pupuk kandang sebanyak 10 kg/bedengan.
Cara pengaplikasian pupuk kandang disebar secara merata pada bedengan. Wortel
memerlukan pupuk kandang sebanyak 15 ton/ha sedangkan pada tanah yang subur
pemberian pupuk kandang dapat ditiadakan (Ali dan Rahayu, 1994). Petani tidak
menggunakan pupuk organik saat menanam wortel. Hal ini disebabkan karena pola
pergiliran tanaman yang digunakan yaitu : legum sayuran daun/buah sayuran umbi
sehingga sebelum wortel ditanam masih terdapat residu kandungan pupuk organik
yang berasal dari jenis sayuran daun/buah yang menggunakan pupuk organik
sebanyak 10 kg/bedengan untuk setiap siklus tanam. Pola pergiliran tanaman ini
bertujuan untuk memutus siklus hidup Organisme Pengganggu Tanaman (OPT),
memperbaiki keseimbangan hara dalam tanah dan mengurangi risiko gagal panen
(Sudaryanto, 2004).
Petani menerapkan pola pergiliran
tanaman juga menerapkan penanaman pupuk hijau, seperti Sesbania sesban,
Tithonia sp. dan Centrossema pubescens, serta penggunaan pupuk
progresif yang berasal dari hasil panen yang tersisa di bedengan, serasah daun
dan rumput hasil tebasan dengan menumpuk bahan-bahan tersebut di ujung bedengan
dan didiamkan selama 6 bulan. Hal ini dilakukan oleh petani untuk meningkatkan
kesuburan tanah sehingga penanaman wortel tidak menggunakan pupuk organik.
Prestasi kerja penulis dan karyawan dalam proses penanaman wortel ialah 4
bedeng/jam.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman wortel
dilakukan dengan melakukan penyiraman, penyiangan, penjarangan dan pendangiran.
Penyiraman dilakukan pada saat awal penanaman pada pagi dan sore hari untuk
membantu pertumbuhan kecambah. Namun, saat musim hujan penyiraman dapat dikurangi
karena penyiraman yang terlalu sering dapat menyebabkan umbi wortel menjadi
busuk. Penyiangan dan penjarangan wortel pertama dilakukan bersamaan setelah
tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam (MST) dengan tinggi tanaman wortel ±
5 cm. Penjarangan dilakukan dengan mencabut tanaman yang rapat secara
hati-hati agar tanaman wortel lain tidak tercabut. Penjarangan dilakukan secara
merata sehingga jarak tanaman dalam baris 5-7 cm. Pendangiran pertama dilakukan
saat tanaman berumur 4-6 MST (proses pembentukan umbi) dengan melakukan
pembumbunan di sekitar tanaman agar umbi yang dihasilkan besar dan tidak
bercabang. Petani melakukan penyiangan, penjarangan dan pendangiran dua kali
sampai panen sedangkan petani Mendawai dan Mitra melakukan kegiatan pemeliharaan
hanya satu kali sampai panen sehingga banyak gulma tumbuh dan dapat menjadi
pesaing tanaman wortel dalam menyerap unsur hara dan air yang menyebabkan
kualitas wortel kurang baik dan menyulitkan saat kegiatan panen berlangsung.
Prestasi kerja penulis dari kegiatan pemeliharaan wortel, yaitu pendangiran dan
penyiraman memiliki prestasi kerja yang sama dengan karyawan sebesar 1.33
bedeng/jam dan 2 bedeng/jam sedangkan prestasi kerja dari kegiatan penyiangan
dan penjarangan masih dibawah prestasi kerja karyawan. Hal ini disebabkan
karena kegiatan tersebut memerlukan ketelitian sehingga jika dilakukan tidak
teliti akan merusak tanaman wortel yang lainnya.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit utama yang menyerang
tanaman wortel adalah busuk umbi yang disebabkan oleh cendawan Erwinia
carotovora sehingga mengakibatkan umbi wortel busuk dan berair. Hama kutu
daun (Cavariella aegopodii) yang hidup di balik daun wortel dan mengisap
cairan sel saat tanaman masih muda mengakibatkan daun wortel menjadi keriting
dan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.
pengendalian hama penyakit pada
tanaman wortel tidak menggunakan pestisida sintetik dalam . Namun, cara untuk
mengatasi serangan penyakit tersebut dengan melakukan beberapa cara preventif
(pencegahan), yaitu : memilih lokasi tanam yang tepat, menanam pada waktu yang
tepat, menanam beberapa jenis dalam satu bedengan (polikultur) dan melakukan
pola pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman diperlukan untuk menghindari
serangan hama penyakit yang sejenis serta mendorong keseimbangan hara dalam
tanah sehingga tanah dapat dimanfaatkan dalam waktu yang relatif lama
(Sudaryanto, 2004).
g. Panen Wortel (Daucus
carota L.)
Umbi wortel dipanen sekitar umur
10-12 minggu di lapangan. Mayoritas panen wortel dilakukan seminggu dua kali
pada hari Minggu dan Rabu untuk memenuhi permintaan agen dan supermarket.
Namun, ada petani yang panen pada hari Senin dan Kamis setelah mendapat
perintah dari bagian produksi apabila stock permintaan wortel untuk
konsumen kurang. Panen wortel dilakukan pada pagi hari oleh dua orang dalam
satu bedengan secara keseluruhan agar umbi wortel masih tampak segar serta
untuk menghindari kehilangan hasil yang lebih banyak. Wortel dipanen langsung
dicabut dari tanah secara hati-hati agar umbi tidak rusak atau cacat. Tanah
yang terlalu keras biasanya digemburkan dengan menggunakan garpu ukuran kecil
atau disiram dengan air sehingga mempermudah pencabutan umbi wortel. Apabila
tanah tidak digemburkan terlebih dahulu, dapat terjadi patah umbi ketika
dilakukan pencabutan. Umbi yang patah atau terluka akan mudah terinfeksi jamur
dan bakteri sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama (Agoes
dan Lisdiana, 1995).
Tanaman wortel dipanen saat daun
wortel telah menguning, umbi telah muncul ke atas permukaan tanah, umbi
mencapai ukuran panjang sekitar 14-20 cm dan berdiameter 2.5-3.5 cm. Secara
fisik, umbi tidak bercabang, tidak busuk, lurus dan mulus dengan warna umbi
merah (oranye). Target produksi panen wortel yang dicapai petani, yaitu 20-25
kg per bedengan. Wortel dicabut dari tanah, daun dan akarnya dipotong dengan
menggunakan pisau. Daun wortel tidak dimanfaatkan untuk dijual ke supermarket
maupun agen namun digunakan sebagai kompos yang akan menambah kandungan bahan
organik dalam tanah.
Perbedaan dari beberapa aspek
budidaya antara Mendawai dan Mitra tersebut mempengaruhi produksi wortel yang
dihasilkan petani Mendawai dan Mitra. Tabel 2 menunjukkan produksi wortel per
bedeng dalam satu kali siklus tanam.
Tabel 1. Hasil Panen Wortel
(kg/bedeng/siklus tanam) Petani Mendawai dan Mitra di Cisarua-Bogor
Komoditas
|
Petani
|
||
YBSB
|
Mendawai
|
Mitra
|
|
..............kg/bedeng........
|
|||
Wortel
|
17.8
|
15.5
|
10
|
Dari tabel tersebut diperoleh hasil
produksi yang jauh lebih tinggi dalam kg/bedeng, dari pada petani Mendawai 15.5
dan petani Mitra 10, yaitu sebesar 17.8.
3.2 Teknologi Yang
Diterapkan Dalam Budidaya Wortel
Wortel dapat dibedakan menurut panjang umbinya menjadi 3
macam, yakni wortel yang berumbi pendek, berumbi sedang, dan berumbi
panjang.(Nur Berlian A.V. dan Estu R.,2000) Secara lebih spesifik wortel di
Belanda di kelompokkan berdasarkan bentuk dan kegunaannya.
PT. RIAN Divisi Jampit sekarang membudidayakan 3 type yaitu
type nantes dengan varietas Newton dan nevis, type berlikum dengan varietas
Bradford dan type flakee dengan varietas kamaran.Selain type dan varietas
tersebut, pernah pula dibudidayakan 4 type lainnya yaitu type chantenee dengan
varietas Carson, type paris dengan varietas parmex, type amsterdamse bak dengan
varietas mokum dan type baby dengan varietas mignon.
Varietas yang dibudidayakan tersebut merupakan varietas yang
sesuai dengan kondisi iklim dan struktur tanah di Jampit karena sebelum
diusahakan dalam skala besar di lahan telah dilakukan uji coba di lahan
R&D. Kesesuaian tersebut dapat dibuktikan dengan resistannya varietas
tersebut terhadap hama dan penyakit yang ada serta hasil yang optimal.
3.3 Prospek
Pengembangan Budidaya Wortel
Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat
cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel,
juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan
gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis,
pengurangan impor dan peningkatan ekspor. Produktivitas wortel di Indonesia
masih rendah. Pada tahun 1985 hasil rata-rata nasional baru mencapai 9,43
ton/hektar, kemudian tahun 1986 hanya 8,90 ton/hektar, dan tahun 1991 sekitar
12,89 ton/hektar. Rendahnya hasil rata-rata tersebut antara lain dikarenakan
masih terbatasnya varietas wortel unggul dan tehnik budidaya yang belum
intensif. Disamping itu, paket teknologi budidaya hasil penelitian komoditas
wortel relatif masih terbatas.
Usaha tani wortel secara intensif sistem agribisnis
memberikan keuntungan yang memadai. Potensi daya hasil wortel varietas unggul
dapat mencapai antara 20-25 ton/ha. Bila harga jual rata-rata Rp 500,-/kg
keuntungan bersih usahatani wortel selama ± 3 bulan dapat mencapai lebih dari
Rp 5 juta/hektar. Bahkan akhir-akhir ini peluang pasar wortel makin luas dan
beragam, diantaranya adalah bentuk umbi segar, umbi beku segar dan umbi muda
segar.
4.1
KESIMPULAN
Prospek pengembangan budidaya wortel
di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara
cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan
petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan
agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor. Produktivitas wortel di
Indonesia masih rendah. Pada tahun 1985 hasil rata-rata nasional baru mencapai
9,43 ton/hektar, kemudian tahun 1986 hanya 8,90 ton/hektar, dan tahun 1991
sekitar 12,89 ton/hektar apalagi kalau menggunakan prinsip pertanian organak
karena akan lebih meningkatkan hasil dari pertanian dengan prinsip
pertanian organaik.
4.2
SARAN
Dengan
pemakian pestisida organik para petani diharapkan mengurangi mengurangiu
pemakian pestisida sintetis karena akan menyebabkan kerusakan terhadap
lingkungan, dan juga akan menyebabkan pangan yang di hasilkan oleh para petani
menggandung peswtisida sintetis, pestisida sintetis juga akan menyebakan
gannguan juga pada kesehatan sehingga para petani juga diharapkan menggunkan
atau kembali ke system pertanian organik.
0 comments:
Post a Comment