Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Wednesday, 27 May 2015

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN WORTEL (Daucus carrota L.) SECARA ORGANIK “


1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memungkinkan dikembangkannya tanaman sayur-sayuran yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sayuran sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi karena mengandung sumber vitamin, serat dan mineral yang dibutuhkan manusia. Namun tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah standar. Aswaldi et al. (2005) menyatakan bahwa konsumsi sayuran di Indonesia diprediksikan akan mengalami peningkatan sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian dan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat. Peluang meningkatnya permintaan tersebut perlu diantisipasi dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas produk sayuran yang dihasilkan petani Indonesia. Untuk memenuhi permintaan sayuran tersebut, diharapkan sayuran yang diproduksi petani bebas dari penggunaan bahan-bahan sintetik yang dapat membahayakan tubuh manusia, menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan sehingga sayuran tersebut aman dan sehat jika dikonsumsi dengan menerapkan pertanian organik
 Menurut Harjadi (1989) pertanian organik merupakan salah satu sistem pertanian yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan organik dan mengusahakan keseimbangan alami antara tanah, hewan, dan mikroorganisme serta waktu tanam pun disesuaikan dengan kondisi bulan. Komoditi ini dipilih karena memiliki persentase penanaman terbesar serta nilai ekonomi yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran yang aman bagi kesehatan masyarakat, produksi wortel terus ditingkatkan melalui penggunaan berbagai teknik budidaya, khususnya penerapan pertanian organik. Pengusahaan sayuran organik memerlukan pengetahuan dan keterampilan, baik dalam teknik budidaya di lapangan, penanganan pasca panen, manajerial dan pemasaran.
1.2 Tujuan
Mengetahui teknologi budidaya tanaman wortel secara organik dan menerapkan system pertanian ramah lingkungan di dalam pengendalian hama dan penyakit.


2.1 Pertanian Organik
Sistem pertanian organik berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi dengan memperhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi pertanian dan lingkungan (Winangun, 2005).
Menurut Winarno (2002) pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk melindungi keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan sintetik dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan hasil yang optimal. Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya konvensional.
Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Hal ini berbeda dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sutanto, 2002). Pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang berpengaruh baik terhadap struktur tanah namun pupuk ini mengalami reaksi yang lambat (Sabiham et al., 1990).

2.2 Deskripsi Wortel (Daucus carota L.)
Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut:
      

Kingdom      : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Sub-Divisi    : Angiospermae
Kelas            : Dicotyledonae
Ordo             : Umbelliferales
Famili           : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus           : Daucus
Spesies          : Daucus carrota L.


Tanaman wortel banyak ragamnya, tetapi bila dilihat bentuk umbinya dapat dipilih menjadi 3 golongan, yakni :
a) Tipe Chantenay, berbentuk bulat panjang dengan ujung yang tumpul.
b) Tipe Imperator, berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing.
c) Tipe Nantes, merupakan tipe gabungan antara imperator dan chantenay.
Wortel (Daucus carota L.) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna jingga atau putih dengan tekstur seperti kayu. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Wortel adalah tumbuhan biennial (siklus hidup 12 - 24 bulan) yang menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar untuk berbunga pada tahun kedua. Batang bunga tumbuh hingga 1 m, dengan bunga berwarna putih.
Wortel dapat dimakan dengan berbagai cara. Hanya 3% dari β-carotene pada wortel mentah dilepaskan selama proses pencernaan berlangsung. Hal ini dapat ditingkatkan menjadi 39% melalui pulping, memasaknya dan menambahkan minyak sawit.
Bagi petani, wortel sangat berguna sebagai tumbuhan pendamping. Wortel dapat menaikkan jumlah produksi tomat jika ditanam secara bersamaan. Jika dibiarkan berbunga, wortel akan mengeluarkan aroma herbal yang menarik tawon predator untuk datang dan membunuh hama kebun.

2.3 Syarat Tumbuh
2.3.1. Iklim
Suhu udara optimal antara 15,6o C - 21,1o C (dingin dan lembab). Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi kecil-kecil (abnormal) dan berwarna pucat/kusam  apabila suhu udara terlalu rendah (sangat dingin), umbi yang terbentuk menjadi panjang kecil. Keasaman tanah (pH) antara 5,5 - 6,5 dan untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0 - 6,8. Pada tanah yang pH-nya kurang dari 5,0, tanaman wortel akan sulit membentuk umbi.

2.3.2. Media Tanam
Keadaan tanah yang cocok untuk tanaman wortel adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang). Jenis tanah yang paling baik adalah andosol. Tanah yang mudah becek atau mendapat perlakuan pupuk kandang yang berlebihan, sering menyebabkan umbi wortel berserat, bercabang dan berambut. Tanah berat akan mengakibatkan kematian akar karena kekurangan oksigen yang menyebabkan cacat bentuk, percabangan dan wortel terbelah
2.3.3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia wortel umumnya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1.000-1.200 m dpl dapat pula ditanam di dataran medium (ketinggian lebih dari 500 m dpl) namun produksi dan kualitas kurang memuaskan.
2.3.4. Sentra Penanaman
Wortel berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia Timur dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu. Rintisan budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah, menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya.
Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam perkembangannya menyebar luas ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan Luar Jawa. Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia (BPS, 1991) luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.
2.3.5. Kandungan Gizi Wortel

Nilai Kandungan gizi Wortel per 100 g (3.5 oz)


Energi
173 kJ (41 kcal)
Karbohidrat
9 g
Gula
5 g
Diet Serat
3 g
Lemak
0,2 g
Protein
1 g
Vitamin A equiv
835 mg (93%)
Beta-karoten
8285 mg (77%)
Thiamine (Vit. B1)
0.04 mg (3%)
Riboflavin (Vit. B2)
0,05 mg (3%)
Niacin (Vit. B3)
1.2 mg (8%)
Vitamin B6
0,1 mg (8%)
Folat (Vit. B9)
19 mg (5%)
Vitamin C 7
7 mg (12%)
Kalsium
33 mg (3%)
Besi
0,66 mg (5%)
Magnesium
18 mg (5%)
Fosfor
35 mg (5%)
Kalium
240 mg (5%)
Sodium
2,4 mg (0%)






















2.3.6. Manfaat Tanaman Wortel
Wortel segar mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, nutrisi anti kanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dektrosa, laktosa, dan maltosa), pektin, glutanion, mineral (kalsium, fosfor, besi, kalium, natrium, magnesium, kromium), vitamin (beta karoten, B1, dan C) serta asparagine. Mengkonsumsi wortel sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi masalah kekurangan vitamin A. Dalam setiap 100 gram bahan mengandung 12.000 S.I vitamin A. Selain sebagai "gudang vitamin A serta nutrisi", juga berkhasiat untuk penyakit dan memelihara kecantikan, bermanfaat untuk menghilangkan bercak hitam akibat pigmentasi.
Wortel mengandung enzim pencernaan dan berfungsi diuretik. Meminum segelas sari daun wortel segar ditambah garam dan sesendok teh sari jeruk nipis dapat mengantisipasi pembentukan endapan dalam saluran kencing, memperkuat mata, paru-paru, jantung dan hati. Wortel mengandung beta-karoten yang dapat dikonversi di dalam tubuh menjadi vitamin A. Oleh karena itu beta-karoten juga disebut pro-vitamin A. Vitamin A diperlukan dalam menjalankan fungsi mata, terutama untuk menyesuaikan diri dengan kegelapan. Beta Karoten mempunyai manfaat sebagai anti oksidan yang menjaga kesehatan dan menghambat proses penuaan. Selain itu Beta Karoten dapat mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker serta melindungi asam lemak tidak jenuh ganda dari proses oksidasi. Kandungan falcarinol yang merupakan salah satu senyawa anti kanker. Wortel dapat mengurangi kadar kolesterol yaitu dengan cara mengikat dan menghilangkan asam empedu.
Daun wortel mengandung porphyrins. Zat ini bermanfaat dapat merangsang kelenjar pituary dan meningkatkan hormon seks. Daun wortel dapat menyembuhkan luka-luka dalam mulut/nafas bau, gusi berdarah dan sariawan. Pada buah mengandung bisabolene, tiglic acid dan geraniol. Biji wortel liar mengandung flavonoid, minyak menguap termasuk asarone, carotol, pinene, dan limonene.

3.1  BUDIDAYA WORTEL
3.1.1.Persiapan Bahan Tanam
a.    Pembenihan
Ruangan untuk menyimpan benih yang memiliki suhu ruang sekitar 19-21°C (Gambar 1). Benih wortel dapat diproduksi sendiri, jenis sayuran kacang-kacangan dan pupuk hijau. Benih wortel yang diproduksi oleh memanfaatkan indukan wortel yang baik untuk ditanam kembali selama 3 bulan sehingga menghasilkan bunga (Gambar 2). Bunga wortel menghasilkan sekitar 10-15 g benih wortel tiap bunganya. Benih wortel berbentuk elips berwarna coklat keabu-abuan.

b.    Pembibitan
Pembibitan dilakukan dengan menggunakan media tanah subur : kompos : pupuk kandang dengan perbandingan 1: 1: 1. Media yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 12 cm x 7 cm ataupun alat soil block. Pada media tanam dengan polybag perlu dibuat lubang tanam kecil sebesar ibu jari untuk menanam benih. Namun, media tanam dengan soil block tidak perlu dibuat lubang tanam karena pada alat soil block telah otomatis terbentuk lubang tanam yang kecil untuk menanam benih. Bibit wortel dalam polybag maupun soil block perlu disiram terlebih dahulu sebelum ditanam di lapangan. Bibit yang ditanam dalam soil block langsung ditanam ke lapangan namun bibit yang ditanam dalam polybag harus dikeluarkan secara hati-hati agar tidak merusak polybag dan akar tidak tercabut dari media yang akan menyebabkan risiko kegagalan tumbuh. Penyakit yang sering menyerang tanaman wortel pada stadia pembibitan yaitu : batang kawat yang diakibatkan oleh jamur yang menyebabkan kulit batang terkelupas, damping off yang menyebabkan busuk batang pada tanaman, serta embun tepung (mildew) yang diakibatkan oleh jamur berwarna putih yang muncul di bawah daun sehingga daun layu dan mati.
Budidaya wortel yang diterapkan oleh petani YBSB, Mendawai dan Mitra memiliki beberapa teknik yang berbeda dan dapat mempengaruhi produksi yang dihasilkan.

c. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan oleh ketiga kelompok petani untuk memulai tahapan penanaman. Keadaan lahan di ketiga kelompok petani tersebut merupakan lahan yang telah berbentuk bedengan berukuran 1 m x 10 m, tinggi bedengan 15-20 cm dan jarak antar bedengan 40-50 cm. Jarak tersebut telah dipertimbangkan untuk memudahkan saat penanaman, perawatan dan panen. Pengolahan tanah yang dilakukan kelompok petani menggunakan garpu karena tekstur tanah di kebun remah sehingga mudah untuk diolah. Tujuan menghindari kerusakan struktur tanah dan mempermudah pengendalian gulma. Penggarpuan dilakukan dengan kedalaman sekitar 30 cm. Setelah proses penggarpuan, tanah diremahkan untuk mengurangi gumpalan tanah agar lebih gembur dan remah (halus). Petani Mendawai dan Mitra menggunakan cangkul karena tanah yang diolah masih berbentuk gumpalan sehingga perlu dilakukan pembalikan tanah agar tanah menjadi gembur.


d. Penanaman
Penanaman wortel menggunakan metode tanam langsung, yaitu suatu metode dengan mengolah tanah terlebih dahulu lalu dibuat alur ataupun lubang tanam kemudian benih dimasukkan ke dalam alur maupun lubang tanam yang telah ditentukan. Pola penanaman yang diterapkan petani yaitu pola tanam tumpangsari. Pola penanaman wortel mayoritas ditumpangsarikan dengan satu baris bawang daun di tengah untuk mengurangi hama akibat aroma bawang daun sebagai pengusir hama pada tanaman wortel. Cara penanaman yang dilakukan petani Mendawai dan Mitra dapat menyebabkan pertumbuhan wortel menjadi terhambat karena jarak antara satu tanaman dengan tanaman lain saling berhimpitan sehingga umbi yang dihasilkan kecil.
Petani Mendawai dan petani Mitra masih menggunakan pupuk kandang (yang telah dimatangkan) saat menanam wortel yang diaplikasikan sebelum tanam ataupun diberikan setelah tanam sebagai penutup alur karena kondisi tanah yang kurang mengandung bahan organik. Petani Mendawai dan petani Mitra menggunakan pupuk kandang sebanyak 10 kg/bedengan. Cara pengaplikasian pupuk kandang disebar secara merata pada bedengan. Wortel memerlukan pupuk kandang sebanyak 15 ton/ha sedangkan pada tanah yang subur pemberian pupuk kandang dapat ditiadakan (Ali dan Rahayu, 1994). Petani tidak menggunakan pupuk organik saat menanam wortel. Hal ini disebabkan karena pola pergiliran tanaman yang digunakan yaitu : legum sayuran daun/buah sayuran umbi sehingga sebelum wortel ditanam masih terdapat residu kandungan pupuk organik yang berasal dari jenis sayuran daun/buah yang menggunakan pupuk organik sebanyak 10 kg/bedengan untuk setiap siklus tanam. Pola pergiliran tanaman ini bertujuan untuk memutus siklus hidup Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), memperbaiki keseimbangan hara dalam tanah dan mengurangi risiko gagal panen (Sudaryanto, 2004).
Petani menerapkan pola pergiliran tanaman juga menerapkan penanaman pupuk hijau, seperti Sesbania sesban, Tithonia sp. dan Centrossema pubescens, serta penggunaan pupuk progresif yang berasal dari hasil panen yang tersisa di bedengan, serasah daun dan rumput hasil tebasan dengan menumpuk bahan-bahan tersebut di ujung bedengan dan didiamkan selama 6 bulan. Hal ini dilakukan oleh petani untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga penanaman wortel tidak menggunakan pupuk organik. Prestasi kerja penulis dan karyawan dalam proses penanaman wortel ialah 4 bedeng/jam.

e.  Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman wortel dilakukan dengan melakukan penyiraman, penyiangan, penjarangan dan pendangiran. Penyiraman dilakukan pada saat awal penanaman pada pagi dan sore hari untuk membantu pertumbuhan kecambah. Namun, saat musim hujan penyiraman dapat dikurangi karena penyiraman yang terlalu sering dapat menyebabkan umbi wortel menjadi busuk. Penyiangan dan penjarangan wortel pertama dilakukan bersamaan setelah tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam (MST) dengan tinggi tanaman wortel ± 5 cm. Penjarangan dilakukan dengan mencabut tanaman yang rapat secara hati-hati agar tanaman wortel lain tidak tercabut. Penjarangan dilakukan secara merata sehingga jarak tanaman dalam baris 5-7 cm. Pendangiran pertama dilakukan saat tanaman berumur 4-6 MST (proses pembentukan umbi) dengan melakukan pembumbunan di sekitar tanaman agar umbi yang dihasilkan besar dan tidak bercabang. Petani melakukan penyiangan, penjarangan dan pendangiran dua kali sampai panen sedangkan petani Mendawai dan Mitra melakukan kegiatan pemeliharaan hanya satu kali sampai panen sehingga banyak gulma tumbuh dan dapat menjadi pesaing tanaman wortel dalam menyerap unsur hara dan air yang menyebabkan kualitas wortel kurang baik dan menyulitkan saat kegiatan panen berlangsung. Prestasi kerja penulis dari kegiatan pemeliharaan wortel, yaitu pendangiran dan penyiraman memiliki prestasi kerja yang sama dengan karyawan sebesar 1.33 bedeng/jam dan 2 bedeng/jam sedangkan prestasi kerja dari kegiatan penyiangan dan penjarangan masih dibawah prestasi kerja karyawan. Hal ini disebabkan karena kegiatan tersebut memerlukan ketelitian sehingga jika dilakukan tidak teliti akan merusak tanaman wortel yang lainnya.

f.  Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit utama yang menyerang tanaman wortel adalah busuk umbi yang disebabkan oleh cendawan Erwinia carotovora sehingga mengakibatkan umbi wortel busuk dan berair. Hama kutu daun (Cavariella aegopodii) yang hidup di balik daun wortel dan mengisap cairan sel saat tanaman masih muda mengakibatkan daun wortel menjadi keriting dan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.

pengendalian hama penyakit pada tanaman wortel tidak menggunakan pestisida sintetik dalam . Namun, cara untuk mengatasi serangan penyakit tersebut dengan melakukan beberapa cara preventif (pencegahan), yaitu : memilih lokasi tanam yang tepat, menanam pada waktu yang tepat, menanam beberapa jenis dalam satu bedengan (polikultur) dan melakukan pola pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman diperlukan untuk menghindari serangan hama penyakit yang sejenis serta mendorong keseimbangan hara dalam tanah sehingga tanah dapat dimanfaatkan dalam waktu yang relatif lama (Sudaryanto, 2004).

g. Panen Wortel (Daucus carota L.)
Umbi wortel dipanen sekitar umur 10-12 minggu di lapangan. Mayoritas panen wortel dilakukan seminggu dua kali pada hari Minggu dan Rabu untuk memenuhi permintaan agen dan supermarket. Namun, ada petani yang panen pada hari Senin dan Kamis setelah mendapat perintah dari bagian produksi apabila stock permintaan wortel untuk konsumen kurang. Panen wortel dilakukan pada pagi hari oleh dua orang dalam satu bedengan secara keseluruhan agar umbi wortel masih tampak segar serta untuk menghindari kehilangan hasil yang lebih banyak. Wortel dipanen langsung dicabut dari tanah secara hati-hati agar umbi tidak rusak atau cacat. Tanah yang terlalu keras biasanya digemburkan dengan menggunakan garpu ukuran kecil atau disiram dengan air sehingga mempermudah pencabutan umbi wortel. Apabila tanah tidak digemburkan terlebih dahulu, dapat terjadi patah umbi ketika dilakukan pencabutan. Umbi yang patah atau terluka akan mudah terinfeksi jamur dan bakteri sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama (Agoes dan Lisdiana, 1995).
Tanaman wortel dipanen saat daun wortel telah menguning, umbi telah muncul ke atas permukaan tanah, umbi mencapai ukuran panjang sekitar 14-20 cm dan berdiameter 2.5-3.5 cm. Secara fisik, umbi tidak bercabang, tidak busuk, lurus dan mulus dengan warna umbi merah (oranye). Target produksi panen wortel yang dicapai petani, yaitu 20-25 kg per bedengan. Wortel dicabut dari tanah, daun dan akarnya dipotong dengan menggunakan pisau. Daun wortel tidak dimanfaatkan untuk dijual ke supermarket maupun agen namun digunakan sebagai kompos yang akan menambah kandungan bahan organik dalam tanah.

Perbedaan dari beberapa aspek budidaya antara Mendawai dan Mitra tersebut mempengaruhi produksi wortel yang dihasilkan petani Mendawai dan Mitra. Tabel 2 menunjukkan produksi wortel per bedeng dalam satu kali siklus tanam.

Tabel 1. Hasil Panen Wortel (kg/bedeng/siklus tanam) Petani Mendawai dan Mitra di Cisarua-Bogor

Komoditas
Petani
YBSB
Mendawai
Mitra
..............kg/bedeng........
Wortel
17.8
15.5
10

Dari tabel tersebut diperoleh hasil produksi yang jauh lebih tinggi dalam kg/bedeng, dari pada petani Mendawai 15.5 dan petani Mitra 10, yaitu sebesar 17.8.

3.2 Teknologi Yang Diterapkan Dalam Budidaya Wortel
Wortel dapat dibedakan menurut panjang umbinya menjadi 3 macam, yakni wortel yang berumbi pendek, berumbi sedang, dan berumbi panjang.(Nur Berlian A.V. dan Estu R.,2000) Secara lebih spesifik wortel di Belanda di kelompokkan berdasarkan bentuk dan kegunaannya.
PT. RIAN Divisi Jampit sekarang membudidayakan 3 type yaitu type nantes dengan varietas Newton dan nevis, type berlikum dengan varietas Bradford dan type flakee dengan varietas kamaran.Selain type dan varietas tersebut, pernah pula dibudidayakan 4 type lainnya yaitu type chantenee dengan varietas Carson, type paris dengan varietas parmex, type amsterdamse bak dengan varietas mokum dan type baby dengan varietas mignon.
Varietas yang dibudidayakan tersebut merupakan varietas yang sesuai dengan kondisi iklim dan struktur tanah di Jampit karena sebelum diusahakan dalam skala besar di lahan telah dilakukan uji coba di lahan R&D. Kesesuaian tersebut dapat dibuktikan dengan resistannya varietas tersebut terhadap hama dan penyakit yang ada serta hasil yang optimal.

3.3 Prospek Pengembangan Budidaya Wortel
Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor. Produktivitas wortel di Indonesia masih rendah. Pada tahun 1985 hasil rata-rata nasional baru mencapai 9,43 ton/hektar, kemudian tahun 1986 hanya 8,90 ton/hektar, dan tahun 1991 sekitar 12,89 ton/hektar. Rendahnya hasil rata-rata tersebut antara lain dikarenakan masih terbatasnya varietas wortel unggul dan tehnik budidaya yang belum intensif. Disamping itu, paket teknologi budidaya hasil penelitian komoditas wortel relatif masih terbatas.
Usaha tani wortel secara intensif sistem agribisnis memberikan keuntungan yang memadai. Potensi daya hasil wortel varietas unggul dapat mencapai antara 20-25 ton/ha. Bila harga jual rata-rata Rp 500,-/kg keuntungan bersih usahatani wortel selama ± 3 bulan dapat mencapai lebih dari Rp 5 juta/hektar. Bahkan akhir-akhir ini peluang pasar wortel makin luas dan beragam, diantaranya adalah bentuk umbi segar, umbi beku segar dan umbi muda segar.

4.1 KESIMPULAN
Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor. Produktivitas wortel di Indonesia masih rendah. Pada tahun 1985 hasil rata-rata nasional baru mencapai 9,43 ton/hektar, kemudian tahun 1986 hanya 8,90 ton/hektar, dan tahun 1991 sekitar 12,89 ton/hektar apalagi kalau menggunakan prinsip pertanian organak karena akan lebih meningkatkan hasil dari pertanian dengan prinsip pertanian  organaik.


4.2 SARAN
Dengan pemakian pestisida organik para petani diharapkan mengurangi mengurangiu pemakian pestisida sintetis karena akan menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan, dan juga akan menyebabkan pangan yang di hasilkan oleh para petani menggandung peswtisida sintetis, pestisida sintetis juga akan menyebakan gannguan juga pada kesehatan sehingga para petani juga diharapkan menggunkan atau kembali ke system pertanian organik.


0 comments: